JOURNEY FOR IDENTITY CHAPTER 11 – FIRST DAY IN NOVUS

Journey For Identity
Penulis: Bid’ah Slayer


Novus…

Home of the largest Holystone deposits…

…and one of the most dangerous places in the galaxy…

Its dangerous not because of the monster that live there…

…nor the terrain…

Its dangerous because of the brutal conflict between three races…

With galactic domination at stake…

…HOW FAR WILL THEY GO FOR THEM RACE?

.

Tininunit! Tininunit! Tininunit!

“Iya iya.. gue bangun”

Tek…

Akupun segera bangun dan duduk untuk sekedar ‘mengumpulkan nyawa’ terlebih dahulu, kulirik chronoalarm… ia sudah menunjukkan pukul -:06.02:- akupun segera berdiri setelah beberapa menit duduk, berjalan menuju kamar mandi dan membuang apa yang harus dibuang. Udara pagi Novus yang dingin ini, membuat tidak hanya aku yang bangun (Man Only Know). Lalu aku mencuci muka ku dan menghampiri dapur.

“Kosong… gue mesti nyarap apaan nih?” gumamku seorang diri setelah membuka kulkas.

Nampak, ruangan ini sangat polos, baru selesai dibangun dan belum pernah ada yang menempati, property yang ada pun bisa dibilang lumayan karena selain lemari, kamar mandi, juga tempat tidur, pemerintah sudah menyediakan kulkas. Bersyukurlah.. walau gak ada tv atau ac. Kalo computer, aku punya sendiri, kubawa Laptop abu-abu kesayanganku yang mana keyboardnya rusak dan aku menggunakan keyboard external, kupikir pemerintah sudah cukup baik mengingat mereka menyediakan wifi gratis, ya, sebuah gelombang sinyal yang bisa membuat umur manusia menjadi lebih lama walau mengurung diri di dalam kamar.

Dengan berbekal lapar karena tak ada makanan, akupun terpaksa mandi lalu mengenakan pakaian yang diberikan, pakaian yang diberikan terbuat dari bahan serat dari material tertentu sehingga pemakainya bisa meningkatkan kecepatan gerak. Bentuknya yang fleksibel juga tidak menghambat ruang gerak pengguna, namun aku jelas tidak suka ini, kenapa? Karena pakaian itu ketat, dengannya seakan kau bisa merasakan tiap angin yang meng-grepeh tubuh mu, yaks…

Darimana aku tau?

-:Sehari yang lalu, sebelum memasuki kamar yang dibagikan:-

“Ayo ayo!… tiap kelas berbaris” ucap seorang instructor pada kami, “Warrior di sebelah Kanan, Spiritualist di tengah, dan Ranger, Spesialist disebelah kiri. Sekarang perhatikan aku baik-baik” iapun kini menunjukkan pakaian berwarna abu-abu, dengan corak hitam dan beberapa metal di bahu dan bagian lainnya.

“Pakaian ini untuk Warrior, sang pemberani, terbuat dari bahan yang kuat, tahan sayatan dan mampu melindungi kontak fisik penggunanya” serunya seraya ada seseorang yang mengenakan pakaian yang sama, dia sepertinya… model.

Sang model itupun mempraktikkan apa yang diucap oleh instructor sebelumnya, ‘tahan sayatan’ ia mengambil pisau, lalu mulai mensayat-sayat bagian perutnya, dan iapun kebal. ‘Melindungi kontak fisik’ ia mulai mengambil batu, lalu ia tabrakkan batu itu dengan kepala yang berlindungi armor kepala.

Brakk!

Batunya hancur dan ia baik-baik saja. Jelas, ini bukan sekedar pembagian jatah pakaian, melainkan show debus.

Sang instructor kembali bicara “Ini untuk para Spiritualist, para pembelok kehendak alam, dirancang khusus sehingga penggunanya dapat meningkatkan jumlah force pada dirinya” sambil menunjukkan pakaian berwarna oranye dengan celana lebar yang cingkrang

Kini muncul sang model lainnya, ia datang hanya dengan mengenakkan kaos dalam dan celana boxer sepaha, badannya yang atletis membuat kaum hawa sontak… menggila.

“Kyaa~… Kya.. badannya…”

Sang model lalu memasuki alat semacam scan, lalu muncullah layar, dilayar tersebut aura berwarna biru terlihat normal, menyelimuti seluruh tubuh. Iapun keluar lagi dan memakai baju spiritualist tersebut, kini dilayar, nampak aura yang ditunjukkan bukan hanya menyelimuti, melainkan melapisi tubuhnya lumayan tebal, dan warna aura biru yang terpampang jauh lebih pekat.

“Pakaian ini juga dapat meningkatkan kemampuan serangan force”

Lalu ia berganti menunjukkan pakaian yang terakhir. “Pakaian yang terakhir, untuk para Ranger dan Specialist, sang penembak jitu dan Perancang masa depan” kini ia menunjukkan pakaian yang bentuknya gak jelas, berwarna hijau, bagian atas dan celana sepertinya menyatu, cara pakainya dengan membuka retsleting di depan.

“Terbuat dari bahan serat material Khusus sehingga pemakainya bisa meningkatkan kecepatan gerak. Bentuknya yang fleksibel juga tidak menghambat ruang gerak pengguna, ringan, aerodinamis, keren dan canggih”

Entah mengapa, saat aku mendengar penjelasannya di bagian terakhir yang seakan dilebih-lebihkan, aku merasaka firasat yang buruk pada saat itu.

Sang modelpun datang…

Laki-laki dengan pakaian yang sama. Aku dan sepertinya yang lainnya juga, melihat dari atas, lalu turun ke…

“Huek!” ” Hoekk! ” “Apa-apaan itu?!” reaksi para pria

Sedangkan para wanita hanya bisa speechless…

“Saya mau protes! Saya mau pake armor warrior saja” ucapku geram, bagaimana tidak? Model disana memakai pakaian ‘nista’ itu menunjukkan lekukan yang tidak semestinya ditonjolkan, bagian belakang juga sama ketaranya.

“Tenang-tenang, ini sudah menjadi teknis tiap kelas yang berlaku, kalian tidak punya dasar untuk protes, bila kalian ingin menggunakan armor warrior, kemampuan fisik kalian tidak mumpuni, jadi terima saja, ini sudah dirancang untuk kalian” jelasnya pada kami, ya, mau tak mau kami hanya dapat menuruti yang sudah diperintahkan.

Kamipun maju satu persatu seraya nama kami dipanggil, rupanya tidak hanya pakaian, tapi juga senjata beserta amunisipun dibagikan untuk mengawali misi esok hari.

.

“Baydzofi Hardji” namaku dipanggil, akupun segera maju.

“Specialist?”

“Iya”

“Ini, tiga stel pakaian, Inventory satu tas, 10 scroll portal markas, satu scroll portal area tambang, Virtual Celluler dan alat tambang beserta batrai satu jam”

“Umm.. senjatanya mana om?” tanyaku

Lalu ia menjawab “Senjata? Specialist tak butuh senjata, kalian mendapatkan alat tambang”

“Tapi, gimana nanti kita hunt-nya?”

“Nanti ada intruksi setelah ini, jangan kemana-mana. Selanjutnya, Alect…” jawabnya sambil memanggil orang selanjutnya. Akupun berlalu dengan membawa alat yang sudah diberikan ini sambil ngedumel dalem hati

Dih, katanya “specialist sang perancang masa depan”, tapi dikasih alat tambang doang, ini mah kalo ketemu musuh gak bisa ngelawan, sepatutnya menjadi “Specialist sang pecundang masa depan”…

PLOK!

Seorang menepuk punggungku sehingga dumelanku buyar

“Kenapa Fi? Kok lesu” Tanya dia yang ternyata Ryan

“Ehh.. Ryan, ini, gue kecewa aja, masa kita gak dapet senjata, warrior dapet sword, ranger dapet hand gun, spiritualist dapet staf, lah kita? Mesin nambang, emang bisa buat gebuk momon?” jelasku padanya

“Dah, terima aja, ngedumel aja lu kaya emak-emak gak dapet BLT, dah tuh, dah pada ngumpul” ucapnya sambil menuntunku menuju kerumunan para specialist.

.

“Baiklah para Specialist, perkenalkan, nama saya adalah Shinta, saya di sini akan menjadi mentor kalian” ucap seorang wanita senior berambut kuning pirang yang panjangnya melebihi bahu tersebut, lalu ia melanjutkan “Besok kita akan berkumpul di sini, di depan portal utama pukul 7 pagi, bawa semua perlengkapan kalian dan jangan sampai ketinggalan, mengerti?”

Sontak kamipun menjawab “Mengerti!”

“Baik, sekarang kalian boleh pergi”

.

.

Akupun kini mengenakkan baju itu lalu membawa semua perlengkapan yang dibutuhkan dan pergi ke luar.

Grucukk~

Baru berjalan keluar mesh, Suara perut berbunyi, akupun segera menghampiri warung makan yang berada disebrang.

“Warung Makan Pak Jacka, khas Novus”

Hemm… sepertinya menarik, boleh deh..

Akupun kini memasuki warung Pak Jacka

Krincing… krincing

Bunyi suara bel kecil saat aku membuka pintu, lalu seorang pria menghampiri

“Silahkan duduk dek” sambutnya sambil menawariku duduk di kursi panjang yang cukup untuk diduduki beberapa orang.

“Mau pesan apa? Ini daftar menunya” serunya sambil memeberikan apa yang ia sebut.

Hemm… sarapan gini enaknya makan yang gak berat-berat, tapi apa ya?

“Saya sarankan, sarapan bubur flem aja gimana?” ucapnya seakan tau kalau aku sedang bingung

“Bubur flem? Boleh deh” jawabku

“Haha.. kamu masih baru di sini ya?” tanyanya padaku

“Iya pak, hehe… saya agak bingung sama menu disini”

“Ohh.. flem itu kalo di Planet Nilben ya kaya ayam, malah lebih gurih lho..” jelasnya

“Wah, begitu ya pak, oke deh, sama air anget satu ya” pintaku

Beberapa menit kemudian, pesanan yang kuminta datang

“Ini bubur flemnya dan air anget. Hati-hati panas” ucapnya seraya mengingatkanku

“Terimakasih pak”

Hap.. hap.. hap..

Suap demi suap aku masukkan dalam mulutku,, citarasanya sungguh harmonis, kegurihan dari rempah-rempah yang digunakan dan kegurihan dari daging flem itu sendiri, seakan sinergi dan menciptakan kuliner dengan variatif yang berbeda dengan yang kutahu sebelumnya…

“Huahh.. “

“Gimana dek?” ucapnya sambil merapihkan meja

“Enak pak, maknyuss.. manteb banget, endang bambang deh..” jawabku dengan memuji masakannya.

“Haha.. baguslah kalau begitu”

“Oh ya pak, makanan seenak ini kok pelanggan belum ada yang dateng? Cuma saya seorang aja?”

“Ohh.. itu karena kita bisa delivery, anak saya biasanya anter ke mesh mereka”

“Oh begitu, kapan-kapan saya ajak temen saya deh, jadi berapa semuanya pak?”

“5500 dalant saja”

Akupun merogoh kocek yang ia sebutkan, namun saat aku mengeluarkan 500 koin dalant, koin itu jatuh dan menggelinding…

“Hap” Pak Jacka langsung melompat, berguling dan berhasil mendapatkan koin itu

“Wahh.. untung Bapak jago acrobat jadi bisa nangkep koin itu, gak sampe nyebur ke kali kaya di iklan racun yang saya liat di tv”

“Haha bisa saja”

“Yaudah Pak, saya permisi dulu”

Krincing.. krincing..

.

-:06.43:-

“Masih jam segini, mentor aja belom dateng, apalagi peserta didiknya” ucapku sendiri mengetahui ternyata masih belum ada yang datang kecuali hanya beberapa orang saja, dan merekapun tak aku kenal.

Beberapa menit aku menunggu…

Colek dikit ahh~”

Toell…

“HUWAAHHH… K-Kak Istifa! Jangan colek-colek dong!” responku sewot mengetahui ia mengagetkanku dengan ‘caranya’.

“Hihi… lagian kamu pake pakean begitu, siapa yang gak tertarik? Hihi…” jawab seenaknya.

*Blush

“U-udah kubilangkan, ja-jangan suka main colek seenaknya!” ucapku terbata-bata karena menahan malu.

“Jadi kalo gak boleh main colek sesukanya, kalo kamu izinin boleh?”

“A-apa? bukan itu maksudku, lagipula aku gak akan ngizinin!” jawabku dengan nada tinggi, namun bukannya mikir, lagi-lagi dia tertawa.

Karena heran, akupun menanyakan “Kenapa? Kenapa Kak Istifa malah ketawa?”

“Hihihi… liat deh, kamu diperhatiin banyak orang”

Diberitahu seperti itu, aku langsung menolehkan kepalaku melihat sekitar, dan ternyata yang ia katakan benar

“Ini semua gara-gara Kak Is… dasar Sniper Gendeng!”

Bletak!

“Adaow… Kak Istifa kenapa njitak? Dimana Kakak?”

Stt.. jangan berisik, Mentor kamu Shinta kan?” tanyanya dengan masih dalam mode menghilang.

Iya.. emang kenapa Kak?” tanyaku dengan beribisik juga

Ahh!.. dia udah dateng tuh. Umm.. pokoknya jangan sampe tertipu sama dia. Bye…”

Ehh? Kak? Kak Istifa?” rupanya dia udah pergi.

.

“Ayoo.. semuanya berkumpul di sini!” ucap senior Shinta dari depan portal utama. Kamipun langsung menghampiri dia.

“Apakah semua sudah berkumpul? Saya harap sudah, sekarang kita akan langsung melakukan teleportasi ke area tambang di Crag Mine.

Biar saya jelaskan cara menggunakannya. Pertama, letakkan scroll portal tujuan area tambang di tanah. Kedua, kalian naik diatasnya. Ketiga, kalian fokus, jangan kalian pakai dalam mode pertempuran, bila kalian dalam mode pertempuran, portal tidak akan bisa meneleport kalian. Kalian harus menunggu 10 detik baru bisa. Nah sekarang.. saya duluan ya…”

Zwuungg…

Senior Shinta-pun langsung menghilang dari pandangan kami, dan scroll portal yang berada di tanah perlahan lenyap.

“Wahh.. ayo kita coba Yan” ucapku semangat, namun…

Zwuung…

Nampaknya Ryan langsung bisa meneleportkan dirinya, siall, aku tertinggal. Akupun kini mempraktikkan setiap intruksi yang Senior Shinta perintahkan, naik diatas scroll portal, fokus, dan…

“Dzofii! Tungguu..!”

“Ehh? Lu kok balik lagi?” tanyaku heran melihat Ryan masih ada di markas Bellato.

“Gawat… hah.. hah..” jawabnya sambil terengah-engah..

“Gawat kenapa! Apa ada sesuatu di sana?!”

“Ga-gawat… gu-gue… salah portal hehehe…”

Bletak!

“Jangan bercanda, yang laen dah pada neleport, gara-gara lu gue jadi gak fokus” omelku padanya

“Oke, maap-maap, kita lakuin bareng ya. Satu… dua…”

“…tiga!”

Zwuungg…

*Area Tambang, Crag Mine*

“Baik, karena semuanya sudah berkumpul, maka saya akan menjelaskan apa yang harus kalian lakukan. Di sini, kalian akan menambang menggunakan mesin tambang yang kalian miliki. Ada lima macam ore yang bisa kalian dapatkan, dan nantinya dari hasil proses ore itu, kalian bisa membuat persenjataan dan prisai, jadi jangan ada lagi yang mengeluh tak mendapatkan senjata”

Dhug…

Ryan tiba-tiba menyikutku

Iya-iya…” jawabku mengerti maksudnya

“Ore dibagi dalam empat kwalitas: +1/rendah, +2/sedang, +3/tinggi dan +4/sangat tinggi.

Jenis-jenis ore :

Yellow Ore : merupakan bahan untuk pembuatan prisai.

Red Ore : bahan untuk membuat senjata api.

Green Ore : bahan untuk membuat senjata tipe panah dan senjata lempar.

Blue Ore : bahan untuk membuat tongkat.

Black Ore :bahan untuk membuat senjata jarak dekat” jelas Senior Shinta.

“Baiklah, kuharap kalian sudah mengetahu cara menambang sebelumnya, karena aku tak mau bersusah payah mengajarkan kalian lebih dari ini. Sekarang menambanglah” serunya memberi perintah seraya berjalan pergi.

Akupun memilih spot menambang dekat dengan gerbang masuk area ini, karena di sini sepi, otomatis hasil yang kudapat akan jauh lebih banyak (mungkin).

Dededet… Dededet… Dededet…

Bunyi mesin penambang beserta getaran yang dihasilkan.

“Oii… Fi, kita gak usah beli alat-alat olahraga yang ada di iklan H*me Shooping, begini aja kita udah keringetan… bewewewewe…” ucapnya sambil bergetar.

Dasar anak nora’ terserah lu dah Yan… terserah lu…

“Oii… lu nambang ore apaan?” tanyanya sekali lagi berusaha untuk bicara padaku. Akupun hanya menjawabnya dengan menunjukkan kelima jariku.

“Wahh… maruk amat lu… gue cuma nambang ore merah dan kuning…” jawabnya.

Namun tanpa menanggapi ocehannya, aku sepertinya mendengar pembicaraan lain, suaranya tak begitu jelas karena terhalang dengan suara bising dari proses penambangan ini.

“- – – -“

Akupun memperlambat kecepatan menambangku lalu menoleh ke arah sumber suara.

“Selamat pagi juga Sink Shinta” jawab pria berambut hitam yang sedang bersender di MAU berwarna kuning yang sepertinya tipe catapult.

“Apa yang sedang anda lakukan di sini?” Tanya Senior Shinta yang baru kutau ternyata dia berpangkat Sink, satu tingkat di bawah Maximus.

“Seperti yang kau lihat, sekarang adalah giliranku berjaga melindungi area tambang. Kau sendiri bagaimana dengan tugasmu?” Tanya balik orang itu.

“Yah.. mengawasi para cadet sungguh merepotkan, aku ingin ini segera berakhir” jawab Senior Shinta ketus.

“Wah, benarkah? Dari nada bicaramu kau seakan tidak peduli betul dengan mereka…”

“Memang”

“Tapi.. kenapa kau tadi rela menjelaskan tentang macam-macam ore? Dibandingkan mentor yang lain, kau menjelaskan pada mereka materi yang tidak mentor lain jelaskan lho, sepertinya apa yang kau bicarakan berbeda dengan apa yang kau lakukan hehehe…”

“EH?” Senior Shinta sontak mukanya memerah.

“Haha.. mukamu memerah, perkataanmu ternyata bertolak belakang dengan maksudmu Shinta, sikapmu sungguh manis, hahaha…”

“Uhh… K-kau seharusnya sebagai Armored General tidak menggoda bawahanmu kan?” balasnya marah dengan muka yang makin memerah.

“Menggoda? Aku tidak menggoda, itu kenyataan, kau manis Shinta, terlebih lagi saat mukamu menjadi merah merona, dan juga…”

“Sudah cukup!” DUAKK!

Ucap Senior Shinta memotong pembicaraan sambil menendang kaki orang itu lalu melangkah meninggalkannya.

“A-Adaww… hoi.. Shinta, aku belum selesai bicara denganmu, apa begini caranya kau menghormati atasanmu, hoii…”

Hadehh… ternyata bukan pembicaraan penting, tapi ngomong-ngomong… siapa laki-laki itu ya? Kalo gak salah Senior memanggilnya sebagai Armored General, apakah dia orang hebat? Gak tau dah… sikapnya gak mencerminkan kehebatan.

akupun kembali fokus dalam menambang.

.

*Markas Holy Alliance Cora, Waktu yang sama*

“}Uskup Renault, bagaimana keadaan para prajurit baru kita?{” Tanya seorang wanita yang duduk di atas singgasananya.

Pria yang disebut namanya itupun membungkuk lalu bicara

“}Keadaan mereka semua baik-baik saja Yang Mulia, segala kebutuhan mereka sudah kami penuhi{“

“}Lalu bagaimana dengan senjata yang kau janjikan Uskup Renault? Apakah sudah selesai kau buat?{“

“}Hamba dan juga para Artist sudah berusaha semampu kami Yang Mulia, pembuatan senjata dengan mensusupkan kekuatan force kegelapan menunjukkan tidak semua senjata bisa, banyak dari senjata itu hancur karena ketidak stabilan dark force. Namun kami telah mempunyai satu hasil purwarupa, tapi kami perlu sukarelawan untuk mencobanya{” jelas sang Uskup.

“}Baiklah, kuizinkan kau memilih seorang sukarelawan atas namaku. kira-kira perlu berapa lama sampai penelitian itu membuahkan hasil?{“

“}Terimakasih Yang Mulia. karena hasil dari senjata itu adalah masih purwarupa dan mungkin masih perlu penelitian secara mendalam, sekitar delapan bulan sampai satu tahun{

“}Satu tahun? baiklah, saya akan sabar menunggu, namun sebaiknya kau bisa memastikan kalau dengan kekuatan itu, kita dapat memenangkan Chip War{“

“}Baiklah Yang Mulia, hamba undur diri{” izin pamit sang Uskup.

.

Tap.. tap.. tap..

Kini pria berambut perak kebiruan itu berjalan menyusuri markas Cora, dengan tongkat yang selalu ia bawa, ia berjalan menuju suatu tempat. Sepanjang perjalanan banyak orang-orang yang memberinya salam, tidak mengherankan, karena ia adalah seorang Uskup yang dihormati disana.

Jdeng-jdeng… Jdeng-jdeng…

Suara lonceng besar berbunyi, menandakan matahari Niger sudah terbit penuh dan dalam posisi beberapa derajat sesuai yang diinginkan. Bertepatan dengan itu Uskup Renault tiba ditempat ibadah itu.

“}Father Renault, seperti biasa, anda selalu datang tepat waktu. Para jamaat sudah memenuhi panggilan Decem. Saatnya memulai peribadahan{” sambut seseorang yang lebih muda darinya.

“}Baiklah, namun suruh Kalpanax yang memimpin mereka, aku sedang tidak fokus untuk hari ini{“

“}Baik Father{” jawabnya seraya pergi.

30 menitpun berlalu dengan ber-isikan doa dan ibadah lainnya. Kini Uskup Renault duduk disalah satu kursi panjang yang ada di sana.

“}Father… tidak seperti biasanya anda tidak memimpin ibadah pagi dan menyerahkannya padaku, apa ada masalah?{” seru pria muda menghampirinya.

“}Itu karena suatu hari nanti kau akan menggantikanku sebagai Uskup, anggap saja itu hadiah dariku{“

“}Maaf, tapi aku tidak percaya bila hanya itu alasanmu… Guru{” balas sang pemuda.

“}Huh… kau memang selalu bisa menebakku Kalpanax, ayo kita jalan-jalan sebentar{” balas Uskup Renault sambil berdiri dari posisi semula.

Tap.. tap.. tap..

“}Jadi.. apa ada sesuatu yang ingin kau sampaikan Father?{” Tanya pria muda berambut lurus perak kecoklatan.

“}Yang Mulia memintaku untuk segera menunjukkan hasil percobaan yang aku dan rekan-rekanku kerjakan{” jawabnya

“}Percobaan?{“

“}Iya, kami para peneliti mencoba membuat suatu senjata yang lebih kuat dengan memanfaatkan kekuatan dark force yang hanya bangsa kita miliki. Akan tetapi, banyak dari percobaan kami gagal. Dan sekarang kami berhasil menciptakan senjata tersebut walaupun hanya satu senjata yang berhasil{” jelas sang Uskup.

“}Baguslah kalau begitu Father, tapi kenapa kau masih murung?{“

“}Itu karena aku masih perlu menguji coba senjata itu, dan aku memerlukan sukarelawan{“

“}Sukarelawan? Aku siap menjadi sukarelawan{” ucap Kalpanax menawarkan diri.

“}Sudah kuduga kau pasti akan mengatakan itu, namun aku masih belum tau apakah ada efek samping dari pengguaan senjata ini. Aku tak bisa membiarkan sesuatu terjadi padamu… dan lagi pula, Yang Mulia menginginkan kemenangan dari hasil eksperimen ini, jadi perlu seseorang yang ahli dalam senjata jarak dekat sepenuhnya{“

“}Ohh begitu, aku mengerti, aku memang mampu dalam pertarungan jarak dekat maupun menggunakan sihir, namun keduanya tidaklah maksimal mengingat ada mereka yang lebih terfokus pada skill pertarungan jarak dekat{“

“}Baguslah kau mengerti seperti yang kuharapkan, kuharap kau tidak tersinggung{“

“}Tidak Father, aku tidak tersinggung, kalau begitu, jadikanlah Alco sebagai kandidat sukarelawan{” ucap Kalpanax menawari nama seseorang.

“}Itulah maksudku. diantara muridku, kau memanglah yang terbaik, Alco pasti senang memiliki sahabat sepertimu{” puji sang Uskup yang juga merupakan gurunya.

“}Terimakasih… Father{“

.

*Markas Bellato Union*

Setelah satu jam kami menambang, kini kami kembali ke markas dengan membawa ‘buah tangan’ dari Crag Mine. Kamipun kembali diberi intruksi oleh Senior Shinta.

“Baiklah kalian, dengarkan! Hasil dari kalian menambang bisa kalian proses di tempat ‘pemeroses hasil tambang’ yang berada di sebelah barat laut markas ini. Setelah itu kalian bisa memeroses hasil pecahan ore itu dengan alat tertentu yang bisa dibeli dari sundrise di sector Solus. senjata, amunisi, armor, semua bisa kalian buat. Jadi jangan ngedumel lagi…

ingat! Specialist tidaklah selemah yang kalian kira. Oke, itu saja dariku, sampai jumpa besok diwaktu yang sama dan selamat bersenang-senang.” Ucapnya diakhiri dengan perpisahan.

Zwuung…

Iapun meneleportkan dirinya kesesuatu tempat.

“Jadi gimana Yan? Mau beli alatnya dulu atau prosesin orenya?” tanyaku padanya untuk memutuskan tujuan kami.

“Mungkin kita proses ore dulu aja yuk, sekalian eksplorasi markas” sahutnya.

Kamipun kini berjalan bersama menuju tempat pemerosesan ore.

Suasana markas ini sungguh damai, banyak dari penduduk beraktifitas tanpa dihinggapi rasa takut mengingat Planet Novus ini adalah medan perang. Anak-anak bebas bermain di taman dan pohon rindang membuat kanopi yang melindungi pejalan kaki dari panasnya sinar mentari.

Aku tak bisa membayangkan bagaimana perang antar tiga bangsa suatu saat bisa melenyapkan kedamaian ini. Sungguh, suatu saat harus ada cara untuk menghentikannya atau apa yang kulihat ini tak dapat kusaksikan lagi.

“Dzofi, lihat sepertinya kita hampir sampai” ucap Ryan memecah lamunanku sambil menunjukkan tempat yang sudah ramai.

“Yan, kau tau apa yang harus kita lakukan kan?” ucapku sambil meliriknya

“Ya” jawabnya singkat sambil membenarkan posisi kacamatanya.

“Sekarang!”

Kamipun langsung berlari sekuat tenaga, secepat-cepatnya agar mereka yang juga sedang menuju tempat pemerosesan ore tidak mendahului kami.

Drap drap drap…

“Hah.. hah.. hah.. kita berhasil, kita bisa mendahului mereka” ucap Ryan sambil terengah-engah.

“Hahah… hahah.. Ya… lihat, mereka juga berlari mengikuti kita, hahah…” ucapku dengan tawa yang juga terengah-engah.

Tampaknya antrean sudah panjang, namun itu masih lebih baik dibanding bila kami berada dibelakang mereka yang baru datang, hihihi…

“Berapa yang ingin kau proses?” Tanya sang kasir.

“Semuanya, tolong ya :3 ” ucapku sambil memberikan semua batu-batu yang kudapat.

-_- sang petugas hanya melihatiku, lalu mulai menghitung batu dan memisahkannya.

“Totalnya 182 ore, total biaya…”

Waks? Ada biayanya? Waduh, dompet gue seksi dah…

“91.000 dalant”

Cengkreng… Đ Đ Đ

Suara mesin kasir dan lambang mata uang dalant seakan memenuhi kepalaku, akupun terpaksa mengeluarkan nominal yang diminta.

“Ini Pak”

“Terimakasih…. Ughh… ughh…”

“Ughh.. ughh..”

Tanganku seakan tak mau melepaskan uang yang harusnya kubayar, tarik menarikpun terjadi.

“Tuan, tolong lepaskan uangnya…” ucap sang kasir.

“Dzofii, lepaskanlah. Kau memperpanjang antrean” bujuk Ryan, akupun melepaskan uangku.

Aghh.. tidakk…

Seakan uang itu bicara padaku.

“Ini tuan kembaliannya, anda bisa mengambil hasilnya disebelah sana.” Ucap sang kasir.

Beberapa menit kemudian, kami berhasil keluar dari sana, kamipun kini berjalan menuju Benteng Solus.

“Abis berapa lu?” tanyaku membuka percakapan.

“89k”

“Wah, duit lu di dompet tinggal berapa? Gue tinggal.. satu… dua… tinggal 54.500 dalant”

“Gue masih 61k”

“Kalo harga alatnya mahal gimanaya…” eluhku kesah.

“Ya kita mungkin patungan”

“Nah, itu maksud gue, nyok cepetan”

Kamipun menghampiri portal utama dan meneleport ke Benteng Solus.

Wzuung.. Wzuungg..

Setelah kami tiba, kami dibuat ter-meng-nganga. bangunan yang megah, pilar-pilar yang tinggi dan beberapa monitor yang dikerumuni orang-orang,ini toh Benteng Solus itu. Disini salah satu sector penggerak perekonomian kedua tertinggi setelah markas pusat. Di sini unggul karena ada salah satu fasilitas yang disebut rumah lelang. Mereka berbentuk monitor, anda tinggal menghampiri salah satu dari mereka dan mencari barang yang diinginkan, maka berbagai barang unik yang tidak dijual di markas akan anda temukan di sini. Terkadang harga disini bisa lebih murah dari harga normal. Mungkin karena yang punya lagi butuh uang atau dikejar debt collector.

“Dah jangan lama-lama, mbaca penjelasan lelangnya nanti aja, sekarang kita ke sundrise dulu” seru Ryan sambil menarik tangan ku.

Tap.. tap.. tap..

“Halo, mau beli apa?” Tanya wanita pemilik toko.

“Ehh.. umm, kami nyari peralatan…”

Belum aku selesai bicara, ia langsung memotong “Pembuat senjata, Amunisi dan armor kan?” ucapnya dengan muka riang.

“Ahh. Embak tau aja, berapa semuanya mbak?”

“60.000 dalant aja” jawabnya.

“Ohh segitu, tunggu sebentar ya”

Akupun kini menarik Ryan menjauhi tempat itu lalu mengajaknya berdiplomasi.

Yan gimana? harganya 60 rebu, lu jadi beli”

Emm.. gimana ya, uang gue cuma sisa 1000 dong”

Nah, entu dia, baru pertama idup di sini udah ngeluarin duit 150 rebu, gimana sebulan?”

Trus maksud lu, kita beli ketiga barang itu patungan? Iya?”

Excelent! Lu memang jenius, ini demi ekonomi kita Yan? Nanti kita bisa gentian makenya, lu mau buat armor dulu, gue mau buat senjata. Semua beres deh, gimana?”

. . . Boleh deh” jawab Ryan sesuai keinginanku.

Oke, Deal?”

Deal!”

Setelah kita berdiplomasi, kami menghampirinya lagi.

“Jadi deh mba” ucapku.

Sambil ia mempersiapkan alat-alat yang kami minta ia bicara padaku.

“Kamu kalo gak salah, Baydzofi Hardji yang ngaku-ngaku Maximus itu ya?” tanyanya

“Ngaku-ngaku… ehh, iya mbak. Mbak tau dari mana?” tanyaku balik.

“Wah, disini itu kalo ada kabar yang unik, menghebohkan, langsung tersebar mas, kaya penyebaran penyakit gitu. Itu semua karena Novus Eye Media” jelasnya

“Novus Eye Media?” ucapku penasaran.

“Iya, itu media pemberitaan. Saya juga punya kenalan di sana, katanya dia mau wawancarain mas”

“Ohh begitu… yaudah, ini mbak uangnya” balasku seraya memberikan uang patungan kami.

“Makasih. Oh iya, nama saya Kalusa, kalo ada perlu mampir lagi ya..”

“Sama-sama” ucapku seraya membalas lambaian tangannya.

Tap tap tap…

Kamipun sudah tiba kembali di markas.

“Kita ngapain nih?” tanyaku pada Ryan.

“Gue sih pengennya langsung mbuat barang, tapi kalo cuma ngandelin bahan yang ada, kita cuma bisa mbuat senjata standar aja” jawabnya.

“Yaudah gak papa, kita buat peralatan senjata dulu, baru nanti hunting sekalian leveling”

Akupun mengawali dengan membuat shield dan knive, sedangkan Ryan membuat handgun.

30 menit waktu yang kami perlukan untuk membuat yang kami inginkan, dan kini kami siap hunting.

Kami berjalan keluar markas, dan menemukan salah atu hewan terlemah di Novus, yaitu Young Flem.

“Hehehe… kau akan mati makluk lemah” ucapku padanya. Lalu aku langsung mensayat makhluk malang itu.

SYATT..

“CYAAA..” suara yang keluar dari makhluk itu, dan kini ia bergerak melawan.

Srakk… Druakk.. Srakk..

“Wasuu… mahluk lemah kaya lu langsung mati aja kenapa sih? Gausah bikin repot! SHINING CUT!”

Bzeett.. Bzett.. Bzett..

Serangan kombo cepat ku keluarkan, diapun kini terkapar dengan bersimbah darah.

“Hehehe.. ayo Yan. Peretelin tubuhnya. Dapet banyak nih” ajakku, namun sepertinya ia tak menaruh pandangannya padaku, ia memperhatikan sesuatu.

“Yan, lu mau kagak?” ajakku kembali

“Fi, kayanya lu mesti hati-hati deh” ucapnya gak biasa.

“Kenapa? Hati-hati sama ap…” kini aku mengerti maksudnya, kumpulan young flem dan flem kini bergerombol berlari kearah ku.

“CYAA!” (SERANGG!)

Drakk.. Drukk.. Srakk.. Srukk.. Bruakk..

“Aagghh.. adaouw… Yan bantuin gue Yan.. Yan!” ucapku memanggil namanya sambil terus melawan mereka.

“Sori Fi, gue lupa buat pelurunya, gue gak bisa bantu apa-apa”

“WHAT? Lu ngajakin gue hunting tapi adaw.. gak bawa peluru… kamvret memang”

Sekarang aku sangat jengkel dikerumuni makhluk ini, aku kini menebas mereka dengan amarah.

“WILD RAGE! HYAA MATI LU LEMAHH!”

Bsatt! Bsatt! Slasher! SLASH! SLASH! SLASH!

Pertempuran ‘besar’ akhirnya berhenti. Debu yang berterbangan kini perlahan hilang dan menampakkan sosokku yang babak belur akibat serangan mereka. Tidak sedikit bercak darah makhluk itu yang menodai pakaian ku.

“Hosh! Hosh! Hosh! Nih ambil semua mika yang ada, buat peluru sono!” ucapku terengah-engah sambil melemparkan barang padanya.

“Hehehe…” respon Ryan cuma dengan cengengesan.

“Dasar, giliran dibutuhin nggak berguna, temen tuh begitu?”

“satu.. dua.. tiga..” dia sedang menghitung mika tak menggubris omelanku.

Djancoeg! Diajak ngomong malah ngitung! Peranakan kamvret emang nih bocah!

Akupun berdiri dan perjalan melalui dia…

Srakk..

Kutendang kumpulan mika yang sudah ia susun rapih.

“Ja-jahat lu FI”

“Muehehehe… your welcome” tawaku jahat. Akupun berlalu menuju mesh ku untuk beristirahat.

.

Saat aku hendak menuju kamar ku, kulihat ada seseorang yang duduk menunggu tepat di depan pintu. Kamipun sempat kontak mata, dan ia langsung berjalan menghampiriku.

“A-apakah anda Baydzofi Hardji?” Tanya wanita asing itu.

“Ya”

“Ahh syukurlah, saya dari Novus Eye Media, ingin mengajukan beberapa pertanyaan”

Ternyata ia adalah wartawan, teman Kalusa yang ia maksud akan mendatangiku.

“Oh, tentu. Namun sebelum itu, silahkan masuk dulu” balasku mempersilahkan ia memasuki mesh ku.

“Anggap saja rumah sendiri…”

Aku kini pergi ke dapur dan menyediakan ia minuman.

“Maaf, hanya ada air putih. Jadi apa yang bisa saya bantu?”

“Jadi saya di sini ingin mengajukan beberapa pertanyaan mengenai hal yang telah anda lakukan sebelumnya di pesawat angkasa NOV-96”

“Baiklah” jawabku.

Kini ia melihat draf pertanyaan dan menyiapkan alat perekam suara.

Ku amati dia, Sepertinya ia sebaya denganku, rambutnya yang berwarna merah muda sebahu terurai terlihat cantik, terlebih dengan pakaian yang ia kenakkan menimbulkan kesan feminis atau apalah namanya.

“A-apakah yang a-anda fikirkan sehingga dapat melakukan hal yang seharusnya tidak dapat dilakukan oleh p-prajurit yang belum resmi dianggap tentara novus?” ucapnya terputus-putus.

“Haha… tenangkan dirimu dulu. Jangan dibawa tegang , emang susah jika bicara hanya berdua di ruangan ini, apalagi gak saling kenal…” ucapku mencoba menenangkannya, namun nampaknya malah sebaliknya.

Kini wajahnya mulai memerah dan itu makin menambah kesan manis pada dirinya.

Ehh.. dia tersipu malu… emang gue ngomong apaan? Ehh.. ’emang susah bicara berdua diruang ini’

berdua… disatu ruangan… sepi…

*Blushh…

“Ehh.. maap mbak, saya gak ada maksud apa-apa… suer.. saya juga gak nyangka bakal ngomong hal itu” ucapku pemberi penjelasan.

“Iya, gak papa” kini ia membalas perkataanku dengan senyuman. Namun itu malah membuatku makin nge-blush, karena saat ia tersenyum terbentuk lesung pipi di wajahnya yang membuat ia makin terlihat manis.

“E… a-ayo kita lanjutkan”

Iapun kini mengambil nafas yang dalam dan mencoba mewawancaraiku seperti berbicara biasa pada umumnya, pertama ia menanyakan tentang biodata ku, akupun menjawab…

“Lahir di Kota Odin tanggal 09-11-114 Novus Era. Merupakan anak tunggal dari Rays dan Rena. Terlahir dari keluarga bergaris prajurit, memiliki anggota keluarga yang tinggal di Novus bernama Ulfa Hardji.”

Menanyakan siapa saja teman-teman ku yang ikut dalam perjalanan. Lalu aku menyebut nama mereka satu persatu.

Menanyakan bagaimana kejadian itu bermula, akupun menceritakan padanya apa yang kuketahui.

Lalu ia menanyakan bagaimana aku bisa melakukan hal yang tidak bisa dilakukan oleh seorang yang belum resmi menjadi prajurit Novus.

“Aku rasa aku melakukannya seperti seakan aku mampu dan aku bisa, selain karena kondisi yang mendorong, aku berfikir kalau aku, teman-teman dan kami semua, memiliki tujuan yg sama, yaitu ingin tiba di Novus secepatnya, dengan selamat. Itulah mengapa alasan yang mungkin dapat mendorongku, bisa dikatakan Power of Kepepet” jawabku seperti saat Tuan Franco menanyaiku.

“Baiklah, yang terakhir. hmm, pas penyerangan terjadi, mereka, orang yang kamu sayangi, apa kamu gak kuatir dengan keselamatan mereka? soalnya kalo aku jadi kamu, dan pesawat yang kutumpangi dibombardir, prioritas utamaku pastilah memastikan keselamatan orang-orang terdekatku…”

DHEG!

Be-bener juga… kok gue gak kepikiran ya?

Akupun baru menyadari kalau aku benar-benar tak memikirkan mereka, barang terbesit sedikitpun.

Glek…

Aku kini memikirkan jawaban lebih lama dari sebelumnya, namun sebisa mungkin aku melontarkan jawaban yang masuk akal.

” Emm.. begini mbak.. banyak yg mengatakan seorang laki-laki menggunakan akalnya dalam bertindak, sedang perempuan menggunakan perasaan atau mereka menyebutnya hati.

dalam kondisi serangan pertama yang mendadak, semua penumpang, baik yg ada ruang dipilot atau manapun, mengalami getaran dan ada yg mengalami benturan dikepala. selain aku, Kakek Zappeto, Kak Rolf dan semua kru yang berada di sana. Kak Ulfa dan Sabila juga mengalami benturan.

nah emm.. to de poin, saat aku baru sadar, jujur, aku gak sempet untuk mikirin yang jauh-jauh, termasuk orang yang aku sayang, karena begitu sadar, orang orang yg Dihadapanku dah gak berdaya, dan lagi pula secara akal, aku gak mungkin mencari tau keadaan mereka sedangkan dihadapanku adalah orang yang menentukan keselamatan orang banyak yaitu kapten, jadi aku melakukan langsung hal prioritas yg bisa aku lakukan saat itu.

dengan menyelamatkan pesawat otomatis menyelamatkan banyak nyawa, termasuk mereka yang ku sayang (yeay)” jelasku panjang lebar sebisa mungkin agar ia mengerti.

“Tapi jauhan mana antara mikirin keselamatan orang yang kita sayangi sama mikirin gimana nyelametin pesawat dari ujan misil?” tanyanya lagi.

“Aku akan tetap menjawab yang terdekat sebagai prioritas mbak” jawabku penuh tekad.

“Ohh begitu.. Selanjutnya, jadi siapakah orang yang anda sayangi itu?”

“Ehh?! I-itu.. nganu… o-orang…” jawabku terbata-bata, namun ia langsung memotong.

“Haha.. bercanda, aku bukan dari media gossip kok… baiklah, semua jawabannya sudah aku dapatkan. Terimakasih atas waktunya, Senang bisa bekerjasama dengan anda” ucapnya diakhiri dengan kalimat formal disertai senyum manis khas gadis, ia kini menjulurkan tangannya.

Akupun membalasnya dengan jabat tangan.

“Sama-sama”

Saat hendak keluar, ia kembali mengucapkan sesuatu padaku…

“Ohh iya, maaf sebelumnya, aku lancang gak memperkenalkan diri, namaku Rhi Vrataski. Sekali lagi terimakasih atas waktunya, bye..” ucapnya sembari melambaikan tangan seraya melangkah pergi.

Dah wawancara gak ngasih tau nama… ada ya wartawati begitu…-_-“

Akupun kini beranjak mandi, makan seadanya dan merebahkan tubuh di atas kasur.

.

.

DHOG! DHOG! DHOG! DHOG!…

“Emmm…”

DHOG! DHOG! DHOG! DHOG!…

“Iya.. iya!” sahutku

“Siapasih pagi-pagi gini gedor rumah orang sesukanya! Baru juga jam enam” dumelku seraya menghampiri siapa yang membuat keributan.

Ceklek…

BRAKK!

“EHH?… ADA APA INI?…”

.

.

“Kek, aku akan mengikuti jejak mu dan jejak ayah ku, semoga dengan ini aku bisa melindungi orang-orang yang aku sayangi, perjalanan hidup ku baru akan dimulai…”
-Baydzofi Hardji- Ch.1 [Rework]

CHAPTER 11 END.
Next Chapter > Read Chapter 12:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-12/
Previous Chapter > Read Chapter 10:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-10/
List of Journey For Identity Chapter:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-list


Catatan Author:

JFI WIKI/Trivia :
-Lambang mata uang dalant “Đ” diambil dari MS Word symbol ; Latin Capital Letter D With Stro…

– Franco Ken Fitzgerald : merupakan nama dari char Archon dulu di rf indo. Dia terkenal dan jago, mampu membawa kejayaan buat Bellato. Dan Ken Fitzgerald diambil dari nama presiden amrik, JF Kennedy = Jhon Fitzgerald Kennedy.
Job : Armor Rider
Profesi : Archon, sekarang kembali terpilih untuk keduakalinya.
Umur : 33 tahun.
Pangkat : Maximus.

– Armored General
Nama asli : ?
Job : Armor Rider
Ciri-ciri : berambut hitam.
Umur : ?
Pangkat : ?

– Shinta : sikapnya Tsundere (Yang galak itu lho).
Job : Armor Rider
Merupakan anak buah dari seseorang yang disebut Armored General.
Umur : sekitar 20an
Ciri-ciri : rambut pirang panjang melebihi pundak. Pupil biru.
Pangkat : Sink.

– Renault Smirnov Rosario : penampilan diambil dari karakter Fire Emblem : Rekka no Ken bernama Renault. Nama Smirnov diambil dari nama Pendeta Rusia Dimitriv Smirnov, Rosario dari emm.. dari mana ya, lewat begitu aja sih dikepala.
Job : ?
Profesi : Sebagai Uskup di Holy Alliance Cora. Kepala peneliti research pengembangan senjata.
Umur : ?, data terakhir yang diketahui umurnya lebih dari 65 tahun.
Ciri-ciri : rambut berwarna perak kebiruan.
Pangkat : ?

– Kalpanax : diambil dari char nyata di RF Indo, namanya Kalpanax, bila ada yang kenal berarti anda sama tuanya dengan dia, temen satu warnet. Dia ada di server Aquila. Bukan nama salep lho ya…
Job : ?
Profesi : anak buah Uskup Renault. Juga murid kesayangannya.
Umur : tidak diketahui sejara pasti, namun dari perawakan umum, menunjukkan umurnya 20an.
Ciri-ciri : rambut perak kecoklatan lurus.
Pangkat : ?

– Alco : ? penulis masih belum mau memberitahu pembaca, bila sudah ada yang bisa menebak, penulis akan akui. Hahaha…
Job : ?
Profesi : murid dari Renault.
Umur : sebaya dengan Kalpanax.
Ciri-ciri : ?
Pangkat : ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *