JOURNEY FOR IDENTITY CHAPTER 2 – TALENT

Journey For Identity
Penulis: Bid’ah Slayer


-:Hari kedua:-

“Huuaaahh….”

Aku terbangun dari tidurku, kulihat Ryan dan Adan, nampaknya mereka masih terlelap diatas ranjangnya, lalu kulihat Chronometer-ku, “huh sekarang sudah pukul -:06.18:-, sebaiknya aku langsung mandi dan bersiap-siap untuk sarapan”

Akupun memasuki ke kamar mandi, kulihat didalam kamar mandi ada cermin, lalu aku melepas bajuku, “wah badanku belum jadi nih, masih belum kotak-kotak hahaha” ucapku sambil bercermin dan bergaya layaknya binaragawan, “ah sudahlah, sekarang waktunya mandi”

Akupun melepas celanaku, namun saat aku hendak mandi..

Ceklek..

Pintu kamar mandi terbuka, kulihat ternyata Adan yang membuka pintu, reflek tangan kiriku menutupi bagian yang ‘if you know what I mean’, sedangkan tangan kananku mencari sesuatu untuk dilempar. Akupun melemparkan botol sampo kearahnya sambil berkata

“Heii.. kalau mau masuk kamar mandi ketuk dulu pintunya!”

BLETAKK..

Seranganku tepat mengenai kepalanya, nampak Adan-pun mengaduh kesakitan

“Aduuhh.. makanya kalau sedang didalam kamar mandi, kunci pintunya! Dasar sial!”

Memang ada benarnya juga perkataan Adan, namun aku memang sudah terbiasa tidak mengunci pintu kamar mandi mengingat aku di asrama seorang diri, akupun langsung mengunci pintu kamar mandi.

“Huah… segarnya” ucapku keluar dari kamar mandi, kulihat Adan sedang duduk sambil mengompres kepalanya dengan handuk dingin sambil menatap tajam kearahku, tatapan penuh dendam ingin membunuhku.

“Hehe.. sory ya, tadi itu gerakan reflek” ucapku memberi alas an

“Hemm…” jawabnya dingin

“Ba.. bagaimana kalau kau kuberi bagian dari jatah sarapanku? Kau boleh ambil yang kau suka^^”

“…” dia tidak merespon

Akupun mendekatinya dan menggenggam tangannya

“Maafkan aku ya, ayolah, itukan tidak disengaja”

Disaat seperti itu Ryan-pun terbangun dan berkata

“Heh?!.. apa yang kalian sedang lakukan? Dasar homo”

“Eh.. apa? Aku tidak bermaksud seperti apa yang kau fikirkan” ucapku menyangkalnya

“Iya! Aku juga masih waras” timpal Adan

“Lalu mengapa kalian bergenggaman tangan dengan mesra? Terlebih lagi kau Dzofi, kenapa kau hanya menggunakan handuk?”

“Aku hanya meminta maaf kepada padanya, karena aku telah melukainya, itu saja” jelasku

“Dengan menggenggam tangannya layaknya menyatakan cinta?” tanyanya dengan nada mengejek

“Hush.. sudah sudah, kau tidak usah berbicara menggunakan majas Hiperbola Yan, dia ini hanya minta maaf kepadaku” timpal Adan, ia pun beranjak dari tempat ia duduk dan langsung masuk ke kamar mandi.

Akupun bergegas mengambil dan memakai pakaianku diruang pakaian.

.

“Hei, sebaiknya kau lekas mandi, sekarang sudah pukul 06.28, jam 7 kita akan sarapan di ruang makan, kau bisa membaca bukumu nanti” seruku memperingati Ryan yang hendak membaca bukunya.

“Iya iya, nanti kalau Adan selesai mandi aku langsung mandi kok”

“Yasudah, aku keluar dulu ya, ingin berkeliling”

Akupun melangkahkan kakiku keluar.

“Huh.. kemana ya? Aku masih belum terlalu mengenal tempat ini”

Akupun melihat-lihat pemandangan diluar, nampak angkasa luar yang gelap namun dihiasi jutaan titik sinar terang yang berasal dari bintang beserta sekumpulan asteroid yang bergerak sesuai jalurnya, mereka tidak pernah saling berbenturan. Kakek ku pernah berkata, bahwa mereka yang telah tiada akan ditempatkan di tempat yang lebih baik, disalahsatu tempat yang bersinar itu, beliau mengatakannya saat orangtua ku dan kak Ulfa dikabarkan telah gugur dalam misi.

Sambil mengarahkan pandangan ku keluar, aku terus berjalan sampai akhirnya lamunan ku buyar setelah mendengar ada suara wanita yang memanggil ku.

“Dzofi.. Haii”

Ternyata itu Sabila, ia melambaikan tangannya seraya memanggil nama ku.

“Ada apa Sab?” sahut ku

“Apa yang sedang kau lakukan disini?”

“Aku hanya sedang melihat-lihat pemandangan, aku bingung mau kemana”

“Bagaimana kalau kita kelantai atas? Di sana sepertinya menarik”

“Memangnya kemana teman-teman mu? Biasanya kau bersama merekakan?”

“Nuys, Berli dan yang lainnya sedang asik ngobrol membicarakan laki-laki tampan yang ada di pesawat ini, kabarnya ia adalah peserta baru seperti kita juga lho”

Sepertinya aku tahu siapa yang mereka maksud -_-” ucapku dalam hati.

“Lalu kenapa kau tidak bergabung bersama mereka?”

“Aku tidak tertarik dengan apa yang mereka bicarakan, lagi pula setampan apapun lelaki itu, itu hanya penampilan fisiknya, tidak menentukan hatinya, dan juga aku tidak tertarik dengan laki-laki itu ^^ makanya aku keluar dan lebih memilih jalan-jalan”

“Owh begitu, baiklah, ayo kita keatas”

Kami berduapun berjalan menuju arah lift

“Ting!” pintu lift terbuka.

“Ayo cepat masuk Dzofi!” ucap Sabila mengajakku dengan semangat.

“Ba.. baiklah”

Akupun melangkahkan kaki ku kedalam lift, lalu Sabila menekan tombol lift yang paling atas

“Ting!”

Pintu liftpun tertutup.

Sabilapun bertanya padaku “Dzofi, kau tidak apa-apa?”

“Ah tidak apa-apa kok”

“Tapi tadi saat kau ingin memasuki lift langkah mu agak tersendat, apa kau tidak suka menaiki lift”

“Oke baiklah, akan ku beri tahu, tapi kau janji tidak tertawa dan tidak memberitahukannya pada siapapun ya!”

“Baiklah, aku janji, janji kelingking?” ia mengarahkan jari kelingkingnya padaku, kutepis jari kelingkingnya sambil berkata, “Tidak perlu, kita sudah bukan anak kecil lagi”

“Hehehe, Lalu bagaimana ceritamu”

“Jadi begini, saat aku kecil aku pernah menonton film serial horror, di film itu mengisahkan ada salah satu orang yang menaiki lift itu, namun saat orang itu baru setengah jalan menaiki lift, tiba-tiba pintu lift itu menutup dan menekan kepalanya, akhirnya Ia menjadi hantu berkepala gepeng. Sejak itulah aku agak parno kalau ingin menaiki lift”

“Pfftt.. hahaha, ada-ada saja kau Dzofi”

“Hei! Kan sudah aku bilang jangan tertawa” Sial dia tertawa, harusnya aku tidak menceritakannya -_-“

“iya iya, habis lucu banget sih, kau kan tahu, kalau pintu lift ini ada sensornya, jadi kalau ada orang sedang masuk tidak mungkin tertutup begitu saja”

“ya namanya juga parno dari kecil, ya kebawa sampai sekarang. Tapi ingat ya, pokoknya jangan bilang kesiapa-siapa”

“oke, aku janji”

Tak berapa lama kemudian “Ting!” pintu liftpun terbuka.

“yap kita sudah sampai, ayo. Hati-hati nanti kepalamu terjepit hehehe” ucapnya menyindirku.

Kamipun sampai diruang paling atas pesawat. Disini tampak beberapa orang yang sedang melakukan aktivitas mereka, ada yang sekedar duduk sambil melihat pemandangan angkasa, berkumpul sambil membicarakan sesuatu, bahkan ada juga yang sedang berlatih.

“Wah luas sekali, seperti aula namun lebih luas” ucapku kagum.

“Lihat, disini banyak pasangan yang sedang berdua sambil melihat pemandangan angkasa” ucap Sabila.

Heh?! Pasangan? Akupun melihat sekitar lebih jeli, Benar juga, walau ada sekelompok orang yg berkumpul namun kalau diperhatikan, banyak diantara mereka yang berduaan saja, bahkan banyak dari pasangan itu saling bergenggaman tangan dan menyandarkan kepalanya kepundak pasangan mereka. Huh ini gak bagus, tiba-tiba saja pikiranku jadi canggung sendiri.

“Li.. lihat, disana ada kelompok yang sedang berlatih, kita kesana yuk” ajakku untuk memperalihkan pembicaraan.

“oke ^^ “

Kamipun berjalan menuju sekelompok orang yang sedang berlatih, disana nampak dua orang saling berhadapan, mereka saling memberi penghormatan satu sama lain, lalu mereka langsung bertarung. Pertandingan nampak seru, mereka meluncurkan serangannya, memukul, bertahan, tendang, menghindar. Akhirnya setelah beberapa menit kemudian pertandinganpun usai dengan salah satu peserta terjatuh dan tak mampu lagi melawan.

Merekapun kembali keposisi mereka semula, duduk bersila bersama peserta lainnya.

“Wah hebat sekali ya Sab”

“Iya, bagaimana kalau kau coba bertarung melawan mereka”

“Hah? Kau bercanda? Aku pasti langsung kalah dalam hitungan detik hehehe”

Ditengah percakapan ku dengan Sabila, tiba-tiba saja ada seseorang yang menepuk pundakku “bagaimana kalau kau mencoba berlatih bersama mereka?”

Sontak aku kaget dan menoleh “Heh!.. siapa anda?” tanyaku pada pria botak yang berbicara padaku. Dari penampilannya, ia mengenakan pakaian yang sama dengan para peserta yang tadi namun ada berberapa artibut yang berbeda. “Hehe maafkan aku kalau mengagetkanmu, namaku Luckman Judge, aku adalah pelatih mereka yang barusan kau tonton”

“Oh, namaku Baydzofi, panggil aku Dzofi”

“Aku Sabila, senang berkenalan dengan anda Om”

“Aduhh.. jangan panggil Aku om dong, panggil aku Kakak~ hahaha” ucapnya sambil mengusap-usap kepala botaknya.

What?! Apa apaan pak tua ini, sudah botak belaga sok muda lagi, seseorang harus ada yang menyadarkannya! Gerutuku dalam hati.

“Emm.. jadi sebenarnya apa yang sedang mereka lakukan Pak?”

“Jadi kau tertarik dengan apa yang mereka lakukan bukan? Mereka adalah unit yang dilatih khusus untuk dikirim ke planet Novus, mereka akan langsung turun ke medan perang”

“APA? Langsung ikut berperang? Tanpa senjata? Luar biasa”

Namun tiba-tiba saja suaranya pecah. “HAHAHA kau percaya? hahah aku hanya bercanda nak, tidak kusangka aku masih bisa bertemu bocah lugu seperti mu haha” ia menertawaiku, bisa dilihat dari tawanya, ia sangat puas, andai ia sebaya denganku pasti sudah kubiarkan ia berkenalan dengan tinjuku Grrr…

“Ppfftt…” nampaknya Sabila berusaha menahan tawa juga, namun saat kulirik dengan tatapan sinis, ia berusaha menahannya lebih kuat.

“Huh.. jadi kalau begitu, kenapa mereka berlatih tanpa menggunakan senjata?”

“Karena saat kau berada dalam perang, ada saatnya senjata yang kau miliki tak bisa digunakan, dan pada saat itulah kau hanya dapat mengandalkan dirimu sendiri. Dan Ingatlah! Dalam perang, semua adalah adil, tidak ada kata curang atau licik, mereka yang mampu bertahan merekalah pemenangnya.”

“Benar juga, lalu bagaimana cara bertarungnya? Apakah ada teknik khusus?”

“Ya, disini kami berlatih dengan teknik pertahanan diri yang diciptakan oleh manusia Bumi kuno”

“Wah.. teknik manusia Bumi kuno” Aku dan Sabila kagum, namun ditengah kekagumanku, aku teringat saat ia membodohiku. “Stop! Kau pasti mencoba membodohiku lagi kan Pak botak!” ucapku penuh kesewotan. Namun dia menjawab dengan santai “Tidak, apa yang kuucapkan kali ini benar. Teknik pertahanan diri ini manusia Bumi kuno sebut sebagai Taekwondo, Karate dan Silat, dari ketiga teknik inilah kami mengadaptasikannya dan menggabungkannya sebagai teknik latihan kami. Bagaimana? Kau mau mencobanya?”

“Umm.. tapi apa bisa aku melakukannya” ucapku ragu. bagaimana tidak, teknik ini saja milik manusia bumi kuno, sudah gitu digabung menjadi satu pula.

“tidak perlu khawatir, kau hanya akan belajar teknik dasar dahulu, kau akan dilatih oleh anggota senior” lalu iapun memanggil seorang laki-laki berkacamata. “nah sekarang kau maju dan berlatihlah sampai bisa hahaha” “Eh pak botak, kau mau kemana?” “Aku ada urusan, kalau kau sudah selesai, kau akan dapat hadiah, sudah aku pergi dulu” iapun pergi meninggalkan ku dan anak-anak didiknya. Sekarang kami berdua berhadapan, dari yang tadi kusaksikan, pertama-tama aku harus menundukan badan sebagai salam penghormatan.

Akupun menundukan badanku.

“Heh.. kau terlalu tergesa-gesa, tidak usah terburu-buru, santai saja haha, kita perkenalan diri dulu saja. Namaku El Gaza” ucap lelaki berkacamata itu.

Uh memalukan saja tingkahku yang terlalu gegabah ini, akupun memperkenalkan diri “Namaku Baydzofi Hardji, kakak bisa memanggilku Dzofi” “baiklah Dzofi, kau bisa memanggilku Gaza, sebaiknya kita mulai latihannya sekarang”

Kamipun saling menunduk memberi penghormatan, “baik, pertama-tama posisikan dirimu dalam bersiap” akupun memasang kuda kuda. “kuda kudamu salah! Harusnya posisi kakimu tidak terlalu rapat, dan kaki kirimu mundurkan sedikit” akupun melalukan seperti apa yang kak Gaza perintahkan.

“Bagus, ingatlah! posisi kuda kuda adalah posisi awal yang menentukan segalanya saat kau bertarung, bila posisi kuda kudamu tidak sempurna, saat musuh datang menyerang, kau akan dengan mudah dikalahkan. Begitu juga saat kau menyerang, seraanganmu akan mudah dipatahkan” lalu kak Gaza kembali memberi komando “Baiklah, sekarang kau serang aku”

“Apa kak? Menyerangmu?”

“Iya, seranglah aku”

“Tapi.. aku..” aku tidak bisa memukul orang tidak bersalah begitu saja, seandainya bila yang kupukul Pak botak, maka dengan senang hati aku akan melakukannya.

“Sudahlah, sekarang kau serang aku seperti kau ingin menyakiti seseorang”

“Baiklah” akupun memfokuskan fikiranku, kuanggap dia adalah si Pak botak yang telah berhasil membuatku tampak bodoh didepan wanita. Ku kepalkan tanganku, lalu aku berlari kearahnya ..

“Hyaaatt…” Rasakan ini pak botaaakkk…

Ku arahkan tinjuku padanya

Srett.. Buakk.. Bukk..

Dalam hitungan detik, dia berhasil membuat tubuhku tersungkur dilantai

“Umm.. Sial” keluh ku.

“Bagaimana? Kau tau apa yang kulakukan padamu”

“Emm.. itu terjadi dengan cepat, namun yang ku tahu, saat aku mencoba menyerangmu, kau menghindar dan mendorongku hingga aku terkapar di lantai”

“Bagus juga, tapi itu masih kurang, kau masih belum tahu bagaimana aku menghindar dan cara ku menjatuhkan mu, kau harus tahu juga maksud dari tindakanku kepadamu. Baiklah, ayo berdiri, kita akan melakukannya lagi”

“Apa? Sampai berapa kali aku harus tersungkur kelantai?”

“Kau akan terus membuat tubuh mu tersungkur sampai kau mengerti”

Akupun kembali berdiri dan memasang kuda kuda, namun tiba-tiba aku mendengar ucapan seseorang yang menyebut namaku “Ayo Dzofi jangan menyerah, tetap maju..” rupanya itu Sabila, ia mencoba menyemangati ku diantara orang-orang yang sedang menonton kami berlatih.

“Bersiap,… Mulai!”

Kali ini aku tidak boleh gagal “Hyaaa…”

Srett.. Buaak.. Bhukk..

Badanku pun tersungkur lagi

“Bagaimana? Kau sudah mengetahuinya?”

aku mencoba fokus dan mengingat semua yang terjadi, kecepatan, lari, serang, menghindar… yap! Aku sudah dapat jawabannnya.

“Ya! Aku sudah mengetahuinya. Saat aku berlari untuk menyerang mu dengan tangan ku, kau menghindar dengan cepat kearah yang sulit ku capai, kau menghindar kearah kanan sambil memegang tangan kanan ku, lalu dengan memanfaatkan kecepatan dan posisi ku yang kurang setabil, kau mendorong ku kedepan hingga aku tersunggur ke lantai”

“Jadi apa maksud dari yang ku lalukan padamu? Dzofi”

“Hemm.. kau memanfaatkan kelebihan lawan sebagai kelemahan. Ya! memanfaatkan kelebihan sebagai kelemahan”

Plok… Plok… Plok…

“Hahaha.. Analisa yang bagus Dzofi, tak kusangka, aku bisa bertemu lagi dengan orang yang mempunyai analisa yang tepat” ucap kak Gaza sambil menepuk kedua tangannya.

“Terimakasih kak”

Lalu iapun melanjutkan perkataannya “Baiklah Dzofi, kita akan melakukannya sekali lagi, namun kali ini kau harus bisa menyerang ku, bila kau berhasil, aku akan memberi mu hadiah.”

“Ba.. baiklah!” kali ini aku harus berhasil, jangan sampai tersungkur untuk yang ketiga kalinya.

“Bagus! Kalau begitu Bersiaplah!”

Ku fokuskan fikiran ku, mereview kejadian-kejadian sebelumnya, langkah dia menghindar dari serangan ku, gerakannya, bgaimana ia mengambil kesempatan untuk membuatku terjatuh…

“Mulai!…”

Akupun kembali berlari kearahnya, namun aku kini berusaha berlari lebih cepat, karena aku tahu, cara ia dapat menghadang seranganku dan menghindarinya karena kecepatan yang ia miliki jauh lebih tinggi sehingga dia dapat membaca serangan ku.

“Hyaaa!..” kuarahkan tinjuku kearah mukanya

Besst..

Apa? Kali ini ia benar-benar berhasil menghindar, kecepatan hindarannya tidak seperti yang sebelumnya, kali ini lebih cepat

Sett..

Dia sudah berada di sebelah kanan ku, rupanya ia mau menggunakan teknik yang sama.

Dia meraih tangan kananku, namun sebelum ia berhasil mendorongku, ku arahkan tangan kiriku untuk memukulnya “Jangan harap aku termakan cara yang sama!..”

Betss..

Si.. sial, pukulanku ditahannya! Ia menggenggam tangan kiriku sambil berkata “Ouww.. gerak tambahan yang bagus, kuharap kau mempunyai gerakan yang lainnya”

Sial! Dengan posisi seperti ini, kedua tanganku terkunci, aku tidak bisa melawan ataupun mengelak.

Lalu dia mendorongku kedepan. “Ayo lakulan lagi”

Huft.. aku seperti dipermainkan dihadapan orang banyak, namun tak ada pilihan lain selain mengakhiri ini. Akupun kembali menyerangnya

Drap.. Drap.. Drap..

“Rasakan ini”

Kuarahkan pukulanku lagi,

Miss..

Sudah ku duga, pasti ia berhasil menghindarinya, aku langsung menyikut kearah kanan menggunakan siku kananku untuk menyerangnya, namun dia sudah tidak berada di sebelah kanan.

Grebb..

“Uugghh..” dia sudah berada dibelakangku, ia men-Cokslem leherku dari belakang sambil berkata padaku “Sepertinya hasilnya sama saja” lalu ia mendorongku kelantai.

Tidak.. aku tidak akan gagal untuk kali ini!

Sebelum aku terkapar dilantai, kugunakan kedua tanganku untuk menopang badanku, lalu dengan sisa kekuatan dan kesempatan yang terbatas ku arahkan tendangan terakhirku padanya. “Hyaaa..”

Buakk..

Posisiku jelas tak setabil, akupun kembali tersungkur dilantai untuk yang ketiga kalinya. Aku lalu bangun, kulihat orang-orang yang menonton kami berlatih hanya diam melihat kearahku, padahal latihan kami telah usai, aku sudah kalah. Sampai akhirnya aku faham kenapa mereka semua terpaku melihatku, ku lihat kearah kak Gaza, rupanya dia sudah dalam posisi Terlentang diatas lantai.

“Ugghh.. boleh juga kau Dzofi”

“Ma.. maaf Kak, aku tidak bermaksud untuk..” belum usai kau menyelesaikan perkataan maafku padanya, ia langsung memotongnya “Sudah tidak apa apa, wajar bila dalam pertandingan ada yang menang dan kalah, sesuai janjiku, aku akan memberimu hadiah”

Iapun melepaskan cincin dari jarinya dan memberikannya padaku “ini, ambillah”

Cincin itu berkilau saat memantulkan cahaya, sepertinya sangat mahal. nampak jelas ditengahnya terukir lambang Bellato Union.

“Tapi Kak, sepertinya ini sangat berharga”

“Sudah jangan khawatir, diantara peserta junior yang mengikuti latihan disini, belum ada satupun yang bisa mengalahkanku sampai kau datang, jadi ini sudah takdirmu untuk menerima cincin ini. lagipula aku bisa mendapatkannya lagi kok, ini ambillah”

“Baiklah.. Terimakasih Kak”

Setelah aku menerima pemberian Kak Gaza, suasana kembali ramai.

Yeah! Aku sangat senang, setelah sekian kali aku terjatuh, akhirnya aku dapat menyelesainaknnya juga hahaha.

Lalu kak Gazapun bertanya padaku “Memangnya apa Profesi mu Dzofi?”

“Saya seorang Specialist Kak”

“Ohh.. Specialist ya… hemm..”

“Apa ada yang salah Kak?”

“Tidak, tidak ada yang salah, hanya saja Aku juga mengenal seorang specialist sepertimu, kalian sama sama mempunyai tingkat analisa yang tinggi dan kemauan yang kuat untuk mencapai sesuatu, namun yang membedakannya dengan mu adalah kelicikannya hahaha.. Aku rasa Kalian harus bertemu”

Ditengah perbincangan kami, Sabila datang mengucapkan selamat padaku

“Dzofi selamat ya, akhirnya kau bisa menyelesaikan latihan dan mendapatkan hadiahnya ^^ “

“Iya Sab, sama-sama, ini berkat kau juga karena telah menyemangatiku hehe..” lalu aku memperkenalkan Kak Gaza pada Sabila “Sab, perkenalkan ini kak El Gaza, kak Gaza perkenalkan ini Sabila Rosseblood”

“Salam kenal kak, senang bertemu denganmu”

“Ahh.. salam kenal juga. Ohh.. gawat!” ucapnya yang mendadak kaget, kamipun ikut kaget juga.

“Ada apa kak!” tanyaku penasaran?

“Aku ada janji dengan para petinggi pukul 07.00” ucapnya panik sambil melihat chronometer-nya.

“Petinggi?”

“… Ahh.. iya, sebaiknya kau dan pacarmu cepat pergi keruang makan, sarapannya pasti sudah dimulai, nanti kalian gak kebagia jatah lo” ucap Kak Gaza sambil mengusap-usapkan tangannya kekepalaku.

*Blush* sontak wajahku memerah seperti Twezzer rebus, ku coba lirik Sabila, nampak mukanya juga memerah. Sempat kami saling berlirikan, lalu kuarahkan pandanganku kearah lain.

“Sudah ya, aku pergi dulu” Kak Gaza-pun berlalu. Tanpa disadari ternyata ruang ini sudah sepi. Nampak para prajurit yang lain berlari menuju lift secara berbondong-bondong.

“Sa.. Sab, cepat kita lari ke lift atau kita gak dapet jatah sarapan”

“Eh.. i.. iya”

Drap drap drap..

Kamipun berlari secepat mungkin sebelum pintu lift tertutup

“Tungguu.. jangan tutup pintu liftnya”

Nampaknya lift sudah penuh dengan prajurit lainnya, hanya tersisa sedikit ruang.

“Ayo cepat, masih muat untuk satu orang lagi” ucap salah satu prajurit didalam lift.

“Emm.. Sabila, kau saja yang naik duluan, aku masih belum begitu lapar”

Grucukk~… tiba-tiba saja perutku ngoceh, sungguh memalukan, perkataan mulut dan perutku gak sinkron

“Tidak, kau duluan saja, kau lebih membutuhkan dari pada aku hehehe…”

“Ta.. tapi aku gak bisa membiarkan perempuan menunggu disini sendirian begitu saja, biar aku saja yang menunggu lift”

“Kalau kau ingin menunggu lift berarti aku juga akan menunggu lift”

“Ba.. baiklah” nampaknya kita berdua gak ada yang mau mengalah untuk naik lift duluan, segera aku meminta maaf pada penumpang lift yang sudah menunggu kami.

“Ehh.. sepertinya kami berdua akan tetap disini menunggu yang lift baru, maaf ya sudah mau menunggu hehe..”

Nampak wajah mereka mengekspresikan tatapan kesal dan tidak senang, tanpa sepatah katapun mereka langsung menutup pintu lift. “Ting”

Aku masih bingung dengan sikap Sabila kali ini, kenapa dia mau menunggu lift bersamaku, lalu kutanyakan padanya “Hey Sab, sebenernya kenapa kamu gak mau langsung naik lift saja? Gak usah nunggu disini, kan kasian mereka yang tadi ningguin kita”

“…” nampak gak ada jawaban darinya, namun setelah beberapa saat diapun menjawab

“Kan kita pergi kesini bersama-sama, berarti kita pulang juga harus bersama-sama”

Degh! Perkataannya sungguh diluar dugaanku, gak ku sangka dia bakal berfikir seperti itu.

“Ting!” pintu liftpun sudah terbuka didepan kami, kami berduapun masuk.

Didalam lift kami tak mengucapkan sepatah katapun, aku masih memikirkan perkatannnya -Kan kita pergi bersama-sama, berarti kita pulang juga harus bersama-sama- hemm.. kita pergi bersama, kita pulang bersama, kita disini hanya aku dan Sabila berarti saat dia mengatakan kita = aku dan kamu, jadi aku dan kamu pergi bersama dan pulang bersama. *Blush* tiba-tiba saja mukaku kembali memerah.

Pe.. perkataan ini seperti di ucapkan o.. oleh sepasang kekasih, waduh apa yang harus ku perbuat.

-Ahh.. iya, sebaiknya kau dan pacarmu cepat pergi keruang makan, sarapannya pasti sudah dimulai-

*Blush* tiba-tiba saja aku teringat ucapan rese’ Kak Gaza, mukaku makin memerah tak terkendali, mungkin merahnya seperti Twezzer dua kali direbus. Ke.. kenapa disaat dan suasana canggung seperti ini fikiranku malah mengingat kata-kata itu, siaall..

Terlebih lagi Sabila masih belum mengucapkan apa-apa sejak ia mengucapkan kata ‘multi tafsir’ itu.

Waktu di suasana canggung seperti ini berasa berjalan sangat lama, Aku-pun mencoba untuk meliriknya, kuperhatikan dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu, yah kuharap ia tidak memikirkan perkataan Kak Gaza itu. Mungkin ia sadar kalau ku perhatikan, iapun menoleh, kini majah kami berpapasan, saling berhadapan…

“… umm Dzofi..”

Dheg deg.. Dheg deg.. Dheg deg..

Jantungku tiba-tiba saja berdetak kencang, irama jantung ini tidak seperti biasanya, aku belum pernah merasakan irama yang seperti ini. Tidak seperti orang yang sedang berlari dikejar sesuatu, detak jantung ini semakin kencang seakan ingin menjawab sesuatu mengenai apa yang sedang kusaksikan dihadapanku, semakin kencang saat aku mendengar ucapannya itu.

Iapun memalingkan wajahnya keposisi semula, begitu pula dengan aku.

Aku tidak tau harus berbuat apa, sepertinya atmosphere disekeliling kami berubah menjadi sangat sunyi, seakan hanya suara detak jantung dan mesin lift yang sedang berkerja yang dapat terdengar. Akupun memberanikan diri untuk bicara.

“A.. ada apa Sab?”

“…”

tidak ada jawaban darinya, namun perlahan jari-jemarinya menggapai jari-jemariku, jari-jemari kamipun bersentuhan. Kulihat kearahnya, pandangannya tidak mengarah padaku, namun seakan ia tahu bagaimana cara menggapaiku.

Jemarinyapun bergerak menggenggam tanganku, namun aku hanya bisa diam, tak bisa membalas genggamannya. Saat ia benar-benar ingin mengengggam tanganku “TING!” pintu liftpun terbuka, sontak ia langsung kembali menarik tangannya sebelum menggenggam sempurna tanganku.

Sreett..

Saat pintu lift terbuka dan kami hendak melangkahkan kaki keluar dari lift, tiba-tiba terdengar suara perempuan memanggil namaku.

“Heii Dzofi disini kau rupanya”

“Ahh.. Kak Ulfa, apa yang kakak lakukan disini?”

“Kalian ini darimana saja sih? Aku ini mencari kalian, ternyata kalian malah jalan-jalan berduaan, cepat waktu sarapan sudah dimulai, kalau tidak nanti kalian gak kebagian jatah lho!”

“Ba.. baik kak”

Kamipun berjalan cepat kearah ruang makan. Sesampainya kami disana. Nampak suasana ruang makan sudah ramai.

“Wah ramai sekali, kalau begini kita gak kebagian lapak buat makan, masa kita makan sambil berdiri -_-” gerutuku kesal.

“Makanya jangan keluyuran, jadi gak kebagian tempat kan, nih” ucap Kak Ulfa sambil menyodorkan makanan kearah kami.

“Ini jatah kami kak? Kukira kami dah gak kebagian jatah hehehe”

“Saat waktu sarapan dimulai, aku tidak melihat kau dan Sabila di antrian, lalu ku tanya ke teman sekamar kalian, mereka juga gak tahu kalian dimana, makanya aku pesan tiga jatah makanan termasuk milikku untuk disimpan terlebih dahulu, lalu aku mencari kalian “

Setelah mendengan penjelasan Kak Ulfa, rupanya ia rela menunda waktu sarapannya demi mencari ku dan Sabila, gak kusangka dibalik kesehariannya yang selalu marahin aku dia peduli juga, akupun mengucapkan terimakasih padanya.

“Terimakasih Kak” lalu aku meminum air mineral dalam kemasan yang tersedia.

Namun Setelah ku ucapkan terimakasihku padanya, tiba-tiba saja ia membuka pertanyaan yang membuatku menyemburkan air yang sedang kuminum. “Jadi selama kalian jalan-jalan berduan itu kalian PDKT ya?… atau kalian udah jadian?”

BRUUSH…

“A.. apa yang Kakak bicarakan, aku tadi ke aula atas, disana kau berlatih teknik pertahanan diri tanpa senjata, kalau tidak percaya coba saja kakak kesana, iyakan Sabila?”

“Umm.. iya” jawab Sabila, namun dari cara ia menjawab sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu.

“Ahh iya iya, Kakak juga Cuma bercanda kok, mana ada eorang wanita yang tertarik dengan laki-laki kikuk sepertimu” ejek Kak Ulfa sambil mencubit hidungku.

Huh pembicaraan ini harus cepat dihentikan dan kita harus segera menemukan lapak untuk duduk, kakiku sudah mulai pegal karena terlalu lama berdiri dan terlalu banyak tersungkur tadi.

Akupun memperhatikan seluruh meja makan, nampaknya masih penuh, namun pandanganku tertuju pada lokasi yang memungkinkan kami untuk makan. “Lihat disana ada meja kosong, ayo cepat kita kesana” ucapku sambil menunjuk arah meja kosong yang berada disamping laki-laki berambut kelabu.

Kami bertigapun menghampiri meja kosong tersebut.

“Permisi, apakah tempat ini sudah ada yang menempati?” Tanyaku pada laki-laki berambut kelabu itu. “Tidak, kebetulan meja ini kosong” jawabnya.

Kami bertigapun segera menempati meja tersebut. Disela-sela kami menyantap sarapan kami, aku memberanikan diri untuk membuka pembicaraan dengan laki-laki itu, langkah awal aku memperkenalkan diriku terlebih dahulu.

“Perkenalkan namaku Baydzofi Hardji” ucapku ramah.

“Ohh.. Baydzofi, senang berkenalan denganmu, namaku …..”


CHAPTER 2 END.
Next Chapter > Read Chapter 3:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-3/
Previous Chapter > Read Chapter 2:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-2/
List of Journey For Identity Chapter:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-list


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *