JOURNEY FOR IDENTITY CHAPTER 25 – SETTE DESERT
Journey For Identity
Penulis: Bid’ah Slayer
“Jadi misi yang mana yang kau pilih?”
“Aku memilih…”
Sette Desert
“Jadi? lu mengambil misi itu?” tanya Ryan kepadaku, kami bertiga bersama Adan sedang duduk-duduk menikmati siang di alun-alun kota.
“iye, menurut gue misi gurun sette masih lebih cocok untuk sekarang ini dibanding misi di Ether.” Jelasku. “Lagi pula gue saat ditawarin dua pilihan itu, gue mikir, gak selamanya gue bergantung sama Kak Ulfa terus-terusan, kalo begitu ceritanya kapan gue bisa ngelindungin dia? Makanya gue ambil misi Gurun Sette.”
Mendengar penjelasanku, Ryan tampak menahan tawa, pasti ia berfikir Siscon, dasar pertololan!
Namun tidak dengan Adan, ia sedari tadi tidak menanggapi apapun, ia seperti memikirkan sesuatu yang rumit.
Menyadari hal itu, aku dan Ryan menegurnya “Kalo lu gimana Dan? Lu ambil gak tuh misi Gurun Sette?”
“A-Ah! Tentu aja gua ambil…” jawabnya tak fokus, namun sedetik kemudian ia melanjutkan dengan nada 180 derajat berbeda, sangan serius dan dalam “Lagi pula, ada hal penting yang harus gua pastiin sendiri”
Ini pasti mengenai kedua kakaknya yang ‘terbunuh’ di Gurun Sette beberapa tahun yang lalu, disaat mereka sedang dipuncak karir mereka. Ku katakan terbunuh dalam tanda kutip karena sampai sekarangpun kedua mayat mereka belum ditemukan. Federasi sudah menganggap keduanya gugur dan mereka mendapat gelar kehormatan sebagai pahlawan muda, namun siapapun bila berada di posisi Adan saat ini, pastilah berharap kedua kakaknya masih hidup, entah bagaimana caranya..
Aku dan Ryan terdiam, menyadari hal ini kami berdua berasa canggung untuk melanjutkan pembicaraan..
“gua denger tim buat misi Gurun Sette lumayan banyak, sampai sembilan orang” ujar Ryan, “Sayang banget sih ya, gua ada misi di Annacade duluan, jadi gak bisa ngumpul bareng.”
Ryan mendapatkan misi untuk memeriksa ekosistim sekitar Annacade (patroli termasuk memeriksa geografis sekitar) sekaligus check up guard tower di sana, mengingat Annacade sendiri ialah penjara kelas berat, baik itu dari Bellato sendiri maupun bangsa lain yang tertangkap. Sehingga guard tower yang dikerahkan adalah yang terbanyak setelah markas pusat.
“Iya, walaupun diketerangannya cuma ‘memantau’ tapi kalau beranggotakan sampai 9 orang begini, gue rasa misinya gak bakal semudah kedengerannya.” Tambahku
“btw, ketua timnya yang gua tau sih Kak Virjman Valyd, lu kenal deket kan Dzof?” tanya Ryan
“Engg.. deket sih enggak, tapi ada beberapa hal yang gue tau tentang dia”
Salah satunya saat dia nyatain perasaannya ke Kak Ulfa saat ultahnya, dan dengan berat hati Kak Ulfa mentolak dia, entah kelanjutan hubungan mereka gimana, kurasa bukan untuk konsumsi public informasi seperti ini.
“Yaudahla~ besok kalian berangkat pagi bukan? Gua juga kudu siap-siap, okey I say bye from now…”
.
.
Keesokan harinya, Aku dan yang lainnya pukul -:05.34:- sudah berkumpul di depan portal utama, nampak beberapa kelompok lain juga berkumpul dan tengah mendengarkan intruksi dari mentor/ketua misi mereka.
Anggota misi kali ini ada 9 orang, termasuk Kak Virjman yang sedang berdiri hadapan kami, ia adalah Shield Miller berambut putih cepak dengan pangkat Carters layaknya Kak Ulfa. Dan yang ku kenali dalam misi ini adalah
Angga Rageblood, telah menjadi Commando berambut hitam. Ku tebak sikapnya tetap tidak berubah, tetap keras kepala. Walaupun kini postur tubuhnya lebih berotot dibanding kami semua yang setingkat dengannya.
Antho Wisemind, telah menjadi Pysper dengan Dual Wandnya, sama pula dengan Chandra yang kini telah berprofesi seperti namanya. Mereka mengenakan jubah spiritualist yang kerah bajunya dapat menutupi setengah wajahnya. Hanya saja milik Chandra ia buka saat bertemu kami, sedangkan Antho membiarkannya tertutup, ia memberi tahu jubah spiritualist dirancang demikian agar musuh tak tahu mantra apa yang akan ia rapalkan, dan ia tetap waspada.
Yang selanjutnya adalah Pria berambut oranye dengan armor ranger Rust Spring Coat Set berwarna biru. “Perkenalkan, namaku Billy Zain, Captain, seorang Warrior-Miller” ujarnya memperkenalkan diri.
“HEH!?” ujarku spontan, sehingga semua menengok kearah ku
“Ada apa Baydzofi? Kau keberatan?” tanya Kak Virjman
“Ti-tidak, hanya saja, Billy, kenapa kau mengenakan armor ranger sedangkan kau adalah Miller?”
Bukannya menjawab, ia balik bertanya “Kau sendiri, seorang specialist kenapa tak mengenakkan armor specialist?”
Aku tertegun, untuk saat ini tidak ada gunanya berbanyak cakap, kami baru akan mengawali misi, simpan itu untuk nanti. Akupun seakan mengetahui bahwa pertanyaan itu bukan untuk dibalas, namun ‘tutup mulut mu!’. Lagipula ia juga merupakan anak didik Kak Virjman langsung, jadi pasti saat Kak Virjman mengizinkan, ia mengetahui alasannya.
Aku dan Adanpun memperkenalkan diri dalam formalitas ini, kemudian orang-orang yang tak kuduga sebelumnya, Sabila, ia mengambil misi ini! Aku hampir tak mengetahuinya karena tubuh kecilnya terhalang para pria disini. Menjadi satu satunya wanita kuharap tak membuatnya malu untuk mengerahkan seluruh kemampuannya nanti.
“Namaku Sabila Rosseblood, seorang perwira berpangkat captain, ranger-Sniper. Siap menjadi pengintai dalam tim ini” ujarnya tegas tanpa keraguan. semenjak pertemuan terakhir (festival kembang api beberapa minggu lalu) ia dimataku cukup berbeda kali ini, mereka yang baru bertemu Sabila pasti juga tak menduga dibalik karakter yang terlihat imut ia mampu bersikap tegas dan tak punya kesan main-main dalam misi ini.
Dan yang terakhir
“Pe-perkenalkan, ehem… namaku Kasetsu Aqblerry, dilantik menjadi captain baru-baru ini, dan aku seorang Craftman. Salam kenal”
Nampaknya si kaset juga ambil bagian dalam misi kali ini, ya mungkin ia mulai membiasakan diri hidup bersosial dalam sebuah tim dan kuharap misi akan berjalan lancer jaya.
.
.
Pukul -:05.52:- Gurun Sette
“ya prajurit-prajurit, misi kali ini yang akan kita lakukan pengawasan, namun objektif dari misi memiliki beberapa poin,
Pertama, melakukan pengawasan atas wilayah Bellato union di daerah Gurun Sette ini, ini merupakan tindakan dalam menjaga kedaulatan bangsa.
Kedua, memenuhi kebutuhan pos pos penjagaan di Gurun Sette ini dengan kemampuan dan tenaga kalian. juga membantu masyarakat yang tinggal dalam sektor Sette ini dengan segenap kemampuan kalian.”
“Masyarakat sekitar?” seru Kasetsu heran
“iya, mereka adalah masyarakat yang tinggal tak jauh dari lokasi pos penjagaan, lokasi itu dibuat untuk memenuhi kebutuhan perwira-perwira yang ditempatkan di Gurun Sette.” Jelas Chandra
“kenapa? Kenapa ada orang yang mau tinggal ditengah gurun yang panas seperti ini?” timpal Angga
“planet ini belumlah sepenuhnya terjelajahi, dan hanya tinggal pada satu kota padat membuatmu bagaikan tinggal dalam sangkar burung yang kau sebut markas. Lagi pula, bila kau adalah seorang yang tak punya apapun di kota, kau bisa menjadi tuan tanah di daerah yang masih tak ramai ini.” Jelas Billy “mereka berani tinggal disini, selain ingin memperbaiki nasib dan berbagai alasan tertentu, disini pun pemerintah menyediakan pasukan penjaga, ibaratnya kau berenang sambil minum air”
“Tapi, disitulah masalahnya, kita berada dalam misi ini, berarti ada kondisi yang tidak stabil dan harus kita tangani.” Timpal Sabila kritis
“Yup, Gurun Sette termasuk wilayah netral yang belum bisa federasi kita kuasai sepenuhnya, ancaman serangan dari bangsa lain ataupun monster hingga pembelot dapat terjadi. Dan belakangan ini, serangan pembelot memasuki frekuensi tinggi, walau sudah dapat ditangani, namun masih perlu penjagaan, dan disanalah kalian ditugaskan.
Juga menjadi misi kita untuk memantau dan mengetahui seberapa besar kekuatan para pembelot yang tinggal di sektor Gurun Sette ini, menyerang hingga ketitik markas mereka bukan objektif dari misi ini, itu hanya akan membahayakan kita semua. Lawan bila terpaksa, kemudian mundur dan informasikan padaku bila kalian menjumpai salah satu dari mereka, semuanya mengerti?”
“Siap Mengerti!” jawab kami serentak.
Perjalanan dari portal menuju daerah kependudukan memerlukan waktu sekitar setengah jam dengan jeep yang tersedia untuk kami, dan sesampainya disana kami dibagi dalam tim kecil untuk berjaga pada pos penjagaan yang berjarak satu hingga dua kilometer.
“Kukira masyarakat disini akan tinggal di tengah gurun, ternyata ada danau di daerah gersang ini” ujar Angga
“mpftt.. Tentu saja di gurun ada oasis, bagaimana mereka bisa hidup bila tanpa air? Hahaha..” timpal Adan
“Apa maksudmu? Kau menertawaiku, kau menganggapku bodoh? kau ingin cari rubut HAH!”
“Yang mengakuinya siapa? Kau sendiri bukan?” timpal Adan tak gentar, ditempat yang panas ini, suasana kepala mereka menjadi semakin panas
“oee oeey, hentikan, jangan membuat keributan ditempat baru seperti ini” ujarku mencoba mencegah, namun perkataanku tak dihiraukan mereka, Angga mulai berjalan maju menghampiri Adan, sedangkan Adan tetap menatapnya tajam
Greb! Kini Angga menggenggam kerah baju Adan dan berkata
“Ah! Aku ingat muka ini! Kau yang dulu pernah menabrakku di jalan dan menumpahkan semua daganganku, kini aku punya kesempatan agar kau membayarnya!” ujarnya diakhiri seringai menyeramkan.
Walau Adan tak sekekar Angga, ia tak menunjukkan ketakutan sama sekali “Ah! Akupun ingat kalau kau orang yang dengan entengnya berkata BUNUH. Pertama, perhatikan langkahmu dahulu sebelum berfikir ingin membunuh orang lain, orang bodoh sepertimu mana tau cara membunuh!”
‘Perbincangan’ mulai tidak sehat, nampak Sabila cemas memandang mereka dan berkata pada pemimpin “Ketua, bagaimana ini? Kita tak bisa membiarkan mereka berkelahi, kita satu tim” ujarnya khawatir
Ketua menjawab, “sepertinya mereka mempunyai masalah sebelum misi ini dimulai, dan sudah seharusnya tiap masalah diselesaikan. Biarkan saja mereka menyelesaikan masalah diantara mereka berdua, aku sendiri yang akan menghentikannya bila dirasa perlu”
“Tapi…” Sabila tampak makin cemas memandangi mereka yang tengah disulut api amarah. aku menepuk pundaknya dan mengangguk, menandakan semua akan baik-baik saja.
Antho, Chandra, Kasetsu dan Billy hendak ingin maju memisahkan, namun saat melihat ketua dan ia memberi isyarat, mereka menahan langkah mereka dan cukup memperhatikan.
“Akan kutunjukkan caranya Membunuh!” bentak Angga sambil melayangkan tinjunya
“Kau tak tau apapun tentang Membunuh!” hal serupa ia lakukan pula
BUUKK! Keduanya sama sama mendapatkan hantaman, setelahnya Angga menyerang dengan lututnya namun Adan dengan sigap menangkis, merekapun saling menjauh mengambil jarak.
Angga mulai mengeluarkan senjatanya, berukuran besar, Beam Hammer. Sedangkan Adan dengan Battle Beam Axe. Sekali lagi kami menatap ketua, namun ketua mengisyaratkan kami untuk tetap pada posisi.
Angga datang menerjang lebih dulu, ia melompat tinggi di udara lalu
“DEATH BLOWW!”
Adan tampak tak menghindar, disaat yang tepat ia mengayunkan kampaknya secara horizontal dan
“POWER CLAVE!”
BWOOMM!
Debu dan pasir berterbangan, energy yang mereka berdua lepaskan membuat kami terpaksa melindungi mata kami yang menyaksikannya. Nampak retakan tanah dan cekung cukup dalam
Adan terdorong dan berguling beberapa meter kebelakang, demikian dengan Angga yang terpental kebelakang. Mereka berdua kembali bangkit
Mereka tak banyak bicara, Adan tampak memperkuat genggaman pada kampaknya, sedangkan Angga meludah dan kembali berlari kearah Adan.
Keduanya kembali beradu
“SLASHER!”
3 serangan kombo bertenaga milik mereka saling beradu, kemudian diikuti tebasan-tebasan yang lain.
“Kalian tahu Weapon Triangle?” tanya ketua Virjman padaku, Sabila dan Billy yang berada di sampingnya
“Tentu” jawabku “Weapon Triangle adalah kedudukan pro-kontra dari 3 senjata jarak dekat. Tombak unggul melawan pedang, pedang unggul melawan kampak, dan kampak unggul terhadap tombak.”
“Tapi gada yang dipakai Angga termasuk golongan apa? Tersendiri?” tanya Sabila
“Enggak, Gada termasuk golongan kampak Sab, karena letak titik serang dan cara menyerang yang hampir sama, yang membedakan hanya ketajamannya.” “aku rasa pertandingan bakal seri” jawabku
“haha, kamu sok tau, kalau kamu amati, yang bakal menang itu Angga, selain fisiknya yang lebih kuat, keunggulan senjata yang ia pakai menguntungkannya sekarang.” Timpak ketua.
ZTRANGG!
Tebasan kampak Adan mengenai armor bagian perut milik Angga, sehingga ia dibuat terdorong mundur, Angga nampak terdiam sejenak memperhatikan luka yang ia dapat, masih tergolong ringan, namun zirah yang ia pakai mampu dibuat tergores menganga, merahpun mewarnai Soul Render Mail oranye miliknya.
“HYAAAA!”
Angga dengan amarahnya memberikan serangan balasan
DRAKK! DZING! DZING! DZINGGG!
Angga memberi serangan beruntun yang hanya bisa disambut dengan tangkisan oleh Adan, tiap ayunan gada yang Adan terima membuat Adan terdorong mundur beberapa senti, sampai momen tertentu
SLASHH! Adan membalas secara tiba-tiba, namun Angga disaat yang tepat mundur dan..
BRUAKK!
Serangan telak miliknya tepat mengenai perut Adan membuatnya terpental beberapa meter ke belakang, nampak armor yang melindungi perutnya pengok kedalam. Adanpun memuntahkan darah dari mulutnya.
Aku yang melihat sahabatku mengalami hal itu reflek ingin menolongnya, namun dengan sigap ketua mencegah dengan tangannya, di saat bersamaan Adan bangkit, aku ingin sekali membantunya namun Angga juga temanku, bila aku membela salah satunya, tensi dalam tim akan semakin tinggi, memang, membiarkan mereka menyelesaikan masalahnya merupakan tindakan terbaik untuk saat ini.
“Bravehert… bravehert… mereka pasti malu membiarkanmu memakai nama klan Bravehert” hardik Angga.
Adan yang merasa dilecehkan mulai berdiri tegap, menyeka darah dari mulutnya, dan memperkuat genggaman pada kampaknya.
“Ayo maju.. bra… vehert”
“Jangan hina Klanku!” kampak milik Adan mulai berwarna oranye akibat terkumpulnya energy force
“Aku tak akan ragu untuk membunuhmu!” demikian pula dengan gada milik Angga, mulai terlihat aura putih yang kuat.
Mereka pun saling maju dan menyerang bersamaan
Sabila tampak makin khawatir karena kondisi keduanya yang sudah makin parah, bila keduanya kembali-
“HYAAA POWER CLAV-” “DEATH BLO-“
“defence“
Tepat sebelum mereka saling beradu, aku mendengar seseorang membisikkan sebuah mantra, dan kemudian
DZIiiiiingggg..
DUARRR!
Ledakan akibat adu kekuatan ini lebih besar dari sebelumnya, namun kali ini diiringi desingan besi yang panjang, kami yang menyaksikan sampai harus menutup telinga akibat bunyi yang mengganggu.
Saat debu sudah mulai turun, nampak Angga dan Adan telah tersungkur di atas tanah beberapa meter jauhnya, Adan sudah tak sadarkan diri. Namun yang membuatku terkejut adalah..
Billy sudah ada di tengah sana, dengan Large Beam Shieldnya yang diliputi aura kuning
Area mereka bertarung sungguh porak poranda, terlebih tempat dimana Billy menahan serangan mereka berdua, cekungan terlihat lebih dalam.
“Hah.. hah.. hah.. mereka berdua itu bodoh atau apa, hah.. bila saja aku telat, pasti sudah ada yang terluka sangan parah..” ujar Billy, setelahnya iapun meludah dan mencabut Beam Saber yang ia tanamkan ke tanah, kemudian ia terduduk lemas, lengannya tampak gemetaran untuk beberapa saat. Ia benar-benar meredam energy yang Adan dan Angga keluarkan, jikalau orang yang menahan bukanlah seorang Miller, mungkin tengannya sudah patah sekarang.
Pertarungan antar mereka berdua telah berakhir, masalah mereka sudah diselesaikan, Chandra dengan sigap merapalkan “Heal Wind”, luka Adan, Angga maupun Billy sudah lebih baik sekarang.
.
Setelahnya, kami semua tinggal di barrack, misi kali ini menuntut kami untuk tinggal di area gurun ini selama kurang lebih 7 hari.
.
.
“Bagaimana? Kau sudah baikan?” tanya Angga pada Adan yang baru bangun dari tidurnya, iapun menawarinya segelas air putih.
“Ahh.. terimakasih” Adanpun meminum air pemberian Angga.
“Maafkan aku, karena melakukannya secara berlebihan, hingga menghina klanmu”
“Tak apa, aku sudah tak terlalu memikirkannya sekarang..”
Suasana menjadi sunyi, canggung dan hening.
“Eungg… ngomong-ngomong, makasih loh, kemaren itu.. latian tergreget dari latian-latian yang lain”
Adan tak bergeming apapun, sampai Angga hendak melangkahkan kakinya keluar dari ruangan, Adan bicara “Aku juga berterimakasih… karenamu, aku dapat bertemu dengan mereka”
“mereka? Siapa?” tanya Angga heran
“kedua kakakku, di dalam mimpiku” jawab Adan singkat
“Engg… apa mereka..”
“Mereka hilang, lebih dari setahun yang lalu..”
“umm.. baiklah, aku harap, kalian dapat berkumpul kembali dan-“
PRITTTT… tanda untuk berkumpul berbunyi
“Sepertinya kita harus segera bergegas, ayo cepat” lanjut Angga, Adanpun berjalan mengikuti.
.
Walau waktu baru menunjukkan pukul -:06.12:- namun hangat matahari Niger sudah cukup hangat melebihi bila di markas. Disana, ketua Virjman memimpin apel pagi bagi para anggotanya untuk mengawali misi
“Hari ini kita akan memulai misi penjagaan, kita menjadi tenaga yang dibutuhkan sementara pasukan yang lain dapat beristirahat, kelompok inti ini akan dibagi menjadi 3 tim, tiap tim beranggotakan 3 orang.”
Tim Alfa : Rosseblood, Hollymoon dan saya sendiri, menempati pos timur, merupakan tempat terparah dari serangan terakhir, ditempatkan disana karena dikhawatirkan akan terjadi serangan susulan.
Tim Omega : Wisemind, Bravehert, Rageblood. Kalian menempati pos Utara. Disana merupakan daerah yang tidak terlalu parah, namun bisa jadi musuh akan menyerang lokasi itu, maka persiapkan diri kalian sebaik mungkin. “SIAP!”
Tim Delta : Hardji, Zein dan Aqblerry. Kalian menempati pos Timur Laut, disana kalian akan mendapatkan tugas untuk memperbaiki guard tower dan memperkuat pertahanan, lokasi yang kalian tempati merupakan pos kedua terparah. “SIAP” jawab kami serentak.
“all right, sebelum bubar, saya minta Angga dan Adan untuk maju.” Seru ketua Virjman, yang dipanggil namanyapun menghadap.
“Ada apa ketua?” tanya Adan.
GREBB! GREBB!
Tanpa basa basi, ketua menggenggam belakang kerah armor mereka dan WHUSS..
BYURRR!
Ia melempar keduanya ke danau dengan sekali hempasan, kami yang menyaksikan tidak lebih terkejud dibanding mereka yang kini basah º º
“Kemarin aku membiarkan kalian, namun bukan berarti keributan yang kalian buat tidak punya konsekuensi. Sekarang kalian naik.
Kita akan berkumpul lagi disini setelah tim selanjutnya datang ke pos kalian, kira-kira pukul 15.00, oke semua bubar menuju pos masing-masing. Go go go…” ujar ketua dan langsung berlari menuju pos timur.
Aku hanya bisa tertawa menyaksikan Adan dan Angga berlari dengan pakaian yang kuyub, ahaha…
“Misi Gurun Sette hari pertama : dimulai!”
.
.
To Be Continued
| “Aku hanya berjalan dimana seharusnya aku berjalan tanpa memasuki wilayah orang lain” -Adan to Angga- ch. 16 |
CHAPTER 25 END
Next Chapter > Read Chapter 26:
Coming Soon!
Previous Chapter > Read Chapter 24:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-24/
List of Journey For Identity Chapter:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-list
Catatan Author:
JFI WIKI/Trivia
– Pedang : memiliki demage yang stabil
– Tombak : punya demage tertinggi, namun anstabil
– Kampak : walaupun demage dibawah pedang, namun punya chance tertinggi dalam kritikal dibanding senjata lain.
– Gada : demage sama seperti kampak, namun ia berfungsi sebagai Def. Gaunge Broker, taukan Def. Gaunge (DG)? Itu seperti ‘ketahanan’ seseorang mendapati serangan. Co/ seorang SM bila terus-terus diserang dia awalnya bakal block block, tapi saat DG habis, kemungkinan block akan sangat minimal, berlaku pula untuk hindaran. Makanya di ch barusan, kalau dicermati, tangan Adan mengalami getaran ataupun menggenggam kampaknya dengan kuat (setelah mengendur), karena setelah menerima serangan dari Angga ia terkena efek getaran/ DG Brokernya, semacam itula~
– Panah : demage diatas Pistol, namun aspd lambat.
– Pistol : Sebaliknya.
– Pisau/pisau lempar : mereka berada diurutan terbawah dari segi kekuatan, namun dengan dapatnya digabungkan bersama prisai, dalam pertempuran tentu dapat membalikkan keadaan.

