JOURNEY FOR IDENTITY CHAPTER 24 – FUTURE, WHO KNOW?

Journey For Identity
Penulis: Bid’ah Slayer


“Jadi bagaimana? Mana yang kau pilih?” Tanya perwira senior kepadaku, sepertinya aku pernah mengenalnya namun aku lupa.

“Ungg… mohon beri saya waktu Royal, saya masih belum bisa memutuskan.”

“Baiklah Captain, kalau aku boleh menyarankan, kenapa kau tidak mengambil misi bersama kakakmu? Tentunya akan berjalan lebih mudah bukan?” ujarnya memberi saran padaku.

“Saya akan pertimbangkan, ungg… boleh saya undur diri?”

“Silahkan… besok kau kabari aku.”

Akupun berjalan menuju pintu, dan seketika terbuka otomatis. Sepanjang perjalanan dalam lobi aku terus memikirkan misi mana yang akan ku ambil.

Aku dihadapi pada dua pilihan, yang pertama adalah misi mengenai pembelot, bukan, aku tidak disuruh menghabisi mereka semua, dengan tingkat 31 dan berpangkat captain, aku hanya diwajibkan untuk mencari informasi sedetail mungkin tentang keberadaan mereka, seberapa banyak mereka, seberapa kekuatan mereka, dan yang pasti dimana lokasi detail mereka. Lokasi misi secara umum adalah gurun Sette. Ya, daratan berpasir nan tandus dengan suhu yang tidak bersahabat.

Pilihan misi yang kedua adalah Ether, sub benua Asu yang terletak di bagian Utara. Disana aku akan difungsikan sebagai pasukan penjaga selama beberapa periode, kabarnya kondisi disana sedang tidak stabil, baik dari segi politik dengan penduduk lokal atau ancaman antar bangsa yang menurut laporan semakin intensif belakangan ini. Dan bisa kalian tebak, Kak Ulfa sedang bertugas disana, makanya tadi aku disarankan mengerjakan misi ini.

Namun dari kedua misi tersebut sama-sama memiliki peluang untuk berhadapan secara langsung dengan Accretian dan Corite, itu artinya? Ya, peluang mati jauh lebih terbuka…

Akupun melangkah keluar dari gedung administrative ini dan seketika sinar mentari niger menyambutku dengan silaunya. Aku mencoba melawan, dan kudapati sosok patung yang berdiri disana memunggungiku.

Ah… Sitz Behammer, kau adalah satu dari sekian pahlawan kami yang tak terhitung jumlahnya, bahkan kakekku, bahkan ayah dan ibuku dan bahkan barangkali aku yang akan termasuk di dalamnya.

Tapi mestikah jika ingin dihargai dan dikenang sebagai pahlawan aku harus mati terlebih dahulu?

Ohh… Sitz Behammer, gimana rasanya kematian itu?

“Oii Fi! Ngapa lu bengong aja sendirian disini?” Ujar seseorang sambil menepuk keras pundakku yang ternyata Ryan.

“Eh! Gue gak kenapa-napa kok Yan.”

“Yaudah, gue mau langsung berangkat, ada kelas craftman nih”

.

.

Ya, aku dan Ryan telah mengambil profesi expert, bila Ryan menginginkan profesi craftman agar selanjutnya bisa menjadi Mental Smith, kalau aku berbeda.

Alasan itu terjadi beberapa bulan yang lalu, sebelum pengambilan profesi expert…

.

.

Saat itu aku mengantarkan Antho dan Chandra menuju kediaman El Gaza, mereka yang berprofesi sebagai spiritualist harus mendapatkan rekomendasi dari Senior spiritualist mereka yang sudah berprofesi expert atau lebih tinggi agar bisa kejenjang selanjutnya. Karena yang kukenal adalah El Gaza, dan saat kuhubungi dia tak keberatan, maka kami bertigapun menemuinya.

“Selamat Pagi” ujar kami bersamaan seraya menekan bel. Tek berapa lama kemudian, muncul seseorang berambut ungu menyambut kami.

“Ya ada apa? Ohh Dzofi dan kawan-kawannya”

“ungg.. kak Gaza? Apa kami mengganggu?” timpalku mendapati penampilannya yang masih acak-acakan.

Sontak ia teringat pembicaraan kami beberapa waktu lalu untuk mendapatkan kedua temanku sebuah rekomendasi.

“A-ahh… tunggu sebentar!” ujarnya terburu-buru lalu menutup pintu.

“Aku minta waktu dua menit!” ujarnya dua detik kemudian, lalu kembali menutup pintu.

.

“Ahh… maaf sudah membuat kalian menunggu.” Ujarnya seraya mempersilahkan kami bertiga memasuki rumahnya. Saat aku menjabat tangannya “Wadooo… dingin banget, kakak mandi di ether? Berasa beku tanganku kak.” Ia pun hanya tertawa, kemudian menjawab “Teknik mandi pakai force es emang paling efektif, saya udah biasa. Kalian sesekali juga harus coba, hahaha.”

Sambil menuntun kami menuju halaman belakang rumahnya, ia berbicara mengenai beberapa force, tentunya Antho dan Chandra mengerti, bisa terlihat dari ekspresi mukanya yang antusias. Aku hanya melamun sambil melihat beberapa ornament rumah yang sebelumnya belum pernah aku lihat.

“Jadi apakah kalian sudah memutuskan ingin mendalami element force yang mana?” Tanya kak Gaza. Kudengar Antho menjawab element tanah, sedangkan Chandra sepertinya masih ragu.

“Kalau kau Dzof?” mata mereka semua mengarah padaku.

“Ayolah, kalian ngeledek? Aku kan specialist..” jawabku sekenanya, merekapun tertawa “Saya rasa Dzofi akan menjadi avatar, mendalami semua element… skill basic pffttt…” ledek kak Gaza, tawapun kembali pecah.

Kamipun kini sudah berada di halaman belakang, kak Gaza Nampak sedang mempersiapkan sesuatu sembari berkata “Kalian sudah taukan apa yang harus kalian lakukan?” tanpa menoleh kearah kami, ia melanjutkan “Kuharap kalian sudah mempersiapkan diri kalian, sebaik mungkin. Kalian ditingkat 30 ya? Baiklah aku akan menggunakan senjata yang pantas”, iapun mengeluarkan Dual Wand, persis seperti yang dimiliki Antho dan Chandra.

“Ice Shard!” kak Gaza mengucap mantra force es secara tiba-tiba dan mengarahkannya ke kami.

“Energy Ball!” balas Chandra secara sigap sehingga bongkahan es yang dilontarkan kak Gaza berhasil pecah begitu saja.

“Bagus bagus… kau cukup tanggap Chandra. Antho kenapa kau lambat? Dan Dzofi, kau bisa menepi.” Kini kak Gaza memperbaiki posisi lensa tunggalnya, ia sepertinya akan serius.

“Mist Shot! Vetor!” sebuah serangan force tanah dan air diarahkan pada Chandra dan Antho.

“Whirlwind!” rapal Chandra melawan Mist Shot, sedangkan Antho berlari menuju kak Gaza kemudian berusaha melawan Vetor dengan “Fire Wall!”

Kak Gaza yang sigap akan force area yang dirapalkan Antho langsung melompat kebelakang.

“Bagus! Kalian sungguh sudah mengaplikasikan *Element Quartet dengan baik, tapi kalian masih belum bisa melukaiku, ini akan menjadi hari yang panjang.” Ujarnya sambil mengelap lensa miliknya.

El Gaza vs. Antho & Chandra

“Kuharap ini tak membosankan, Hyaahh‼” “Vein Fall!” terjang kak Gaza sambil berlari kearah Antho dan merapalkan mantra ke Chandra.

Yang diterjang sudah bersiap dengan “Fire Wall!”, yang menerjang mengayunkan tongkatnya mengendalikan air dari kolam memutari tubuhnya membentuk “Mist Shot!”

Brushh‼

uap air tercipta saat memadamkan api yang diciptakan Antho, Chandra yang tadi menghindari force tanah milik kak Gaza langsung merapalkan “Energy Ball!”. Sepertinya kak Gaza masih terlalu sigap untuk mereka, ia mengambil jarak dengan cepat lalu “Energy Ball!” ia ayunkan energy ball milik Chandra dan melempar kembali pada pemiliknya. Chandra yang tidak siap terkena mantra miliknya sendiri dan tersungkur hingga tubuhnya terdorong kearahku.

“lu gak apa Chan?” tanyaku sambil memberinya buff soul ballad, yang ditanyapun menjawab “Gak apa kok Dzof, makasih buffannya” kemudian berlari menuju medan pertempuran.

Di lapangan, Antho tengah berhadapan sengit, mereka saling mengadu tongkat, diposisi itu force tipe close range lebih unggul karena menyerang sekeliling dari pengguna force.

“Fire Wall!” rapal Antho, karena ia tau, bila ia merapalkan close range Whirlwind, pasti lawannya akan menggunakan force element api, dan serangan api + angin miliknya justru akan menguntungkan api milik lawannya.

“Bagus Tho! Sekarang kak Gaza pasti mau gak mau bakal mun…” ucapanku terhenti saat melihat kak Gaza tak merubah posisinya, ia malahan tersenyum kecil!

“Fire Wall!” rapalnya, sehingga api yang berpijar semakin besar, Anthopun tak kuat dengan panasnya api sehingga kehilangan konsentrasi, disaat itulah kak Gaza menendangnya sehingga tersungkur kebelakang, Chandra dengan sigap menghampiri.

Uap keluar dari tubuh kak Gaza, dengan posisi tetap tegap berdiri, ia berkata “bisa kita lanjutkan?”

.

Pertempuranpun berjalan dengan sengit, pandanganku tak lepas dari tiap gerak-gerik mereka, juga aneka mantra yang mereka rapalkan. Sampai…

“Pagii, Oee Gaza, gue masuk ya…” seru seseorang dari luar, lelaki itupun mulai masuk. Yang dipanggil namanya tak menghiraukannya.

Lelaki berambut hitam itupun berkata “Aelah, lagi latian toh. Za, lu liat si Shinta gak?”

Kak Gaza tak menanggapi. Lelaki itupun kini duduk disebelahku, “OEE REPTILE BOLOT”, masih mendapat perlakuan yang sama, iapun kemudian bertanya padaku.

“Mereka lagi pada ngapain?”

“Kak Gaza lagi melatih mereka, kedua temanku sedang meminta rekomendasi agar bisa ke profesi expert.” Jawabku menjelaskan.

Iapun kini ikut memperhatikan jalannya pertarungan.

“Lihat mereka, teman-temanmu sepertinya sudah cukup mahir dalam mengenali force dan element-elementnya, mereka sudah bisa menyeimbangi force yang Gaza keluarkan, bagaimana menurutmu?”

“Ya anda benar, mereka sudah bisa menguasai element quartet, namun entah bagaimana tiap serangan yang diberikan oleh teman-temanku, tidak berdampak banyak sebagaimana bila kak Gaza menyerang mereka. Kurasa ada yang aneh…” jawabku.

“Aneh bagaimana? Force itu flexible, kau hanya perlu melawan api dengan air, air dengan angin, angin dengan tanah dan tanah dengan api.”

“Force… flexible…” gumamku sambil terus melihat cara kak Gaza bertarung.

“Hei, bocah dengar ya, aku ini mengenal Gaza melebihi saudaranya ataupun keluarganya sendiri, ia tak akan berhenti sampai apa yang ingin ia sampaikan dapat difahami oleh ‘lawan’nya, terlebih bila mendidik seperti ini..” jelasnya.

“Ah!” aku tiba-tiba menyadari sesuatu, saat melihat kak Gaza beradu kekuatan api dengan Antho.

“Kau kenapa?”

“Anda benar! Saat tadi kak Gaza beradu kekuatan api dengan temanku, seharusnya kedua pihak mengalami kerusakan yang sama, namun tidak dengan kak Gaza, ia baik-baik saja. Setelah pertarungan, tubuhnya mengeluarkan uap, uap air! Sebelumnya ia menggunakan force air Mist Shot, ia pasti memanfaatkan air itu sebagai pelindung!” ujarku menganalisa.

“Antho, Chandra… kak Gaza memanfaatkan element air sebagai pelindung tubuhn-” belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, kulihat kak Gaza tersenyum padaku, dan Prism Beam mengarah tepat kearahku.

“Mist Shot!”

Brush‼

“Makasih Dzof bantuannya” ujar Antho. Mereka berduapun kembali focus pada kak Gaza.

“Apa yang kau lakukan bodoh! Gaza paling tidak suka dengan yang namanya contekan, apalagi saat sedang mendidik seperti ini. Wajar ia ingin menghajarmu.” Ujar lelaki di sampingku.

“Ah, maaf kalau begitu.” Ujarku menyesal.

“Tapi ku akui, sebagai specialist analisamu cukup tajam.”

“Ba-bagaimana kau tau?” ucapku heran.

“Setahun yang lalu kau pernah terkenal, ingat? Dzof, apa kau sudah mendapatkan rekomendasi agar mendapatkan profesi expert? Profesi apa yang ingin kau ambil?” tanyanya.

“Belum, aku berencana menemui kak Shinta, tapi aku belum bertemu dengannya. Aku ingin menjadi seorang armor rider.” Jawabku yakin.

“Hemm.. armor rider ya? Bagaimana bila aku yang merekomendasikanmu, oh ya aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Claido-“

“Claido si Armored General! Anggota dewam support offensive?” potongku terlalu kaget mendengar namanya. “Anda benar ingin merekomendasikanku?”

“Ya, santai saja. Tapi bila kau ingin, kau harus menyetujui persyaratan yang aku berikan.” Tegasnya. Akupun mengangguk tanda setuju.

BOOM‼

Debu bertebaran dimana-mana, nampaknya mereka yang telah beradu mantra api bersamaan sehingga membuat ledakan yang besar. Sambil kembali menatap focus kepertempuran, ia menyebutkan syarat-syaratnya.

“1. Kau menyetujui apa yang aku tetapkan. 2. Kau melakukan apa yang aku perintahkan. 3. Tiap apa yang telah aku tetapkan atau perintahkan, kau wajib menjelaskan padaku apa yang telah kau dapat. Mengerti?” ujarnya seraya jari mengikuti ditiap persyaratan.

“Mengerti” ujarku mantab lalu kami saling berjabatan.

“Nah sekarang, senjata apa yang kau bawa?”

“Aku membawa Intense Big Sword BreakerIntense Laser Gun, dan satu set soul armor jarak dekat.”

Iapun kini berdiri sambil mengenakan satu set armor jarak jauh miliknya “Ayo kita bersiap, berikan pedang itu padaku.”

“Bersiap? Apa yang akan kita lakukan?” tanyaku penasaran.

“Pertarungan selalu tidak terduga.” Jawabnya, kemudian ia melompat ketengan pertarungan para spiritualist.

“Death Blow!” terjangnya diikuti retakan tanah yang menjulang.

“Apa-apaan ini?” ujar Chandra heran, “Hei Claido, apa yang kau lakukan!” bentak kak Gaza, yang ditanya tak menjawab pertanyaannya selain menghunuskan pedang kearahnya dan berkata “Aku tak mendengarmu, aku tak mendengarmu nana.. nana.. Death Hack!”

“Hei! Shinta sedang pergi entah kemana aku juga tak tau, sekarang enyahlah dari hadapanku Claido!” hardik kak Gaza.

“Sudah terlambat untuk menjawabnya kutu buku, sekarang bertarunglah denganku”

Desingan besi akibat senjata mereka saling beradu terdengar jelas, terus memperkecil jarak, Kak Claido terus berusaha menyerangnya dengan brutal. Namun kak Gaza tak hilang akal, ia langsung menghentakkan tongkatnya ketanah dan merapalkan mantra “Tectonic Might!” bongkahan batu besar memukul mundur kak Claido, namun ia tak terkena dampak berarti karena ia langsung sigap menangkisnya dengan pedangnya.

“Dengarkan semua, perolehan Rekomendasi kalian tetap berlanjut, namun kini aku dan Dzofi juga akan melawan kalian! Selamat menikmati!”

“Dzofi, cepat turun, kau punya perjanjian yang harus kau tepati” sambungnya sambil mengarahkan pedang yang sebenarnya milikku kepadaku.

“Ehh? Baik lah baik!”

El Gaza vs. Claido & Baydzofi vs. Antho & Chandra

Kini dengan agresif kak Claido memulai serangannnya pada Antho dan Chandra, merekapun dengan sigap menyambutnya dengan merapalkan

“Fire Ball!” “Ice Shard!” “Energy Ball!” “Vein Fall!”

Serangan element yang menyambut kak Claido ia tepis dengan “Power Clave‼” sayatan horizontal berenergi mampu mematahkan serangan element yang mengarah padanya. Akupun tak ketinggalan dalam beraksi, ku bidik kak Gaza, dan kulepaskan proyektil energy dari laser gun miliku.

“Jadi kau mengikuti kegilaannya Dzofi?” ujar kak Gaza sambil dengan mudah menghalau seranganku.

“Maafkan aku kak Gaza, tapi janji adalah janji, dan itu harus ku tepati.” Jelasku, ia tak marah, namun tersenyum padaku.

“Aku senang melawan seseorang yang mempunyai pegangan dasar sebagai alasannya berjuang. Aku tak akan segan menyerang.” “Vetor!”

Serangan area yang datang cukup sulit untuk dihindari, namun dari belakang kak Claido berkata “Dzofi merunduk!”

Bola api milik Chandrapun ia pantulkan dengan pedangnya kearah skill vetor sehingga tercipta debu yang berterbangan. Antho segera menyambut kak Gaza dengan “Vein Fall!”, aku tak membuang kesempatan ini untuk menyerang Antho, Chandra dengan sigap menghadangku dengan “Energy Ball!” miliknya, “Fast Shot!”kupun beradu.

Ledakan juga desingan yang saling bersahutan tak terhindarkan, halaman yang notabenenya di dalam rumah menjadi sangat ramai oleh pertarungan 3 tim yang sangat tidak terorginir seperti ini. Namun anehnya kami bisa mengimbangi dalam perang kecil ini dan serasa bisa menikmatinya.

Tapi tetap, pemenang hanyalah satu…

Kak Claido menerjang kak Gaza dengan jurus basic kemudian diikuti dengan jurus lain. Kak Gaza dapet menghalau dengan force elemennya namu tidak saat kek Claido melayangkan serangan tendangannya. Seakan reflex kak Gaza membalasnya dengan force air, mereka berduapun terpental. bersamaan dengan itu aku menyerang Chandra, namun ia tak peduli, ia lontarkan skill api miliknya kearah kak Gaza yang sedang tak siap.

Bruashh‼

Seperti yang ku bilang tadi, kak Gaza menggunakan air sebagai pelindung yang menyelimuti tubuhnya secara tak kasat mata, serangan Chandra kena telak, begitu pula dengan seranganku padanya, ia terlontar beberapa meter kebelakang.

Uap air yang tercipta tak disia-siakan begitu saja oleh Antho, ia langsung menyerangnya dengan force tanah. Memanfaatkan titik buta dari kabut uap yang menghalangi pengelihatan.

Force yang datang tak bersuara, menurunkan kesiagaan kak Gaza, dan

Brukk‼

Kak Gaza terkena serangan Antho hingga ia terdorong, kemudian tertunduk.

Suasanapun mendadak sunyi diikuti debu yang semakin lama semakin menghilang, tak ada serangan balasan jua yang mengikuti.

“Ehemm… selamat untuk kalian, Antho, Chandra. Kalian mendapatkan rekomendasiku.” Ucapnya lirih, kemudian ia kembali duduk bersenderkan tubuh kak Claido.

Bisa dilihat, kedua teman spiritualistkupun tertawa sambil membuang lelah, tawa seadanya, namun kental akan kepuasan atas jerih payah mereka. Ku hampiri mereka berdua, dan ku ucapkan selamat!

“Sama-sama Dzof! Semoga lu juga bisa dapetin profesi yang lu pilih.” Ujar anto, “Aamiin” timpal Chandra mengikuti.

.

.

Setelah itu, kami semua dijamu dengan makan siang yang pastinya lebih mewah dibanding mie rebus atau makanan kost lainnya.

Selesai makan siang, para spiritualist itu terlibat percakapan, sambil dihadapi dua formulir berlogokan militer dari bellato union.

“Antho Wisemind, hemm… ingin menjadi Wizard kah?” Tanya kak Gaza, yang ditanya mengangguk yakin. “Baiklah, kalau begitu kulingkari Caster ya” iapun kini menandatangani formulir dan menyerahkannya kembali ke Antho.

Selanjutnya “Chandra Hollymoon, ingin menjadi Holy Chandra, ugh.. chandra holly the holy Chandra, yo dawg. Oke saya tandatangani” iapun melingkari bagian Chandra. Chandra dan Antho sangat senang saat menerima formulir rekomendasi yang telah terisi.

Kemudian kak Gazapun mengeluarkan dua buku, *force reaver! dan memberikannya pada mereka berdua.

“Antho, untukmu sebuah debuff element tanah bernama Entangle. Dan untuk Chandra, sebuah skill angin tipe listrik bernama Lightning Bolt. Terimalah hadiah sederhana dariku ini, kuharap kalian dapat menguasainya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.”

Wajah mereka berdua makin sumringah, sungguh beruntung bisa mendapatkan force reaver secara Cuma-Cuma, aku sedikit iri melihat mereka. Merekapun menerimanya tanpa ragu.

.

“Dzofi, kita juga masih punya urusan” ujar kak Claido. Akupun menghampirinya

“ingat syarat no. 3? Tolong sekarang kau tuntasi” tagihnya

Akupun sedikit ragu, namun tetap kufikirkan matang-matang. “Kondisi perang.. tidak akan selalu berbuah seperti apa yang kita perkirakan? Begitukah?”

“Kau terdengar kurang meyakinkan, apa aku benar?” telisik kak Claido, akupun mengucap ulang analisaku dengan nada lebih tegas sebagai keyakinanku.

“Bagus tepat sekali, namun juga, kita sebagai prajurit harus siap pada kondisi apapun, meskipun itu keadaan terburuk. Di novus ini kita berperang sebagai bangsa yang melawan dua bangsa lainnya, atau mungkin lebih. Terlepas dari politik, pihak luar sejatinya adalah mereka yang belum menyerang.” Akupun mengangguk tanda memahami tiap perkataannya.

“Oke, sesuai janjiku, aku akan merekomendasikanmu mengambil profesi expert.” Kemudian ia menyerahkan secarik kertas formulir yang sebelumnya telah kuberikan padanya, kini sudah ia isi dan tandatangani.

Akupun membacanya, sampai

“Apa-apaan ini! Kau bercanda?” protesku

“kau lupa tentang syarat no. 1?” timpalnya

“Tidak, tapi- ini, ughh yang benar saja kak! Aku tak mau jad !” bentakku padanya. Apa yang otak udang berpangkat dewan support ini fikirkan!

“cukup!” ujarnya tegas, “Mulai besok kau ada dalam pengawasanku, aku adalah mentormu. Kau akan kuberi pelatihan, dan itu wajib kau ikuti. Besok datanglah pukul 08.00 tepat di depan air mancur alun-alun kota. Sekarang kau boleh pergi.”

Dengan bingung dan emosi masih memenuhi kepalaku, aku bergegas keluar dari kediaman kak Gaza, Antho dan Chandra hanya bisa prihatin melihatku, merekapun mencoba menghiburku dengan berkata “Mungkin ia hanya bercanda”

“Bercanda?! Yang benar saja, untuk urusan segenting ini?” tolakku mentah-mentah.

“Bagaimana kalau kau minta formulir baru lagi? Dan meminta rekomendasi dari senior lain” ujar Chandra, Anthopun menjawab bahwa formulir yang diberikan itu sudah dijatah 1 orang 1, juga tak mungkin untuk difotocopy. Mewakili apa yang akan kujawab.

“Sudahlah Dzof, mungkin ia punya rencana lain, apa mungkin kau punya uang untuk langsung membeli MAU?” ujar Antho, “ya kau benar. tolong kirim formulir ini ke gedung administrative, aku mau langsung pulang.” Ujarku, lalu meninggalkan mereka berdua.

.

Kesokan harinya, tepat pukul 08.00 aku sudah berada di bangku taman depan air mancur alun-alun kota, aku seperti kadal berjemur sinar mentari pagi, sambil ditemani seorang nenek-nenek yang tengah sibuk memberimakan young flem – young flem liar.

5 menit berlalu, 10 menit berlalu, 15 menit berlalu. Batang hidung kak Claido masih belum terlihat. Aku mulai merasa bahwa diriku terperangkap jebakan betmen, cih! Sial sekali. Aku putuskan untuk angkat kaki dari tempat ini. Namun sebelum aku melakukannya, nenek disebelahku berkata

“Anak muda, apa kalu laki-laki?” tanyanya dengan nada khas nenek-nenek.

“iya nek”

“sudah berapa lama kau duduk di sini?”

“sekitar 15 menit nek”

“ohh… apa kau bernama Baydzofi?”

Ehh? Bagaimana dia bisa tau? Apa nenek ini intel? Apupun mengiyakannya.

“Baiklah, tolong terima ini” ujarnya seraya memberiku secarik kertas berwarna. “Tadi, pagi-pagi sekali, ada seorang pria yang menitipkan ini padaku, ia berkata bila.. bila ada seorang pria bernama Baydzofi datang ke taman ini dan duduk di kursi satu-satunya ini, dan tak berkata satu patah katapun selama itu. Aku harus menyerahkan kertas kuning itu padamu.” Sambungnya seraya mengingat apa yang telah terjadi.

Akupun segera membaca isi kertas kuning yang ia berikan.

“Aku yakin kau sudah lama menunggu, dan selama itu pula. Bila kau mendapati kertas ini maka artinya kau sama sekali tak berbicara pada nenek yang duduk disebelahmu.

Harusnya kau malu! Kau kehilangan jiwa sosialmu! Adabmu! Etikamu!

Kasta prajurit yang kini kau sandang bukanlah alasan kau merasa lebih tinggi dari sebagian orang, perwira berasal dari masyarakat dan juga bertugas melindungi mereka!

Sekarang kuminta kau tetap berada di taman ini, dan simak serta tuliskan apa yang kau dapat, hingga tengah hari.

Kumpulkan esok hari di waktu dan tempat yang sama”

Setelah kubaca kertas itu, aku merasa malu pada diriku sendiri, akupun mulai membuka percakapan, dimulai dari nenek di sebelahku.

.

Nenek yang kuajak bicara bernama Niime, ia adalah janda veteran perang, suaminya meninggal saat chipwar, sedangkan ayahnya tewas saat misi ekspedisi ether era pertama. Ia menunjukkan foto suami dan ayahnya padaku.

Kemudian kutahu, jika saat awal aku tiba di taman dan aku langsung mengajaknya bicara, aku akan mendapatkan kertas hijau, kertas itu bertuliskan selamat dan intruksi untuk menemui kak Claido di ruangannya pukul 09.00.

Aku sempat kecewa dengan apa yang tak aku lakukan, membiarkan diri egois ini berjalan dengan sombong tanpa memperhatikan sekitar, namun sekarang tak ada gunanya menyesal. Konsekuensi yang aku dapatkan harus aku tuntaskan.

Belakangan aku ketahui, bahwa gedung yang berada di depan air mancur adalah sebuah pantu asuhan bagi mereka yang kurang mampu juga yang ditinggal perang oleh orangtua mereka.

.

Hari hari selanjutnya lebih diisi ngengan latihan fisik juga mental yang porsinya sudah kak Claido atur. Ah dia juga mulai detik ini melarangku memanggilnya kak, ia akan menghukumku, ia haruslah dipanggil Maximus Claido!

.

.

.

Matahari sudah berubah sinarnya menjadi jingga, sebentar lagi akan terbenam. Aku dan Ryan baru saja selesai dari kelas craftman, cukup menegangkan diajar oleh guru bernama Aster Nile, menegangkan dalam dua arti, iya kau pasti tahu maksudku.

Keesokan harinya, aku mendatangi gedung administrative, memasuki ruang yang kemarin aku memasukinya…

“Ah, Baydzofi. Jadi misi mana yang akan kau pilih?”

“Aku memilih…”

“Ka-kami bukan pasangan!..”
– Baydzofi and Sabila –

CHAPTER 24 END
Next Chapter > Read Chapter 25:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-25/
Previous Chapter > Read Chapter 23:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-23/
List of Journey For Identity Chapter:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-list


Catatan Author:

JFI WIKI/Trivia
– Force Reaver : disini gue gambarin sebagai buku, namun di bagian depan ada Kristal kecil setengah bola seukuran telapak tangan yang nempel di cover. Kristal yang berisi force itu bakal bercahaya kalau belum dibaca secara tuntas oleh seseorang, sehingga kalo udah didapati skill itu sama seseorang, cristal itu cahayanya akan hilang, tapi bukunya tetap bisa dipelajari dan dibaca. Tapi gak menumbulkan skill force ke si pembaca setelahnya.
– Element Quartet : adalah 4 elemen yang saling unggul antar 1 dengan yang lain.
– Senjata dan armor yang Dzofi punya, itu level 28.
– sistim rekomendasi agar bisa dapet job berlaku untuk tiap jurusan, ya konsep ini baru gue temui.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *