JOURNEY FOR IDENTITY CHAPTER 3 – LAKE
Journey For Identity
Penulis: Bid’ah Slayer
“Ohh.. Baydzofi, senang berkenalan dengan mu, panggil aku Lake” jawabnya dengan ramah juga. Kami berduapun berjabat tangan sebagai tanda awal persahabatan.
“kau bisa memanggilku Dzofi, sama seperti teman-teman yang lainnya memanggil ku, Lake, oh iya biar kuperkenalkan kau dengan teman-teman ku” akupun memperkenalkan Kak Ulfa padanya terlebih dahulu “Dia yang disampingku ini namanya Ulfa Hardji, ia adalah kakak sepupu ku. Kak, perkenalkan dia namanya Lake”
“Senang berkenalan denganmu Lake, kau bisa memanggilku Ulfa”
“Senang juga bisa bertemu dengan anda Kak Ulfa”
Lalu aku memperkenalkannya dengan Sabila “Kalau dia bernama Sabila Rosseblood. Sab, perkenalkan teman baru kita namanya Lake”
“Senang berjumpa denganmu Lake, panggil aku Sabila” ucapnya dengan senyuman manis.
“Ah.. senang berkenalan denganmu Sabila”
Setelah aku memperkenalkan teman-teman ku padanya, diapun memperkenalkan teman-temannya pada kami. “Tidak adil bila hanya kau yang memperkenalkan teman-teman mu, aku juga akan memperkenalkan teman-teman ku” lalu dia memperkenalkan wanita berambut coklat yang duduk di sebelahnya “perkenalkan, dia bernama Elka” lalu wanita yang disebut Elka itu tersenyum sambil berkata “salam kenal” kepada kami.
“Dan yang disebelah sana namanya Alecto” tunjuk Lake pada laki-laki disebelah Elka, laki-laki yang disebut namanya itupun melambaikan tangan kearah kami.
Selesai sarapan kamipun melanjutkan pembicaraan kami untuk mengetahui lebih dekat satu sama lain.
“Jadi Dzofi, kau dari jurusan mana?”
“Aku dari juruan Specialist Academy, kalau kau Lake?”
“Aku dari Ranger Corp., satu jurusan bersama Elka dan Alecto”
Mengetahui mereka bertiga ternyata dari Ranger Corp. Kak Ulfa pun menimpali pembicaraan kami.
“Jadi kalian bertiga dari Ranger Corp. juga? Berarti kita sama dong, Aku dari Devisi 01 lulus tahun lalu dan Sabila Devisi 09, Kalian dari Devisi berapa?”
“Wah Kak Ulfa ternyata dari devisi 01 dan Sabila juga dari devisi 09, berarti kalian termasuk pasukan unggulan dong, setahu kami katanya divisi yang bernomor ganjil itu menampung mereka yang berbakat, kalau Kami bertiga dari Devisi 04 Kak”
Yah aku masih gak ngerti apa yang mereka bicarakan, masalah nomer divisi, aku berasal dari divisi 10. Dan setahuku kalau buat Specialist Academy gak ada bedanya, sama-sama belajar ngerakit peralatan, belajar teknik serangan jarak deket dan jauh, mungkin itu kusus jurusan ranger kali.
Selesai mereka berbicara mengenai topik juruan mereka, lalu Lake bertanya padaku “Kau berasal dari Specialist Academy kan Dzofi? kira-kira di sana apa saja yang kau pelajari?”
“Ya, aku mempelajari teknik serangan jarak jauh dan jarak dekat, namun dalam teknik serangan jarak jauh, kalian para ranger jauh lebih fokus memperdalaminya, tidak seperti kami. Selain itu kami juga diajari cara membuat persenjataan, amunisi, armor, dan perlengkapan lainnya. Menggunakan alat khusus dan bahan-bahan yang dapat dicari di planet Novus”
Selesai aku menjawab pertanyaannya, sekarang giliran aku yang bertanya padanya “kalau untuk senjata yang kau pakai, kau lebih memilih menggunakan panah atau senjata api? “
“Aku lebih memilih panah, menurutku panah membuat kerusakan lebih parah dibanding senjata api”
“Ya kau benar, namun kecepatan serang panah jauh lebih lambat dibanding senjata api, menurutku setiap senjata membunyai kelebihan dan kelemahan”
Selesai berbincang-bincang mengenai jurusan masing-masing, Elka mengajak ku dan teman-teman ku untuk berlatih bersama. “Bagaimana kalau kau dan teman-teman mu ikut berlatih bersama kami Dzofi”
“Kita akan berlatih dimana?”
“Dilantai tiga ada pusat pelatihan ranger”
“Oke, aku tanyakan mereka dulu”
Akupun menanyakan kepada Kak Ulfa dan Sabila apakah mereka mau ikut berlatih bersama.
“Wah ayo, terlalu lama liburan tangan jadi kaku nih” ucap Kak Ulfa ambil memutar-mutar kedua sendi pelurunya.
“Kakau kau Sab?”
“tentu saja aku ikut” nampak dari jawabannya, sepertinya dia sudah tidak risau lagi, semoga dia cepat melupakan awkward moment didalam lift itu.
Setelah mendapat jawaban dari Kak Ulfa dan Sabila, kami bersama Lake dan kawan-kawan berjalan bersama ke lantai tiga, tempat dimana pelatihan ranger berada.
Sesampainya disana, ternyata sudah ada beberapa orang disana. Ada yang berlatih membidik sasaran dan ada pula yang sedang berduel antar kelompok. Kebanyakan dari mereka berlatih menggunakan senjata api dan panah, namun tetap ada beberapa orang yang menggunakan senjata lempar.
“Ayo, pertama-tama kita latihan menembak sasaran, dia yang mempunyai skor tertinggi adalah pemenangnya” ajak Lake penuh semangat.
Kamipun bergegas ke salah satu tempat untuk berlatih menembak sasaran. Pertama-tama kami memilih senjata untuk digunakan terlebih dahulu.
Alecto : Senjata api
Lake : Panah
Elka : Panah
Baydzofi : Senjata api
Ulfa : Senjata api
Sabila : Pisau lempar
Mendengar senjata yang dipilih Sabila adalah pisau lempar, kami semua menoleh kearahnya.
“Kau yakin memilih pisau lempar?” tanyaku meyakinkan dia.
“Yap, tentu saja” jawabnya yakin.
Kami semua masih tak percaya dengan apa yang Sabila pilih, karena pisau lempar termasuk senjata yang sulit untuk digunakan, terlebih lagi bila dalam kondisi riil pertempuran, kerusakan yang ditimbulkan dari pisau lempar tidak seberapa dibanding dengan senjata jarak jauh lainnya.
Latihanpun dimulai.
Pertama-tama dimulai dari Alecto. “Baiklah, akan kutunjukkan kemampuanku” ucapnya penuh semangat.
“Shoott!..”
Duarr…
Tiba-tiba muncul tulisan dilayar monitor [Akurasi : 86%]
“Lumayan lumayan, keberuntungan pemula” ucap Lake merasa dirinya bisa lebih baik.
“Kalau begitu coba kau lakukan, saingi skorku kalau bisa, dasar kuya!”
“Oke, perhatikan ini baik baik”
Lake-pun menarik busurnya, lalu melesatkan anak panahnya
“Hyaaa..”
Whuss… Zlebb.
[Akurasi : 66%]
Lalu terdengar suara yang berasal dari mesin pelatihan itu
“[Tett.. tidak memenuhi standar akurasi]”
Mendengar suara dari mesin itu, Lake-pun terdiam tanpa ekspresi *PokerFace*
“Ppfftt.. lumayan lumayan, ini yang disebut kegagalan pemula” ucap Alecto sambil menepuk-nepuk pundaknya dengan maksud menyindir dan membalas ejekan Lake.
“Fakk.. sial kau Alecto”
Sebelum mereka ribut lebih jauh, aku lerai mereka dan kuberitahukan agar tenang supaya Elka bia berkonsentrasi “Stt!.. sudah jangan ribut, sekarang giliran Elka”. Kamipun tenang dan memperhatikannya.
Dia menarik nafas lalu melesatkan anak panahnya
Whuss..
Zlebb..
[Akurasi : 92%]
Setelah skor muncul dilayar, kami semuapun kagum dengan tingkat akurasi yang dimiliki Elka. “Siall kau Elka, kau memang hebat” ucap Lake heboh.
Gilirankupun tiba, “All right, its my turn” dari apa yang tadi kusaksikan, sepertinya standar dari latihan ini adalah 70%, baiklah aku harus mencapai angka 70%.
Aku menatap fokus target dan kutanampan dalam fikiranku 70% 70% 70%
“Hyaa..”
Dorr…
[Akurasi : 71%]
“Yeah.. woho, aku berhasil” ucapku kegirangan sebagai tanda selebrasi. Namun tiba-tiba terdengar suara dari mesin latihan
“[Teet.. Akurasi tidak memenuhi standar]”
“Apa?! Skorku sudah diatas 70% dan kau bilang masih belum memenuhi standar?! Dasar mesin sialan!” kuhardik mesin itu sambil menendang-nendangnya.
Duakk Duakk Duakk
Teman-teman yang lainnya berusaha menghentikanku namun tidak menghiraukan mereka, sampai seorang pria menghampiriku dan memarahiku dengan berteriak “Heii! Jangan merusak fasilitas federasi! Kau bisa menggantinya kalau rusak hah?!”
Melihat sosok pria yang memarahiku mempunyai tampang yang sangar dan berkumis tebal, nyaliku ciut seketika. Bahkan teman-teman ku yang tidak bersalah tidak luput dari omelannya. Kami hanya bisa menunduk dan minta maaf
“maaf pak, maafkan kami”.
Setelah pak kumis berlalu kami berenampun bisa bernafas dengan lega.
“Fuih~ apes dimarain pak kumis kita, maaf ya teman-teman membuat kalian dimarahin juga” ucapku meminta maaf pada mereka.
“Suttt.. jangan ngomong begitu nanti dia denger lho” timpal Alecto mengingatkan.
“Emm Dzofi sepertinya perkiraanmu salah deh, kalau kau mau melampaui standar harusnya kau mempunyai skor 75%, kalau 70% itu untuk target bergerak” ucap Sabila mengingatkanku tentang standar yang ada sambil menunjuk papan peraturan.
“Huft siall.. bikin malu saja”
Sekarang giliran kak Ulfa
Hemm… “Shoot…”
Duarr..
Nampak hasil bidikan Kak Ulfa mengenai bagian antara leher dan kepala
[Akurasi : 99%]
“Waa…” ucap kami bersamaan dengan ekspresi menganga.
“Wahh Kak Ulfa hebat sekali” ucap Sabila memuji, yang lainnya pun ikut kagum melihat hasilnya. Sebenarnya aku juga terkagum dengan hasil 99% itu, aku tak tahu kalau sepupu perempuanku itu punya skill yang hebat, namun yang membuatku jengkel adalah, padahal kita masih satu keluarga tapi kenapa kemampuan kami jauh sekali, aku tak habis fikir. Kak Ulfa selalu dihujani pujian sedangkan aku sama sekali tidak. Dunia memang kejam T.T
“Baiklah Sabila, sekarang giliranmu”
“Oke”
Sabila-pun bersiap-siap. Ia menatap tajam target, dan
Swiing…
Zrebb…
Hasil bidikannya mengenai bagian vital yaitu mengenai tepat dibagian kepalanya, lebih tepatnya menusuk bagian mata kanan, dan tidak disangka, bekas yang dibuat pisau lempar itu cukup dalam.
Lalu sebuah angka yang mengejutkan kami pun muncul
[Akurasi : 100%]
“Waaw” “Hebatt” “Luar biasa” “Sempurna”
Kata-kata itulah yang keluar dari mulut kami, bagaimana tidak, senjata yang termasuk sulit dan tidak semua orang bisa menggunakannya bisa ia kuasai dengan hasil yang perfecto. Namun disaat suasana sedang ramai-ramainya kami memuji Sabila, pak kumis itu menegur kami “Ehem.. jangan berisik kalian, mengganggu saja!”
Karena trauma yang mendalam akibat omelannya, kami semua segera ‘tutup mulut’ dan meminta maaf
Sambil menundukkan kepala
“Maafkan kami pak, maafkan kami”
…
“Huh dikit-dikit marah, dikit-dikit marah, dasar pak kumis. Belum tentu dia mempunyai skill sebagus kamu Sab” gerutuku sekaligus memuji Sabila.
“Hahaha” yang lainpun tertawa pelan tanda setuju
Lalu Elka bertanya “Darimana kau mempelajari itu semua Sab?”
“Aku mempelajarinya dari ibuku, dulu saat Beliau seumuran kita, Beliau mengikuti wajib militer dan Beliau termasuk seorang ranger yang hebat, dan sekarang aku mewarisi keahliannya”
Mendengar penjelasannya aku langsung teringat pribahasa -Buah jatuh tak jauh dari pohonnya- beruntung sekali Sabila mempunyai ibu yang hebat.
.
Setelah mendengar penjelasan dari Sabila, latihanpun dilanjutkan, kali ini target yang ditembak adalah target bergerak, tentu tingkat ini lebih sulit, maka dari itu pada sesi ini kita diharuskan menembak sebanyak tiga kali dan hasilnya diambil dari skor rata-rata akurasi, dengan standar minimal 70%. Itulah yang aku baca di papan peraturan.
Giliran pertama dimulai dari Alecto, diikuti giliran seperti sebelumnya.
Tanpa basa-basi Alecto langsung memulai aksinya
“Shoot..”
Duaarr.. duarr.. duarr
Nampaknya dua tembakan Alecto mengenai titik vital lumayan dekat, namun cukup disayangkan satu tembakan tidak mengenai target. Angka di monitorpun muncul.
[Akurasi : 76% | 0% | 80%] [Rata-rata : 52%]
Dan suara yang ‘ditunggu-tunggu’pun muncul
“[Tett.. tidak memenuhi standar]”
“Pfftt… Sekarang giliranku” ucap Lake penuh semangat, ia mengucapkannya seperti tak merasakan kegagalan yang ia alami sebelumnya.
“Hyaa..”
Wussh.. wushh.. wushh..
Zrebb.. zrebb.. zreb..
Kali ini bidikan Lake jauh lebih baik dari sebelumnya
[Akurai : 72% | 50% | 97%] [Rata-rata : 73%]
“Yeah, aku berhasil” seru Lake dengan senang dan tak kalah semangat dari sebelumnya
“Ini baru Lake yang aku kenal” timpal Elka memujinya, “Baiklah sekarang giliranku”
“Shoott..”
Whuss.. whuss.. whuss
Zrebb.. zrebb.. zrebb..
[Akurasi : 90% | 90% | 90%] [Rata-rata : 90%]
Wow hebat, Elka mampu menembak dengan tingkat akurasi yang stabil, menurutku itu sudah bagus.
Tanpa basa basi lagi aku langsung bersiap, kuambil nafas dalam-dalam sambil tetap menatap fokus ketarget yang sedang bergerak, kuperhitungkan gerakannya dan
Duarr.. Duarr.. Duarr..
Tampak salah satu tembakanku mengenai tepat bagian kepala target, namun ada yang hanya mengenai bahu. Kami semuapun menunggu angka yang keluar dimonitor, semoga kali ini aku tidak gagal lagi.
[Akurasi : 100% | 78% | 69%] [Rata-rata : 82,3%]
“Fiuhh.. akhirnya kau berhasil juga, aku sempat khawatir kalau sepupu laki-laki ku ini tidak berhasil, kerja baguss Dzofi” puji Kak Ulfa sambil mencubit pipi ku.
“Ahh Kak Ulfa sudah lah, sakit tau” pintaku menghentikan ‘siksannya’, nampak bekas cubitannya cukup merah. Sambil ku elus-elus pipi ku, kuakatakan padanya “Dah sana cepetan, sekarang giliranmu”
Iapun bersiap, tatapan matanya yang tadi biasa-biasa saja saat menggodaku kini langsung berubah 180 derajat, matanya langsung menatap tajam target bagaikan elang. Kuperhatiakan pupil matanya yang mengecil bergerak mengikuti arah target. Dan tanpa bersuara ia siap untuk menekan pelatuknya.
Tiba-tiba aku terbesit fikiran jahat untuk membalas apa yang ia perbuat padaku. jarinyapun bergerak ingin menekan pelatuknya, inilah saatnya
“HWUUAA…”
“Ehh..”
Duarr.. duarr.. duarr..
Hehehe sepertinya aku dapat membalasnya, nampak saat dia menekan pelatuknya ia kaget, aku puas sekarang~ Namun sepertinya aku membuat kesalahan fatal, aku tak memikirkan rencana sesudahnya. Setelah kubuat kaget Kak Ulfa, ia langsung menatap tajam kearahku, ia berjalan kearahku sambil mengasingkan lengan panjangnya
Kretekk.. Kretekk
Bunyi yang keluar dari tangannya, nampak teman-teman yang lainnya tidak ada yang berani menghentikan Kak Ulfa, huh ajal yang kuhadapi kenapa begitu cepat…
“Apa yang kau lakukan?!Hah!”
Glek.. “Eumm..” Belum aku menjawab maksudku, ia langsung…
“Dasar Idiot!”
BLETAKK!.. dengan cepat dan penuh tenaga ia menjitak kepala ku, Cess~ nampak jejak asap muncul di tempat bekas ia menjitakku
“Aww.. aku hanya mencoba membalas karena kau telah mencubitku Kak T.T ” jawabku sambil terduduk lemas.
namun tanpa memedulikan alasanku, ia langsung membuang muka.
Huh.. Kenapa wanita selalu mempunyai dua sisi yang 180 derajat berbeda sih, dasar Koin! Gerutuku dalam hati. Huh.. sungguh mahabenar kitab yang pernah kubaca
-sungguh wanita itu adalah ujian bagimu-
Angka dari monitorpun muncul.
Glekk.. aku baru menyadari betapa buruknya situasi yang kualami ini, bila hasil yang keluar adalah skor yang jelek, bisa dipastikan aku akan mengahadapi ajalku yang kedua, semoga hasilnya baik semoga hasilnya baik. Doaku sambil menadahkan tangan keatas.
[Akurasi : 95%]…
95%, waduh, angka segitu saja sesungguhnya sudah cukup membuatku mengunjungi neraka kalau Kak Ulfa berfikir harusnya dia dapat 100%. Semoga angka selanjutnya memuaskan.
[100%] [100%] [Rata-rata : 98,3%]
Setelah melihat angka selanjutnya dan total skornya, aku terus terpaku melihat monitor, tidak percaya dengan apa yang sedang kusaksikan ini, bukan karena aku akan selamat dari ajal, kalau itu sih relative dari pemikiran Kak Ulfa, namun yang membuatku tercengang saat ini adalah, dia masih bisa mencetak akurasi 100% disaat aku mengganggunya, tentunya ini suatu hal yang mustahil bila dilakukan orang lain pada umumnya, khususnya olehku.
Eitt… nanti dulu, kalau Kak Ulfa saat ku ganggu saja masih dapat memperoleh dua angka 100%, apalagi saat tidakku ganggu, harusnya ia memperoleh skor rata-rata yang sempurna, glekk.. kupikir ajalku kali ini bukan ditentukan oleh pemikiran relative Kak Ulfa, namun memang sepantasnya aku dapatkan.
Kak Ulfa-pun melangkah kearahku, wah habis sudah aku kali ini, akupun melindungi kepalaku dengan kedua tanganku sambil meminta maaf padanya
“Kak maafkan aku, tolong jangan jitak lagi, yang tadi masih berasa kok” ucapku memohon sambil memejamkan mata.
…
Selang beberapa detik kutunggu, kok gak ada pukulan mendarat, yah mudah-mudahan Kak Ulfa mengampuniku. Akupun memberanikan diri untuk membuka mata, betapa terkejutnya aku setelah membuka kedua mataku kulihat ternyata Kak Ulfa sudah ada didepanku sambil tersenyum, ia mensejajarkan posisiku dengan berjongkok.
“Ahh iya, kakak juga minta maaf karena sudah mencubitmu sampai merah, aduh ini ya yang sakit, maafkan Kakak ya” ucap Kak Ulfa memohon maaf padaku sambil mengelus pipi ku yang tadi dicubitnya.
“…”
“Duh, kepalanya juga masih sakit ya?”
“…”
“Kok kamu gak nanggepin Kakak sih, Dzofi”
Serrr…
“Ehh.. Dzofi hidungmu berdarah! Kau gak papa kan? Masa’ Cuma gara-gara pukulan pelan dikepala, kamu sampe mimisan, Dzofi!” ucap Kak Ulfa panik sambil menggoncang-goncangkan tubuhku.
Gak tega liat Kak Ulfa mulai panik, akupun meresponnya
“Umm.. kak, i.. itu ke.. keliatan”
Semula ia masih gak ngerti jawabanku apa yang dimaksud ‘itu keliatan’, sampai ia sadar kalau dia jongkok sambil menggunakan rok.
“KYAAA…. Dasar mesumm…”
PLAKK..
Akupun terpental menerima Tamparan telak di pipi yang sebelumnya dia elus-elus dengan lembut, huh memang gue jadi orang terlalu baik, harusnya gak gue bilang tadi, ucapku sesal dalam hati x.x
Dalam kondisi ‘Sekarat’ Lake dan Alecto menghampiriku
“Dzo.. dzofi kau gak papa”
Aku hanya bisa menggerakan tangan dan mengeluarkan suara nafas dari mulutku
“Dzofi, ucapkanlah sesuatu”
“B…”
Karena suaraku kurang jelas, mereka berduapun mendekatkan telinga mereka kearahku agar mengetahui apa yang kuucapkan.
“B.. biru.. muda….” Ucapku
Heran dengan apa yang kumaksud, mereka berduapun mengucapkan ulang apa yang tadi kuucapkan “Biru muda?” namun bodohnya, mereka mengucapkannya dengan suara yang cukup kencang untuk bisa didengar Kak Ulfa, secara bersamaan lagi. Alhasil mereka berdua mendapatkan…
PLAKK.. PLAKK..
Sekarang Posisi kami bertigapun terkapar dilantai bersamaan…
.
Setelah keributan tadi, kini giliran Sabila untuk membidik target bergerak menggunakan pisau lemparnya. Kami semua yang menyaksikan mendadak diam, memperhatikan Sabila dan mencermati setiap langkah-langkahnya.
Pertama-tama ia memejamkan mata untuk beberapa saat, kemudian sambil menggenggam pisau lemparnya ia menatap fokus target. Entah mengapa saat aku memperhatikannya, ia menjadi sedikit berbeda, biasanya saat dia menatapku, aku dapat melihat matanya yang indah, bulat dengan warna iris biru yang menyenangkan untuk dipandang, namun kali ini dengan tatapan fokusnya yang tajam, seakan dia bukan Sabila yang aku kenal. Diapun menghembuskan nafas dan melempar tiga pisau lempar kearah target.
Swiingg.. Swiingg.. Swingg..
Entah aku salah lihat atau tidak, tepat saat dia melemparkan pisau lemparnya, sekejap warna irisnya yang semula biru berubah menjadi merah untuk persekian detik, durasi yang sangat singkat.
Zrebb.. zrebb.. zrrebb..
Tiga pisau lemparnyapun mengenai target, tidak seperti yang lainnya yang merusaha mengenai tiga titik vital, semua serangan Sabila hanya mengenai satu titik vital dan itu tepat mengenai bagian kepala.
lalu angka keluar dilayar monitor.
[Akurasi : 100% | 100% | 100%] [Rata-rata : 100%]
Untuk beberapa saat kami semua yang menyaksikannya terdiam, tidak mengucapkan sepatah katapun setelah melihat angka yang keluar di monitor.
…
“Se.. seratus persen… luar biasa kau Sabila” ucapku kagum dengan kemampuan yang dimilikinya.
“Luar Biasa” “Hebbat!” “Aku Kagum Padamu Sab”
Puji teman-teman karena kehebatan Sabila, peserta dari kelompok yang lainnya juga berkerumun melihat skor Sabila yang sempurna sehingga suasana menjadi ramai. Namun lagi-lagi suara yang tidak diharapkan datang, suara itu diucapkan oleh pak kumis dengan nada yang tidak menyenangkan “Heii jangan ribut! Bubar bubar!”
Sontak peserta dari kelompok lain yang tadi mengerumuni kami langsung kocar-kacir ke tempat mereka masing-masing. Tidak sampai disitu, kali ini pak kumis datang menghampiri kami lalu memarahi kami.
“Kalian ini sudah berapa kali kubilang, jangan membuat keributan disini. Dari tadi kalian ini menyusahkan saja! Berisiklah, buat kegaduhanlah, merusak fasilitas federasilah!”
Tepat saat ia mengucapkan kata terakhirnya, ia menoleh kearahku, siall. namun kami hanya bisa tertunduk sambil mendengarkan omelannya. Lalu ia melanjutkan…
“Kalian ini harusnya malu! Kalian sudah jadi prajurit, harus bisa lebih disiplin, kalau seperti ini terus saat dimedan perang kalian pasti yang pertama mati! Memangnya apa sih yang kalian peributkan sedari tadi?! Dasar kalian ini…
. . .
Luar Biasa…. Sempurna”
Mendengar omelannya yang sempat terhenti dan dilanjutkan dengan kekaguman membuat kami heran, kami yang semula tertunduk kini melihat kearahnya, nampak ia sedang memperhatikan target yang telah diserang oleh Sabila.
“100%, Siapa yang melakukan ini?!”
Sontak kami semua langsung menunjuk secara bersamaan kearah Sabila.
“Heii nak, siapa namamu?!”
Sabila hanya menjawab pertanyaan pak kumis itu sambil terbata-bata “Sa.. Sabila, Sabila Rosseblood”
Yah wajar saja dia ketakutan, karena kami yang mendengar pertanyaannya saja tidak bisa membedakan mana nada pertanyaan yang harusnya ‘lebih manusiawi’ dengan omelannya yang tadi, intonasinya tetap seperti orang membentak, yang membedakan hanya volumenya saja.
Setelah mengetahui namanya, pria besar berkumis itu merespon “Sabila Rosseblood, Rosseblood?! Pantas saja!”
Mendengar ucapannya, kami semua terheran-heran, ada apa memangnya dengan nama belakang Sabila. Kulirik teman-teman ku ke kanan dan ke kiri, nampak dari mereka muka-muka penasaran tapi tetap tidak ada yang berani bertanya. Yahh.. terpaksa, demi memenuhi hasrat kepenasaranku (dan teman-teman ku tentunya) aku rela menjadi ‘tumbal’, aku memberanikan diri untuk bertanya.
“Umm.. Paman”
“Ada Apa?!” huh jawabannya masih aja seperti membentak
“Memangnya ada apa dengan ‘Rosseblood’ paman? Apa Paman mengetahui sesuatu tentangnya?”
“Jadi kau tidak tahu? Kalian juga tidak tahu?” Tanya pak kumis pada ku lalu pada teman-teman ku. Kami menjawab hanya dengan gelengan kepala.
“Hemm..” sejenak dia berfikir seperti mencoba mengingat-ingat sesuatu, lalu setelah beberapa detik iapun angkat bicara ” Begini, Rosseblood itu adalah salah satu clan dibangsa Bellato, clan itu terkenal karena bakatnya dalam berburu, memanah dan menembak sasaran dengan akurasi yang cukup tinggi yang dimiliki oleh setiap anggota clan tersebut. Bahkan ada kabar angin yang mengatakan kalau mereka memiliki kemampuan untuk membunuh secara sadis, namun bakat khusus ini hanya dimiliki oleh satu banding sekian yang tidak diketahui pasti berapa perbandingannya, ada yang mengatakan satu banding seratus, satu banding seribu dan seterusnya. Namun yang paling mendekati adalah, bahwa dalam setiap satu generasi hanya akan ada satu orang saja yang memiliki bakat khusus ini”
Aku dan teman-temankupun nampak tidak menyangka dengan apa yang kami dengar ini.
Glek.. sulit dipercaya, gadis imut berambut putih ini berasal dari keluarga yang hebat, ditambah lagi clannya mempunyai kekuatan ‘membunuh secara sadis’ yang dapat diwarisi pada anggota clannya, walaupun cuma satu orang pergenerasi namun itu tidak menutup kemungkinan kalau Sabila bisa saja mendapatkannya.
Ditengah kekaguman dan ke’tidak percayaan’ kami, pak kumis melanjutkan…
“Jadi, dia si Sabila ini mempunyai bakat alami yang didapatkan dari garis keturunannya, berbeda dengan clan-clan dibangsa Bellato pada umumnya yang mewariskan garis keturunan secara Patrineal atau pada pria, garis keturunan Rosseblood diturunkan pada wanita atau secara matrineal”
“oOo…” jawab kami bersamaan
“Dan katanya, nama Rosseblood mempunyai filosofi dari nama bunga yang berasal dari Planet Bumi, yaitu bunga mawar, -Dibalik kecantikan rupanya, dapat membuat mereka yang mengusiknya terluka-, ya begitulah, makanya jangan cari masalah dengan anggota clan Rosseblood, siapa tahu orang yang kau ganggu adalah mereka yang mempunyai bakat khusus hahaha…”
setelah pak kumis itu bercerita iapun izin pamit “Nah, kalau begitu aku pergi dulu, masih banyak yang harus ku lakukan, ingat! Jangan ribut dan jangan merusak fasilitas federasi!”
ehh.. masih sempet-sempetnya dia nyindir, huh dasar pak kumis. Gerutuku dalam hati.
Walau nada bicaranya galak apalagi mukanya, namun ternyata ia mau meluangkan waktu pada kami semua untuk bercerita tentang apa yang ia ketahui, terlepas dari benar atau tidaknya tentang apa yang ia ceritakan tapi kami semua merasa terhibur. Kami semuapun berterimakasih padanya.
“Terimakasih ya Pak Kumis” ucapku saat dia melangkah pergi, dia hanya memalingkan mukanya pada kami dan tersenyum tanpa sepatah katapun.
…
Setelah pak kumis menceritakan tentang clan Rosseblood, akupun mulai bertanya-tanya, kira-kira ada yang ‘spesial’ gak ya dengan keluarga Hardji, akupun menanyakannya pada Kak Ulfa
“Kak, kira-kira clan Hardji ada sesuatu yang membedakan gak ya? Barangkali kita punya kekuatan special gitu? hehe” ucapku penasaran, dan sebenernya ngerep juga.
“Kalo itu aku juga gak tahu, tapi yang jelas clan Hardji menjadi disegani saat masa kakek muda dulu, ia membawa nama clan Hardji menjadi ‘harum’ berkat keloyalannya pada keluarga Royal Blood.
Diceritakan dalam sejarah revolusi Bellato, ini terjadi ketika ketiga bangsa di Planet Novus yang sedang mengalami gejolak, saat itu ketiga bangsa mengalami pemberontakan, entah apa motifnya masih belum diketahui secara pasti kenapa bisa terjadi secara bersamaan, namun pemberontakan yang dialami oleh pemerintahan Bellato terjadi karena perebutan kekuasaan.
Saat itu para anggota dewan legislative yang berada di Planet Novus dan di Planet Bellato dipilih langsung oleh para petinggi keluarga Royal Blood. sedangkan banyak dari penduduk Planet Bellato termasuk Kakek dikirim ke Planet Novus untuk menjadi pasukan terlatih yang kelak mereka disana akan menjadi tentara bayaran dengan memanfaatkan konflik antara bangsa Accretia dan bangsa Cora. Sebagai imbalan, mereka akan menerima upah berupa emas yang jumlahnya tergantung dari kebijakan ekonomi masing-masing bangsa, dan bila menang mereka mendapatkan 30% dari hasil tambang. Upah tersebut diambil melalui pejabat tinggi setempat, yaitu anggota dewan legislative Planet Bellato. Namun perjuangan sebagai tentara bayaran tidaklah mudah.
Suatu waktu, timbul wacana untuk mengejar pembangunan infrastruktur markas Bellato oleh anggota dewan legislative, merekapun menetapkan system baru, sebagai pemasukan pendapatan utama dari tentara bayaran, mereka membuat yang semula tentara bayaran hanya memihak satu bangsa dengan pertimbangan kemungkinan menang, kekuatan bangsa penyewa jasa dan keselamatan tentaranya, Kini tentara bayaran diwajibkan mengikuti perang dengan memihak kedua bangsa. dan yang menentukan pihak yang dibela oleh tentara bayaran adalah anggota dewan.
Setelah kebijakan baru ini disahkan oleh ketua dewan legislative Planet Novus, tak jarang para tentara bayaran harus berhadapan dengan sesama bangsanya yang dilain kubu untuk saling berperang. Mereka mau tak mau harus saling menembak kepala kekasihnya, menebas tubuh sahabatnya demi mematuhi peraturan untuk kemajuan bangsanya.
Namun sebagian tentara bayaran yang tidak bisa terima dengan peraturan ‘kanibal’ ini mulai membuat kelompok underground, kelompok ini bertujuan sebagai wadah untuk mengumpulkan kekuatan sesama tentara bayaran dan bertujuan akan membuat suatu system pemerintahan baru di Planet Novus untuk bangsa Bellato yang lebih baik.
Dengan profesi sebagai tentara bayaran, beberapa dari mereka yang senior ditunjuk sebagai pejabat didalam pemerintahan bangsa Accretia atau bangsa Cora.
Mereka yang Senior dijuluki sebagai The Patriot dalam kemompok Underground dan dijadikan pemimpin untuk mewujudkan tujuan mereka. Dengan wewenang yang mereka punyai dibangsa yang mereka ‘bela’, merekapun mulai mengambil beberapa informasi-informasi penting seputar teknologi, system perang dan lain-lain. Selain itu mereka juga mencoba meretas informasi dari pemerintahannya sendiri.
Setelah mengambil informasi penting, terbongkarlah bahwa selama ini para anggota dewan melakukan korupsi, mulai dari pembagian hasil jatah tambang 30% pada para tentara bayaran sampai pembangunan infrastruktur markas yang ternyata dana sebenarnya sudah turun dari pemerintah pusat Planet Bellato beberapa tahun yang lalu.
Bertepatan dengan kunjungan petinggi Royal Blood, kakek dan dua orang temannya berusaha memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi pada mereka, dan mengusulkan tuntutan pada pemerintahan Bellato Planet Novus
-dihukumnya mereka dengan undang-undang yang berlaku.
-diasingkan dan disita segala kekayaan mereka.
-diberinya penghormatan bagi seluruh anggota pasukan tentara bayaran, baik yang masih hidup atau yang sudah mati.
-merubah system pemerintahan Bellato di Planet Novus, pemerintahan tertinggi di Planet Novus bukan dipegang oleh anggota legislative yang ditunjuk oleh Royal Blood, namun oleh salah satu petinggi Royal Blood itu sendiri. Menetapkan system Archon yang demokratis dalam pemerintahan dan menghentikan pemerintahan Monarki.
Setelah disampaikannya tuntutan untuk Anggota dewan legislative yang memerintah di Planet Novus, para petinggi Royal Blood-pun meminta waktu untuk mempertimbangkannya, kurang lebih tiga hari.
Namun selama waktu penentuan keputusan oleh petinggi Royal Blood, terjadi perbedaan pendapat dikalangan tentara bayaran,
kelompok satu dipimpin oleh kakek ; Yosuro Hardji, disebut kelompok Revolusi, mereka tetap loyal pada petinggi Royal Blood, mereka mengusulkan perubahan system pemerintahan dan menjadi bangsa di Planet Novus yang Indipenden. Proses yang dilakukan tanpa pertumpahan darah namun pihak pasukan bayaran masih diuntungkan. Di dukung oleh tiga dari tujuh anggota The Patriot lainnya.
Kelompok dua disebut sebagai Kelompok Pecahan, dipimpin oleh Rust Hawbin. Dia adalah salah satu The Patriot yang pergi menemui Royal Blood bersama Yosuro Hardji, Kelompok Pecahan ini menginginkan menjadi bangsa yang merdeka tanpa campur tangan Royal Blood dari pemerintahan pusat di Planet Bellato, dengan kekuatan dan informasi vital yang berhasil kelompok underground peroleh sebelumnya, mereka yakin mampu menandingi kekuatan besar bangsa Accretia dan bangsa Cora. Ada dua The Patriot lainnya yang mendukungnya.
Kelompok tiga disebut kelompok kebebasan, dipimpin oleh salah satu The Patriot; Amdac Frosthiil, awalnya mereka mendukung kelompok Revolusi namun setelah kelompok pecahan memisahkan diri dari pemerintaan Bellato tak berapa lama kemudian mereka juga ikut memisahkan diri, namun dengan ideologi yang berbeda. Tidak diketahui alasan pasti mengapa mereka memilih memisahkan diri.
Setelah terjadi perdebatan diantara kelompok satu dan dua, akhirnya kelompok dua menyatakan keluar dari kelompok underground dan mengancam akan tetap membuat bangsa yang indipenden menurut mereka.
Keesokan harinya, menjelang detik-detik keputusan Royal Blood, kelompok pecahan datang memberontak, mereka tidak menerima keputusan yang menurut mereka hanya menjadi pesuruh pihak Royal Blood. Pertempuranpun tak terelakkan, pasukan kerajaan dan kelompok revolusi melawan kelompok pecahan, perlawanan berlangsung sengit, kelompok pecahan mampu menembus blockade sampai menyerang pihak Royal Blood namun saat Rust Hawbin hendak membunuh putra mahkota, kakek melindunginya dengan punggungnya, ia rela menerima serangan mematikan itu.
Tak berapa lama kemudian, kelompok pecahan berhasil didorong mundur kebelakang hingga sector solus, sampai disana merekapun melarikan diri.
Setelah pemberontakan, pihak Royal Blood memenuhi semua tuntutan dan menyatakan merubah system yang semula Monarki menjadi Union (kesatuan), dan atas keberanian dan pengorbanan kakek, ia ditunjuk sebagai ketua pasukan elit Bellato Union dan dijuluki sebagai The Legend Berserker”
“Owh begitu ceritanya Kak, tapi apa yang diwariskan kakek pada kita?”
“ya seharusnya kau dapat mewarisi tekadnya, dia rela begitu demi bangsa Bellato juga kan, supaya tetap bersatu, kalau dia tidak melakukan itu kita tidak mungkin berkumpul disini”
Nampaknya bukan hanya aku saja yang menyimak cerita Kak Ulfa, tapi teman-teman ku juga, sampai-sampai kelompok lain yang semula kocar kacir dimarahi pak kumis kembali lagi dan mendengarkan ceritanya. Setelah Kak Ulfa bercerita mereka tampak asik membicarakan tentang keluarganya masing-masing, namun apa yang kulihat pada wajah yang lainnya berbeda saat meihat ekspresi muka Lake,
“Lake! Kau baik-baik saja? Muka mu tampak murung”
“Ah! Dzofi, aku baik-baik saja kok” jawab Lake dengan nada semangatnya, tapi cahaya dimata ungunya tak bisa membohongiku, yah mungkin ada sesuatu dengan keluarganya, namun Kupikir aku tak layak mengetahui masalah pribadi seseorang seenaknya.
“Umm.. bangaimana…”
Belum selesai aku berbicara, tiba-tiba Elka yang berada disampingnya memotong pembicaraanku
“Ayo jangan lama-lama, kita masih punya satu latihan lagi untuk diselesaikan”
“Oh iya, masih ada semi real simulator duel”
Biar kujelaskan, Semi Real Simulator Duel adalah latihan dimana dua tim atau lebih saling bertarung layaknya perang sungguhan, namun yang membedakan adalah dampak yang diterima oleh pemain hanya mainimal, ya masih berdampak yang jelas. Pemberian dampak serangan dimaksudkan agar kita tak menganggap enteng nyawa kita sendiri, contoh ; saat kita tertembak dibahu, maka salama pertandingan kita akan merasakan dampak serangan seperti tembakan dibahu, juga setelahnya. Walau berdampak namun tetap tidak menyebabkan kematian, seenggaknya sampai sekarang belum ada hehehe…
Kami berenampun bersiap, kelompok dibagi menjadi dua ; kelompok satu yang beranggotakan Lake, Elka dan Alecto, dan kelompok dua yang beranggotakan Aku, Kak Ulfa dan Sabila.
Kamipun memasuki ruangan duel, disana ada seseorang yang bertugas menjadi juri sekaligus operator.
“Silahkan pilih senjata kalian masing-masing”
“Baik”
Lake : Panah
Elka : Senjata api
Alecto : Senjata api
Baydzofi : Senjata api
Ulfa : Senjata api
Sabila : Senjata api
“Waw, Elka bukannya kau suka menggunakan panah?” tanyaku heran
“Tidak, aku mahir keduanya kok”
“Elka ini lulusan terbaik diakademi renger kami, dia mampu menggunakan senjata tipe panah dan juga sejata api” timpal Lake
“Sepertinya kami harus berhati-hati nih hehehe”
…
“Para peserta diwajibkan berkumpul di posisi masing-masing, Semi Real Simulator Duel akan segera dimulai dalam 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, Mulaii”
“Begini,kita haru tetap bersama, jangan berpencar namun tetap perhatikan sekitar, karena hanya ada dua kemungkinan, mereka berjalan bersama seperti kita untuk menyerang atau mereka bersama menemukan spot untuk bertahan” ucap Kak Ulfa memberi komando pada kami
“Baik kak”
“Kalau begitu aku akan berdiri didepan untuk memimpin barisan, kau Dzofi berada dibelakangku, periksa titik-titik yang menurutmu rawan sergapan dan kau Sabila, berada di belakang dengan senjata Snipermu”
“Roger”
“Baik, ayo jalan”
.
.
Duh, posisi ku sekarang sungguh sangat ‘rawan’, yah berada ditengah-tengah perempuan kalau gak ekstra fokus bisa salah tabrak.
“berhenti!” ucapnya mendadak namun dengan nada berbisik
Karena Kak Ulfa menunduk tiba-tiba, aku yang ada dibelakangnyapun tidak sengaja menabrak ‘bagian belakang’nya
Dhug!
“Dzofi.. kau..” ucapnya marah namun masih dengan nada berbisik
“ma.. maaf kak gak sengaja, lagian Kakak bilangnya mendadak sih, aku kan lagi melihat sekitar”
“makanya lebih fokus kedepan”
“bagaimana mau fokus kedepan yang ada salah foku…”
Bhug..
“Ughh.. aduh”
belum selesai aku mengucapkan kalimatku, depakkan gagang Shotgun langsung mendarat tepat diperutku
“su.. sudah, jangan diteruskan ucapan mu itu” ucap Kak Ulfa sedikit terbata-bata sambil menodongkan moncong Shotgunnya
“kak.. tenanglah, kita kan satu tim, kalo kakak narik tuh pelatuk yang ada aku bisa koma seharian, pliss” ucapku memberi alasan logis sekaligus berharap ampunan dari dewi perang ini
“baiklah, jangan kau ulangi tingkahmu itu, cepat jalan!”
Kamipun melanjutkan perjalanan, nampaknya tim satu sampai sejauh ini masih belum menemukan kami atau mereka sudah menunggu kami disuatu tempat.
“stop.. sutt”
Eiitt, jangan sampe keulang tabrakan tadi, aku langsung mengerem mendadak
Bragg..
Akibat aku berhenti mendadak Sabilapun menabrakku dan terjatuh,
“aww”
“Sab, kau gak papa?”
Ku bungkukkan badanku sekaligus mengulurkan tangan untuk menolong Sabila yang terjatuh, namun…
“hei Dzofi! apa yang sedang kau lakukan? cepat kembali keposisi semula”
Dhag!..
Kak Ulfa langsung menendangku sehingga aku terdorong kedepan
“Waa..” akupun terjatuh sambil memejamkan mataku.
gawat! Aku bisa menimpa badan Sabila, reflex, langsung kugunakan kedua tangan sebagai penopang badanku. Huft~ sepertinya aku berhasil, kubuka perlahan kedua mataku, nampak mukaku dan muka Sabila berhadapan cukup dekat.
Dengan ‘awkward posision’ seperti ini perlahan muka kami memerah..
“umm.. untunglah~ maaf ya Sab, aku gak sengaja, hehe..” cobaku memberi alasan, namun dengan posisi yang masih belum berubah,
“…”
Kulihat mukanya makin memerah, bahkan kedua matanya mulai menampung air mata seperti hendak menangis.
“ehh… Sab, kau gak papa kan? Ada apa Sab?”
Gelagakku mulai panik melihat Sabila ingin menangis, namun tiba-tiba perasaanku mulai gak enak
Eh, entar dulu deh, sepertinya posisiku benar-benar ‘sedikit’ salah,dengan masih diposisi yang belum berubah, aku mencoba merasakan kedua tanganku yang kugunakan sebagai penopang badan. Tangan kanan sepertinya gak ada yang salah, rasanya dingin, keras, ini pasti lantai.
Glek..
Tangan kiri kok beda ya, gak sedingin yang dirasain tangan kanan, malah agak anget, trus teksturnya..
Nyutt.. Nyutt..
Oh goddamit..
“Kyaa…”
Plakk!
[Health Point : 97%]
Pipi kirikupun mendapat dampratan dari Sabila dan meninggalkan bekas merah yang menyala
“Heii.. ada apaan nih dibelakang ribut-ribut…” kak Ulfapun mulai menghampirikami
“Ehh.. gak ada.. eng.. itu.. nganu.. tadi.. kedorong.. jatoh.. gak sengaja..”
Tanpa mempedulikan alasan gagap yang keluar dari mulutku, Kak Ulfapun menoleh kearah Sabila, dilihatnya Sabila dalam posisi duduk dengan mata yang berkaca-kaca ingin menangis sambil kedua tangannya berupaya menutupi dadanya,
“Sab.. Sabila, kau baik-baik saja?”
“… Hiks…”
Tanpa mendengar jawaban Sabila, namun dengan posisi Sabila, sepertinya Kak Ulfa langsung mengerti, dan kini badannya berpaling padaku, perlahan dia berjalan menghampiriku
“Apa yang telah kau perbuat Hah?!”
“A.. Aku gak melakukan apa apa Kak..”
“Jangan Bohong! Kau menodainya kan”
“Menodai? Sumpah Kak itu gak sengaja, itu Cuma gerak refleks”
“Ohh.. gerak reflex ya?” Gletek… Gletekk.. suara pergerakan sendi mulai terdengar dari kedua tangannya seraya langkahnya terus mendekat
“Ehh.. bukan itu maksud ku, itu semula kan salah Kakak”
“Ohh salah Kakak ya?”
“seandainya tadi kakak gak nendangkan gak bakal kejadi…”
Dszuing…
Tembakan meleset yang mengarah kearah kami, menghentikan langkah Kak Ulfa tiba-tiba, fiuh~ selamat selamat, sungguh entah siapa dirimu kau adalah malaikatku saat ini, ucapku penuh syukur yang bisa terbebas dari siksa dewi perang itu..
“Cepat kembali keposisi kalian semula, siapkan senjata dan kemampuan terbaik kalian, kini musuh sudah mengetahui posisi kita” ucap Kak Ulfa memberi komando, tak berapa lama terdengar suara rentetan peluru yang keluar dari moncong pistolnya menembaki tembok tempat kami berlindung
Dat dat dat dat dat dat dat dat dat….
“Dzofi, cepat tembak kearah mereka dengan QBZ-95 mu, buat mereka menghentikan serangannya”
“Roger!”
Duar duar duar duar duar duar…
“Sabila, langsung bidik mereka dengan scope mu, tembak mereka bila kau melihatnya”
“Baik Kak”
Baku tembakpun terus berlangsung
Duar duar duar duar…
Dat dat dat dat dad…
“Target terlihat Kak, nampaknya dari tadi yang melakukan serangan adalah Alecto, namun aku belum bisa menembaknya”
“Bagus, terus awasi dia sampai kau punya kesempatan untuk menembaknya”
Duar duar duar.. dat dat dat dat…
“Aghh..”
“Dzofi! kau tidak apa apa?”
Ngiiing.. suara dengungan terus memenuhi kepalaku, namun kucoba untuk menjawab pertanyaan Kak Ulfa agar dia tidak panik
“Auu, ya kak, baik-baik saja Kak” nampaknya tembakan Alecto berhasil mengenai telinga dan bahu
kiri ku
“Sial! Awas kau! Sabila, aku akan berusaha menghancurkan tembok tempat mereka bersembunyi, kau siap-siap ya”
Kak Ulfa pun memajukan langkahnya dan mengokang Shotgunnya lalu menembak tembok tempat Alecto bersembunyi
Ceklek.. Druar.. Ceklek Druar… Ceklek Druar..
Brukkk.. tembok itupun runtuh
“Aha.. disitu kau rupanya”
Sepertinya Kak Ulfa berhasil menemukan Alecto,
Druar…
Lalu tiba-tiba terdengar suara Kak Ulfa
“Sabila, tembai dia! Dia berusaha melarikan diri!”
. . .
Jeduar…
Bidikkan Sabila tepat mengenai Alecto, kemudian terdengar suara operator
“[Health Point Alecto 0%, Alecto keluar]”
Ckck… Alecto yang malang, biar bagaimanapun dia adalah ‘malaikat’ yang tadi menyelamatkan ku dari penghakiman Kak Ulfa, semoga kebaikan menyertaimu… Aamiin…
Belum kami merayakan keberhasilan kami setelah menumbangkan satu lawan, saat kulihat Kak Ulfa, ternyata dia tengah berduel dengan seseorang yang menggunakan panah,
Wush.. wush.. wus..
Zlebb.. Zlebb..
Nampaknya orang itu berhasil melukai Kak Ulfa dengan panahnya. Lake? Mungkinkah dia Lake?
Kak Ulfa tidak hanya tinggal diam, ia langsung membalas serangannya
Ceklek.. Druar.. Ceklek.. Druar..
Dari serangan yang dia keluarkan, nampaknya orang itu berhasil menghindarinya. EHH! Ada yang salah dengan perkiraan ku, rambut orang itu, rambutnya berwarna coklat bukan berwarna kelabu, itu pasti Elka, dia menukar senjatanya agar kami yang mengawasi dari jauh mengira dia adalah Lake, jadi Lake pasti berada…
Sabilaaa.. awas!
Dar dar dar…
“Ughh..” “Sabila, Kau baik-baik saja kan?”
…
“Dzofi.. kenapa kau melakukan ini? Jangan gunakan tubuhmu untuk selalu melindungiku Dzofi”
“Ugg.. gak mengapa Sab, akukan laki.. laki”
Huh.. dampak dari serangan langsung Lake berasa banget, dada, perut dan paha berasa ketembak beneran, walaupun ini semi real simulator duel, tapi disini badan gue keluar darah layaknya bener-bener ketembak
Uhukk..
Cihh.. bahkan sampe batuk darah
[Health Point : 27%]
Ceklek..
“Serangan bagus Lake, menukar senjata, gak kepikiran sama gue, gue juga gak tau kalo lu bisa pake pistol atau itu sekedar dipaksakan agar kalian bisa mengecoh kami” ucapku padanya yang sedang berlindung dibalik tembok
Duar duar duar…
“Keluar Lake! Jangan beraninya sama perempuan”
Ting!
Health Point menujukkan angka 26%, ckck.. bahkan gue jalan aja HP juga ikut berkurang dalam kondisi begini, bener-bener hampir skak mat..
Dar.. dar.. dar..
Bagus, Lake kini sudah keluar, akupun langsung berlari maju kedepan sambil menembakkan peluru kearahnya seraya menghindar dari serangannya
Duar duar duar..
Dar dar dar..
Heh.. seperti yang kuduga, ia tak begitu mahir dengan senjata api, aku dapat menghindari semua serangannya
Duskk..
Aghh.. satu tembakan mengenai tanganku, tidak bisa dibiarkan..
Duar duar duar… betss..
Bagus seranganku mengenai kakinya
Duar.. ceklek.. cek.. cek..
Sial pelurunya habis, oh sial dia kini menembak kearahku
Dar.. dar.. dar..
Kalau begini rencanaku bisa gagal, kulemparkan QBZ-95 ku padanya agar bisa berlari lebih cepat
Bletakk.. nampaknya sambitanku mengenai kepalanya
“Auu.. apa-apaan itu? Kau sudah menyerah”
16%… 15%… 14%…
“Matilah dengan tenang Dzofi”
Dar.. bettss…
7%…
Sial! Disisa nyawaku yang terakhir, akupun langsung melompat kearah Lake, langsung ku kunci dia dengan menggunakan tubuhku
“Heii! Apa yang kau lakukan!”
“hehe.. ayo kita mati bersama-sama Lake..”
“Heh.. kau pasti bercanda! Lepaskan aku! Lepaskan!”
Dia terus berontak, 6%.. 5%..
“Sabila cepat tembak!…”
“Tapi Dzofi, aku gak bisa, nanti kau…”
“TEMBAK SEKARANG!..”
4%…
Jedger…
.
Jedger…
0% . . .
CHAPTER 3 END.
Next Chapter > Read Chapter 4:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-4/
Previous Chapter > Read Chapter 2:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-2/
List of Journey For Identity Chapter:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-list

