JOURNEY FOR IDENTITY CHAPTER 4 – TRULY FRIEND

Journey For Identity
Penulis: Bid’ah Slayer


“[Tett.. Health Point Baydzofi 0%, Baydzofi Keluar]”

“[Health Point Lake 0%, Lake keluar]”

.

Uughh…. Sepertinya aku sudah berada diluar arena, kini badan ku terlentang diatas kasur putih nan empuk setelah pertarungan hebat tadi, kucoba melihat sekitar, rupanya di ruangan ini hanya ada aku seorang.

Akupun bergegas keluar,

“Ughh.. rupanya dampak tembakan tadi bener-bener masih berasa” rasa nyeri didada, kaki dan area yang tertembak belum hilang juga, namun aku tetap memaksakan diri untuk bisa bertemu dengan yang lainnya, masa bodoh dengan nyeri-nyeri ‘lucu’ ini.

Tap.. tap.. tap..

Tak begitu jauh aku berjalan dari ranjang tadi, sudah bisa kulihat dua sosok laki-laki sedang asik ngobrol, salah satu dari merekapun memanggil namaku.

“Hei Dzofi, cepat sini”

“Oh ya, tunggu sebentar”

Tap.. tap.. tap..

“Ada apa Al?”

“Wah tadi serangan lu hebat banget, gue sampai kualahan ngadepinnya”

“Ya, tapi lu masih bisa melukai gue lebih dulu, hampir aja Head Shot, mumpung Cuma kena telinga sama bahu hehehe, lah itu ngapa pake bawa-bawa kompres?”

“Ini buat kepala, tadi waktu gue ngumpet di tembok dan pas tembok runtuh tiba-tiba Kak Ulfa dateng dan langsung nembak kaki gue, dengan terpincang-pincang gue kabur dan DORR, gue di Last Hit sama Sabila kena kepala, pusingnya masih berasa coy”

“Oh begitu, Oh iya, gue makasih banget ye sama lu, kalo gak ada lu gue mungkin udah mati duluan sama Kak Ulfa”

“Emang kenapa?”

“Dah ah, aib itu hahaha” “Eh, dah berapa lama tadi gue tiduran disitu?”

“Yah, sekitar lima menit doang, cepet kok, gue aja Cuma tiga menitan dah bangun” jawab Lake

“Tapi tadi suer deh, taktik lu bagus banget Dzofi, gue gak kepikiran lu bakal ngelakuin itu” ucap Lake memujiku, haha nampaknya rencana Tumbalisme ku berhasil dan membuat mereka terkesan.

“Teknik kalian juga bagus, gue pikir lu ngadepin Kak Ulfa dan si Elka yang nyamperin kita. Kalo itu bener dilakukan peluang kalian menang kecil, soalnya sehebatnya Elka kalo kalah jumlah kemungkinan menang tipis dan kalo Lake yang ngadepin Kak Ulfa udah bisa ditebak. Namun kalau sebaliknya, walau Lake tetap bisa dikatakan kalah menghadapi dua orang, namun pertarungan antar Kak Ulfa dan Elka bisa dibilang sengit, begitu menurut perkiraaan gue”

“Yap, lu bener, makanya itu kita nuker senjata tadi, biar kalian terkecoh sedikit”

“Terus gimana Kak Ulfa sama Elka? Mereka dimana?”

“Tuh” ucap Lake sambil menunjuk dua orang yang sedang bersembunyi di tembok mereka masing-masing yang letaknya agak berjauhan dilayar monitor.

“Ahh.. dimana Sabila? Oh itu dia” dia sedang berjalan kearah Kak Ulfa yang jaraknya lumayan jauh.

.

Pertarungan antara Kak Ulfa dan Elka-pun kembali dimulai, masing-masing dari mereka setelah mengisi amunisi kembali meluncurkan serangannya, diawali dari Kak Ulfa,

Druar.. ceklek.. druar.. ceklek.. druar

Tembakan dari senjata Shotgun-nya yang bersifat area bisa dihindari oleh Elka, Elka-pun membalas serangannya..

Whuss.. whuss.. whuss..

Lagi-lagi lawannya ; Kak Ulfa, dapat menghindari serangannya juga.

.

“Yah.. kalo begini sampe kiamat juga gak ada yang kalah” keluhku melihat mereka begitu lihai dalam pertempuran

“Enggak kok, tadi si Elka dah kena serangannya Kak Ulfa, dan dampaknya cukup besar juga. Dan sebelumnya kan Kak Ulfa dah kena serangannya Elka lebih dulu” jelas Lake

Serangan terus berlanjut, dari jarak yang semula jauh perlahan agak mendekat,

Ceklek.. Druar.. ceklek Druar.. ceklek druar..

Ditengah kami sedang konsen menyaksikan pertempuran, tiba-tiba saja Alecto mengucapkan perkataan dari sisi yang ‘berbeda’

“Ehh.. liat deh, Kak Ulfa keliatan sexy ya”

Brushhh…

“Njiirr.. ape maksud lu coeg?” Tanyaku kaget dan sedikit sewot

“Liat aja, dia make shotgun gitu ngokang ngokang terus, seakan jago…”

“Jago..?” ucapku masih bingung

Lalu Alecto menjawab dengan gerakan tangan, tangannya dibuat seakan menggenggam sesuatu, lalu tangannyapun digerakkan naik turun..

Bruusshhh…

I.. itu mustahill, itu mah pikirannya aja yang…

Ucapku mengelak dalam hati dan aku pun melihat kearah Kak Ulfa…

Ceklek.. Druarr.. Ceklekk… Druarr

dan otomatis aku pun mem-visualisasi-kan bahasa isyarat Alecto

Wasuu… buang, buang, buang…

*Toeng!~

“Dasar otak mesum, Kakak gue mana kepikiran sampe sono, lu aje yang piktor ; pikiran kotor” ucap ku sambil nempeleng kepalanya.

“Hehe.. kan tiap orang punya penafsiran beda beda bro, santai”

“Ya gak kesono juga kali mikirnya, itu sih lu-nya aje”

Ditengah seru-serunya kami menyaksikan pertempuran, tiba-tiba terdengar suara yang sepertinya berasal dari operator

“[PERHATIAN, pertarungan akan dihentikan sementara selama 3 menit, kami para juri telah berkumpul untuk membahas pristiwa yang terjadi di arena sebelumnya, para peserta yang berada didalam arena dilarang saling menembak selama 3 menit kedepan. diharapkan yang bersangkutan untuk mendatangi ruang operator]”

“Yang bersangkutan? Kira-kira siapa ya?” ucap ku penasaran penuh kepolosan, lalu tiba-tiba terdengar balasan

“[Hei.. Baydzofi Hardji! Sini, Silahkan ke ruang dewan juri sekarang. Oh ya, selama waktu penundaan, Sabila yang sedang dalam arena akan berada dalam status Freeze dan akan terus berlanjut hingga para juri beserta yang bersangkutan dapat menyelesaikan masalah pada peristiwa sebelumnya, jadi lewat dari 3 menit, Sabila sudah tidak kebal pada serangan dan ia tetap dalam status Freeze. Jadi cepatlah! Terimakasih…-]”

Set dah, sensitive amat OP-nya. Gerutuku dalam hati,

namun tiba-tiba saat aku melihat kearah Sabila di arena, betapa terkejutnya aku, ada beberapa benda panjang berwarna biru muncul dari arah tanah tempat dia berdiri, benda itu menjulur ketubuhnya, merayap diatas badannya dengan cepat dan langsung mengikat pergerakan Sabila, ada beberapa yang belilit betis dan kakinya, melilit tangannya, sehingga dia tidak bisa bergerak.

Mu.. mungkinkah ini yang dinamakan status Freeze? Siall! Gue harus pertindak cepat! Gue gak bisa liat Sabila dengan posisi seperti itu.

akupun berlari secepatnya kearah ruang Operator

Drap drap drap..

Letak ruang dewan juri bisa dibilang agak lumayan dari tempatku menyaksikan mereka yang masih di dalem arena, sesampainya di sana, aku langsung membuka pintu…

SRAKK…

*Hah..Hah..Hah…

“ADA YANG BISA SAYA BANTU?” ucap ku demikian kerasnya dengan nafas yang terengah-engah dihadapan para orang-orang yang lebih tua dari ku, sontak mereka semua kaget dan keheranan liat tingkah ku yang baru dateng

“Silahkan duduk”

“Jadi begini tuan Hardji, mengenai apa yang kau lakukan di arena, kami rasa kami tidak bisa membenarkan kelakuan mu itu, mengorbankan diri mu dengan menyuruh rekanmu menembak rekan satu tim, kami fikir ini menyalahi aturan” ucap orang tua berkumis putih yang duduk ditengah antara orang tua lainnya

“Tapi saya tidak keberatan atas itu…”

“Tidak keberatan?! Jangan kamu fikir ini hanya ‘permainan’ maka kau melakukan hal seenaknya Tuan Hardji, ini adalah Semi Real Simulator Duel! Data dari pertarungan para peserta akan diproses dan dievaluasi dan akan dijadikan metode pertarungan prajurit di Planet Novus kedepannya, sebab itulah kami berada disini” dengan nada tinggi orang tua itu mengucapkannya, lalu ia-pun melanjutkan

“Konsekuensi dari tindakanmu adalah, kau dan rekanmu yang melakukan penembakan padamu akan didiskuelifikasi, dan kalian ; Tuan Hardji dan Nyonya Rosseblood, akan masuk dalam daftar ‘prajurit yang perlu ditinjau kembali’ dan kalian akan diperlakukan ‘special’ setibanya di Planet Novus nanti”

“Daftar prajurit yang perlu ditinjau kembali? Apa maksud Anda Pak?”

“Oh.. cerobohnya aku, maaf telah menggunakan istilah yang rumit, mungkin kau bisa mengerti bila aku mengucapkannya dengan Black List”

“Be… Black List?!”

Ughh.. siall, kalau memang seandainya gue malakukan sesuatu yang salah, seharusnya cukup gue yang dapet batunya, Sabila sama sekali gak bersalah, dia gak boleh masuk Black List gara-gara gue.

“Tu.. tunggu dulu, Sabila sama sekali gak bersalah, dia melakukan itu karena perintahku yang memaksanya, kau gak bisa memasukkan dia dalam daftar Black List”

“Sayang sekali Tuan Hardji, namun keputusan kami su…”

SRAKK..

Ditengah-tengah perdebatanku dengan para dewan juri, tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang terbuka dengan keras

“TUNGGU… kau tak bisa melakukan seenaknya!”

“Siapa kau? Lancang sekali masuk tanpa izin ke dalam ruangan ini?” ucap juri yang lainnya

“Lake? Apa yang kau lakukan disini?” ucap ku heran campur terkejut mengetahui dia masuk secara tiba-tiba

“Saya adalah peserta yang menjadi korban dari taktiknya, jadi secara teknis saya adalah orang yang bersangkutan yang dapat hadir dalam ruangan ini, dan anda tidak bisa mengambil sumber informasi dari satu pihak”

“Beraninya kau!..” ucap pria berambut coklat itu geram,

“Rolf, hentikan, biarkan dia bicara. Maafkan atas ketidaksopanan rekanku Tuan…?” ucap orang tua berkumis putih itu menenangkan suasana dan menanyakan nama keluarga Lake sebagai panggilan

“Gr… um.. Lake! Panggil aku Lake saja”

“Ohh.. Baiklah Lake, jadi kesaksian apa yang bisa kau berikan?”

“Jadi apa yang Baydzofi ucapkan ini benar apa adanya, dialah yang memerintahkan Sabila untuk menembak dirinya supaya bisa mengalahkan ku. dan menurutku, Dzofi dan Sabila sama sekali tidak perlu dihukum apalagi sampai dimasukkan dalam daftar Black List, karena taktinya begitu cemerlang dan brilliant, taktik yang tidak akan terpikirkan oleh prajurit yang berada dalam medan pertempuran. Kurasa dia pantas mendapatkan yang sebaliknya, yaitu apresiasi bukan hukuman” ucap Lake dengan penuh yakin dalam menyampaikan pembelaannya.

“Hemm..” ucap pria tua itu seperti memikirkan sesuatu,

Tak berapa lama kemudian, dia mengangkatkan kedua jarinya yang dirapatkan dan menggerakannya, yang sepertinya mengisyaratkan agar ia ditinggal sendirian. benar saja, Kedua rekannya pun mengangguk dan berkata “Baiklah ketua”, merekapun pergi.

Suasana sempat hening selama beberapa saat sampai orang tua berkumis putih itu berbicara pada kami

“Kau tahu mengapa kami para dewan juri begitu kritis dalam menilai tiap hasil latihan para perajurit disini?”

“karena hasil pertarungan para peserta akan diproses dan dievaluasi dan akan dijadikan metode pertarungan prajurit di Planet Novus kedepannya” jawab ku menggunakan penjelasannya tadi

“selain itu, karena dewan juri, khususnya saya tidak bisa membiarkan prajurit prajurit muda berlatih menggunakan metode yang dapat membahayakan jiwa mereka, terlebih bila itu dilakukan secara terpaksa” ucapnya dengan nada berbeda, bila tadi saat berbicara dengan gue secara tegas namun kini ia berbicara dengan lebih tenang seakan ada sesuatu yang berat untuk disampaikan

“Memangnya kenapa bila metode yang Dzofi buat diimplementasikan dalam metode pertempuran?” Tanya Lake. lalu pria tua itu menjawab dengan nada yang sedikit naik

“Apa kau tidak tahu? bila pemerintah menetapkan metode Keras ini, dikhawatirkan akan muncul pemberontakan seperti yang lalu”

“Pemberontakan? Apakah pemberontakan juga ada kaitannya dengan metode peperangan?”

“Ya, selain pemerintaan yang korup, tekanan yang berlebihan pada prajurit juga dapat menimbulkan potensi pemberontakan, bahkan jika pemerintahan korup perlu waktu yang agak lama untuk terbongkar sebelum terjadinya pemberontakan, metode keras yang menekan prajurit jauh lebih cepat dan lebih berbahaya, karena baik prajurit yang senior maupun para kadet merasakan tekanan yang sama kerasnya sehingga jauh menimbulkan kekuatan massa yang lebih besar.

Seperti yang kalian ketahui, Pada waktu sebelum revolusi, tentara Bellato adalah pasukan bayaran, suatu waktu timbul kebijakan yang memaksa mereka untuk berpihak pada bangsa Accretia dan Cora sekaligus, mau tak mau saat dimedan perang mereka harus saling menghabisi sesama bangsa yang berada dipihak lawan mereka demi menyelesaikan misi, inilah salah satu alasan kuat timbulnya pemberontakan selain dari pemerintahan yang korup pada masanya.

Maka dari itulah, orang-orang yang mempunyai potensi menimbulkan pemberontakan akan kami masukkan dalam black list “

Sejenak aku teringat kalau aku dan Sabila akan masuk black list, tampaknya kesaksian yang diberikan Lake gak menggeser nasibku dan Sabila menjadi lebih baik. akupun memalingkan mukaku ke Lake,

Sambil tersenyum, ku tepuk pundak kanannya dan berkata “Makasih Lake, setidaknya lu dah ncoba, toh Gue juga bakal masuk Black list”

Nampaknya perkataanku gak digubris sama dia, nampak dengan kepala yg tertunduk, raut mukanya masih kesal, tak ku sangka, baru hitungan jam kita bertemu tapi entah mengapa sangat sulit bagi Lake untuk melihat ku dalam kesusahan seorang diri, seakan aku sudah dikenalnya sebagai teman sejak lama. aku salut baget sama sikapnya ini.

Orang tua itu kembali berbicara pada ku dan Lake

“Apa kalian tahu? Setibanya kalian di Planet Novus, kalian akan dihidangkan peperangan, jangan harap bangsa lain akan membiarkan orang yang kalian sayangi hidup saat mereka mampu membunuhnya, meskipun kalian memohon dan bersujud untuk menukarkan nyawamu demi orang yang kau kasihi!…

kehilangan mereka ditangan bangsa lain sudah cukup menyakitkan, apalagi bila kau harus mengakhiri hidup orang yang kau cintai dengan tanganmu sendiri!”

Setelah ucapan itu, suasana kembali hening, tampak ucapan yang orang tua itu katakan adalah sesuatu yang berat, sesuatu yang mestinya tidak diucapkan pada kami yang belum resmi menjadi prajurit novus, matanyapun nampak berkaca-kaca saat mengucapkannya.

“Maafkan perkataanku tadi, namun bila cara bertarungmu dewan juri konfirmasi dan dikirimkan ke pihak Royal Blood dan Archon yang sekarang menjabat untuk dijadikan sebagai bahan metode berperang prajurit Bellato, maka bayangkan, banyak dari mereka yang sekarang sudah tertekan dengan adanya perang ini, masih harus ditambah lagi prosedur untuk membunuh temannya demi kemenangan. Satu-satunya hal yang membuat prajurit di Planet Novus bertahan sampai saat ini adalah kebersamaan! Dimana kehangatan, serasa dirumah dan cinta hanya kalian dapatkan saat kalian bersama dengan mereka yang kalian sayangi nak.”

Akupun melamun sejenak..

Entah merasa diberi ceramah atau nasihat, namun kata-kata yang ia ucapkan adalah benar, mungkin aku bisa saja melakukan teknik tumbalisme, tapi gimana dengan mereka? Mereka yang mempunyai seseorang yang dicintai, mereka yang mempunyai orang-orang yang menunggu kembalinya mereka dari Planet Novus?…

Sepatah pertanyaanpun membuyarkan lamunanku..

“Sekarang ku Tanya, apakah kau benar-benar siap mengorbankan dirimu demi teman-temanmu dengan cara yang telah kau lakukan di arena setibanya di Planet Novus?”

Aku pikirkan kembali, niat awalku melakukan itu adalah untuk menolong Sabila, menolong orang-orang yang berharga bagiku. Akupun membulatkan tekad! mereka yang berharga harus ku lindungi meskipun dengan nyawaku sebagai taruhannya. Aku tak keberatan bila teknik tumbalisme hanya aku seorang yang melakukannya.

“Oke, saya siap melakukannya! Sesuatu yang berharga membutuhkan pengorbanan, dan saya akan mengorbankan apapun demi orang-orang yang berharga! Meskipun nyawa sebagai jaminannya”

Gak butuh waktu lama, seakan tau jawabanku, orang tua itu langsung membalas,

“Tapi bagaimana dengan orang-orang yang kau tinggalkan? Bukankah untuk melakukan teknik mu itu kau tidak bisa melakukannya seorang sendiri?

Mungkin kau bisa mati dengan tenang saat temanmu menembakmu. namun mereka tidak akan bisa melanjutkan sisa hidup mereka dengan tenang sambil membawa rasa penyesalan dan bersalah seperti itu nak. mungkin kau lupa, bahwa dalam dongeng selalu dikatakan -mereka hidup bahagia bersama selamanya- itulah yang orangtua kita sampaikan tiap malam untuk keesokan harinya kita meraih hidup bahagia bersama, bukan sendiri”

Jleb!

Tanpa ku sadari aku sudah menjadi seorang yang teramat egois, niat awal ingin berkorban demi melindungi teman-teman namun secara tidak langsung aku justru mendorong mereka untuk menjalani sisa hidup dengan rasa bersalah yang menyedihkan,yang mana mereka tak akan bisa memaafkan diri mereka sendiri untuk selamanya.

Kembali, suasana menjadi hening, kulihat orang tua berkumis putih itu melihat kearah yang sepertinya bingkai foto yang berada di atas mejanya. Tanpa bermaksud mengganggu, aku mencoba memecahkan keheningan yang menyelimuti kami bertiga di ruangan ini.

“Jadi bagaimana pak? Apakah saya akan tetap masuk dalam daftar Black list”

“…”

“Misalkan kesaksian dari Lake tidak membuahkan hasil apapun saya mohon teramat sangat Sabila tidak dikaitkan dalam persoalan ini, jadikan masalah ini 100% murni kesalahan saya pak”

“…”

Tak ada jawaban yang keluar dari mulutnya, sepertinya memang nasib tidak akan berubah walau bergeser satu sentipun.

“Baiklah” akupun berdiri dari kursi yang ku duduki

“Ayo Lake, sepertinya urusan kita cukup sampai disini”

Aku berjalan kearah pintu keluar diikuti oleh Lake, namun ditengah kami berjalan, orang tua berkumis putih yang masih belum kutahu namanya itu berbicara

“Entah mengapa dia sama sepertimu”

Sontak aku dan Lake menghentikan langkah masing-masing, saat ku lihat dia, rupanya dia berbicara tanpa melepaskan pandangannya dari apa yang sedang ia genggam,

“Tekad yang sama, mungkin ia memiliki tujuan yang sama, namun apakah dia akan menempuh jalan yang sama seperti mu?”

“Umm.. kek, apa anda baik-baik aja?”

Ucap ku menanyakan keadaannya memastikan dia tidak.. kau taukan? Bicara sendiri.

“Tidak apa-apa, aku tidak gila, hanya saja tingkah dan tekadmu sama seperti seorang yang aku kenal”

Ohh syukurlah, jawab ku lega dalam hati

“Ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu, pertanyaannya adalah ; bagaimana cara agar perang ini berakhir?”

Hemm.. pertanyaan yang sulit mengingat perang yang terjadi di Planet Novus sudah berlangsung lama oleh ketiga bangsa yang tinggal diatasnya, namun entah mengapa ada jawaban yang melintas begitu saja dikepala ku saat mendengar pertanyaan itu, yah daripada repot-repot, aku sampaikan saja apa yang pertama kali muncul,

“Bersatu”

“Hemm.. -Bersatu- ya… baiklah, kau boleh menjawab bagaimana caranya bersatu saat kau benar-benar mengetahuinya, sekarang kalian boleh pergi” ucapnya sambil tetap melihat bingkai foto yang ia pegang.

Kamipun melanjutkan langkah kami keluar dari ruangan juri itu.

.

.

*Ruang Dewan Juri*

Benar-benar jawaban mu, bila orang lain berfikir mungkin mereka akan menjawab -harus menjadi yang terkuat- atau semacamnya, namun jawabannya sama sepertimu, kuharap ia dapat menempuh jalan yang lebih baik

Cklek..

“Ketua Zappeto, jadi bagaimana penilaian pertarungan yang sedang berlangsung” ucap pria berambut coklat

“Batalkan, batalkan pertarungan mereka”

“Tapi, bagaimana dengan penilaian yang harus diinput?”

“Tidak usah, seperti penilaian ku sebelumnya, data dari pertarungan itu tidak valid, tidak realistis, maka tidak layak dimasukkan untuk diproses sebagai metode berperang”

“Baiklah, lalu bagaimana dengan anak yang bernama Baydzofi Hardji dan Sabila Rosseblood? Apakah mereka jadi dimasukkan dalam Black List?”

“Setelah ku introgasi tadi, rupanya dia melakukan dengan tidak sengaja, dia hanya berfikir kalau ini hanya permainan biasa, jadi apa yang dia lakukan adalah kecerobohan semata, dan teman yang menembak dirinya juga perempuan yang lugu, hanya menuruti apa yang ia perintahkan. Lagi pula aku mengenal anak laki-laki ceroboh itu, ia adalah cucu temanku”

“Baiklah Ketua, pertarungan selanjutnya akan dimulai satu jam lagi, saya undur diri”

“baiklah”

Amdec, Yosuro sebenarnya apa yang telah kalian rencanakan? Kalian selalu satu langkah didepanku, Kuharap suatu saat anak itu dapat memberiku jawaban

Ucap pria tua itu dalam hati sambil melihat foto dalam bingkai yang terpapang dimeja kerjanya

.

.

*Koridor*

HATCHU…

Tiba-tiba saja aku bersin, sepertinya kondisi badanku agak kurang baik

“Dzofi, maaf ya, Gue gak bisa nolong lu”

“Gak papa kok, toh lagi pula gue kalo gak ditolong juga tetep masuk Black List, malah gue seneng, padahal kita baru ketemu tapi lu rela mbantuin gue yang sedang dapet masalah sendirian, gue suka sikap lo”

Tiba-tiba Lake langsung jaga jarak

“Ehh! Nyuk, gue bilang suka sikap lo, bukan suka sama lo,emang gue maho” ucap ku sambil narik kerah lehernya

“EKKH! Lepasin, hah.. hah.., iya iya, gue salah denger berarti, maap maap”

“Tapi kenapa lu begitu cepet banget akrab sama orang yang baru dikenal? Bisa bisa dengan sikap yang Hyper Akrab lu itu, lu mungkin aja bisa akrab sama bangsa kaleng dan penyihir jangkung hahaha”

“Eh, masa sih gue Hyper Akrab, gue biasa aja tuh”

“Yah, mungkin aura lu atau fikiran bawah sadar lu kali yang mendorong orang atau diri lu biar cepet akrab dengan yang laen”

“Umm.. mungkin satu-satunya alasan, karena biasanya orang yang kenal gue langsung jauhin gue karena ‘sesuatu hal’ yang secara ‘langsung gak langsung’ berhubungan dengan gue, yang Cuma ngertiin gue ya Elka sama Alecto, makanya gue anggep mereka adalah orang-orang yang berharga”

“… yah, apapun alasan yang orang berikan ke elu untuk ngejauhin elu, gue rasa yang ada dihadapan gue sekarang ini adalah Lake yang gue kenal, gue gak peduli masa lalu lu, yang gue tau elu adalah orang yang baik, siap melindungi orang yang baru lu kenal ini dan agak budeg hehehe.., jadi masa lalu hanyalah milik mereka yang tidak memiliki masa depan, sedangkan kita adalah diri kita sendiri yang akan memiliki masa depan”

“Sepp.. gue setuju sama lo Dzofi, mungkin dari itulah gue bersukur banget kalo ketemu orang dan orang itu gak membenci gue, makanya gue gak mau ngesia-siain mereka, akan gue lakukan mereka layaknya Elka ama Alecto”

“Seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak, itu mungkin semboyan yang pas buat lu Lake” hehe kata-kata bijak itu aku ambil dari pemimpin pasukan elit di Planet Bellato yang aku kagumi

.

Kamipun sampai di tempat sebelumya, saat ku lihat, tampaknya pertarungan sudah selesai, disana Cuma ada Alecto yang sedang duduk duduk gak jelas sambil gerak-gerakin kakinya di ruang tunggu

“Ehh.. Al, ngapain lu kaya orang bego disitu?” Tanya Lake

“Anjrit, lama banget loh Kuya! Katanya lu ke kamar mandi” jawab Alecto sewot

“Ohh.. jadi lu kesepian? Ciee ciee kesepian nih ye~..”

Hihihi.. aku hanya bisa ngikik ngelihat kelakuan mereka berdua

“Daripada lu dikamar mandi lama, wah, jangan-jangan lu C*li lu ya.. dasar Mesumers”

“Kagak coeg! Tadi gue sebenernya nyusul Dzofi ke ruang dewan juri “

Dapet penjelasan dari Lake, Alecto menatap Lake dengan tatapan curiga, lalu tatapan itu mengarah padaku, akupun mengangguk

“Iya bener, tadi Lake mbantu kasih kesaksian di sana”

Setelah aku membenarkan apa yang Lake bilang, Alecto-pun menyudahi mode tatapan curiganya

“Tapi kenapa pake kesaksian segala? Dah kaya kasus berat segala”

Huh… pertanyaannya mengingatkan ku kembali akan kenyataan buruk yang belum berubah

“Dah, lu gak bakal nyampe…” jawab ku males

“Ehh kapan mereka selesai?” Tanya Lake mencoba pembicaraan baru

“Selesainya gak lama sebelum kalian dateng kok, sekitar 5 menitan lah, ini gue duduk disini sambil jagain di depan ruangan mereka”

Lake pun beranjak langsung ingin masuk ruang istirahat

“Lake, nanti aja, biarin mereka istirahat dulu” ucap Alecto sambil menahan pundaknya

“Iya, Alecto bener. Jadi gimana jalannya pertempuran mereka selagi gue sama Lake gak ada?”

“Seperti yang dibilang sama OPnya, status perlawanan akan dibuka setelah 3 menit, dan status kebal Sabila akan ilang dalam status Freezenya, setelah 3 menit berlalu perlawanan kembali dimulai, tembak menembak terjadi, pertarungannya memang lumayan sengit sampai akhirnya Elka yang tadinya berada dibelakang tembok buat berlindung sampai terusir dari posisi aman tersebut.

Tadinya gue berfikir kalo Elka bakal kalah mengingat dampak dari serangan yang dia terima lebih banyak daripada Kak Ulfa, tapi semua berubah ketika Negara api menyerang…”

Plak..

“Yang serius lu coeg, kita ndengerinnya dah kusuk nih”

“Hehe, selow selow, Cuma bercanda gue, tadi sampe mana?”

“Negara api menyerang bro” timpal Lake

“Oh iya, Namun aku yakin, hanya sibotaklah yang dapat menyelamatkan duni…”

Plak.. Plak..

“Seriusanlah, sampe dampak yang diterima Elka lebih banyak daripada Kak Ulfa”

“Oh iya, ternyata maksud si Elka merubah poisinya itu buat nyerang Sabila yang dalam status Freezenya itu, namun Kak Ulfa langsung ngeh maksud si Elka, trus si Elka di kejar kemudian di sleding tackle gitu.

BUAK, mereka jatuh berdua, namun dalam kondisi itu Elka lah yang lebih diuntungkan, dia ambil senjatanya, lalu dia serang ke kaki Kak Ulfa. Setelah itu mereka saling todong menodong dengan Shotgun dan panah mereka masing-masing dalam keadaan sama-sama siap untuk menyerang, tinggal klik aja bro. namun tiba-tiba ada pengumuman kalo pertarungan akan langsung dihentikan, dan merekapun diantar keruang istirahat itu”

“Trus gimana?”

“Ya, akhirnya banyak peserta lain yang nonton tadi sempet kecewa juga”

“Bukan, maksud gue keadaan mereka?”

“Mereka baik-baik aja kok, Cuma butuh istirahat soalnya dah banyak nguras tenaga”

“Kalo Sabila? Gimana kondisinya”

“Tenang bos, tenang, gue bukan dokter, tapi setau gue dia sih gak papa, benda biru yang menurut gue kaya tentakel yang negiket tangan kaki dan tubuhnya itu gak ngelukain dia kok, yah tapi dalam status freezenya tadi diarena dia sama sekali gak sadar, dan sekarang pun masih, tapi kalo fisik paling dampak setelahnya Cuma pegel-pegel doang “

Gak berapa lama kemudian terdengar suara perempuan dari dalam ruangan yang memanggil nama Lake

“Lake, Lake”

Lake-pun langsung memasuki ruangan itu, sepertinya Elka sudah sadar, namun saat dia ingin beranjak bangun ia mengalami sedikit kesulitan, namun dengan sigap Lake langsung merangkul Elka supaya gak jatuh.

“Ka, jangan dipaksain, dah duduk dulu” ucap Lake

“Aku gak papa kok, aku bisa bangun. Ughh..”

“Dibilangin jangan, batu sih!”

“Iya, iya, aku duduk dulu deh” ucap Elka dengan nada masih agak kesakitan sambil ngusap-usap rambut kelabu milik Lake.

“Nah begitu dong, jadi pasangan yang romantis, kalo Dzofi sih mana bisa” ucap suara yang gak asing dari belakang kami

Nampaknya gelagak Lake dan Elka jadi sedikit salah tingkah

“Ehh.. Kakak dah bangun, sejak kapan Kak?” tanyaku pada Kak Ulfa

“Baru aja bangun, ndenger suara kalian sih” “Oh iya, Ka caramu bertarung hebat juga” puji Kak Ulfa pada Elka

“Makasih Kak, tapi kalo seandainya pertandingan gak diberhentiin mungkin Kak Ulfa yang bakal menang”

Tiba-tiba terdengar suara dari speaker yang langsung menyita perhatian kami

“[Teng teng teng waktu makan siang akan segera dimulai, diharapkan para peserta segera keruang makan, terimakasih~]”

“Sebaiknya kalian cepat keruang makan” ucap Kak Ulfa

“Bagaimana Ka? Dah agak mendingan belom?” Tanya Lake ke Elka

“Kayanya sih udah mendingan” Lake-pun memrangkul Elka untuk membantunya berjalan

“Trus Kak Ulfa gimana? Mau saya bantu?” sahut Alecto

“Gak! Lu bokingin makanan aja buat Lake sama Elka, sementara Lake nganterin Elka kekamarnya” ucap ku agak ketus, soalnya aku ingat apa yang di-visualisasi-kan oleh pikirannya yang agak piktor pada Kak Ulfa.

“Iya, ide bagus, sebaiknya kau bantu mereka” timpal Kak Ulfa

“Terus si Dzofi gimana? Masa’ suruh gendong Kak Ulfa sama Sabila sekaligus?”

“Enggak kok, Dzofi bakal nganterin Sabila sekamarnya”

“Ohh.. begitu, yaudah kita duluan ya Kak”

Mereka pun berjalan keluar, sementara itu aku masih bingung dengan perkataan Kak Ulfa

“Kak, kalo aku nganterin Sabila ke kamarnya, trus Kakak gimana?”

“Dah gak papa, Kakak masih ngantuk, mau ngelanjutin tidur, sebaiknya kamu cepet nganterin Sabila, kasian dia kalo istirahat di sini, lebih nyaman dikamarnya”

Akupun menghampiri Sabila yang masih tertidur, tampak majahnya yang mungil entah kenapa kayanya manis banget, akupun sedikit ragu saat ingin membopong dia dengan kedua tanganku, aku sempatkan untuk berhenti sejenak, tangan ku gak boleh gemeteran kaya gini.

“Awas ya, itu anak orang, jangan mikir yang macem-macem”

“Ih Kakak! Siapa yang mikir macem-macem, aku Cuma mikir kalo aku ngeangkat Kakak pasti berat dibanding ngeangkat Sabila, wkwk”

DHUG!

Kak Ulfa langsung nendang gue dengan posisinya yang masih tiduran.

Akupun menguatkan mental dan tanganku, karena bagaimanapun dia itu cewe dan kalo sampe salah pegang bisa fatal akibatnya, yang gak sengaja aja bisa ketemu neraka gimana yang sekarang jelas-jelas harus nyentuh tubuh dia secara sengaja.

Hup…

Sabila-pun sudah berada dipangkuan tanganku, Gak terlalu berat, namun tetap harus jaga keseimbangan

“Aku berangkat”

.

Sepanjang perjalanan banyak yang ngeliatin kami, sumpah, gak diliatin aja dah grogi apalagi diliatin, namun aku berusaha tetap tenang, aku tak peduli apa yang mereka fikirkan tentang apa yang aku lakukan sekarang, sampe akhirnya pikiranku buyar saat diperempatan koridor, ternyata aku gak tau dimana kamarnya Sabila.

Ah bodo, mendingan gue bawa aja kekamar gue, lalu nanti saat dia udah sadar dia gue anter kekamarnya, so simple, pikir ku.

Namun semua tidak sepenuhnya segampang yang ku pikirkan, di sini system pembagian kamar adalah blok untuk laki-laki dan perempuan dipisah, dan pastinya kau sekarang mulai risih bila dalam posisi ku, dimana kau jalan terus menuju kewilayah laki-laki sambil membawa anak perempuan yang sedang dalam kondisi gak sadar, dan dilihatin pula sama orang-orang disekitar

“Ini tidak seperti apa yang kalian pikirkan, ini tidak seperti apa yang kalian pikirkan”

Kata itu yang ku keluarkan dari mulut tiap kali ada seseorang yang melihat ku. Gak peduli mereka soudzon, yang penting niat ku baik dan aku sudah jelasin kemereka keadaannya.

Gak berapa lama, akhirnya kami sampai didepan kamarku, akupun mencoba berkomunikasi dengan makhluk-makhluk di dalam kamar dengan mengetuk menggunakan ujung sepatu

Dhug dhug dhug

“Oii bukain pliss”

Nampaknya gak ada kehidupan didalem sana, dan saat ku coba membuka pintu…

Ceklek ceklek..

Ternyata pintu dikonci, pasti mereka sekarang ini lagi makan siang. akupun berusaha ngambil kunci kamar yang ada dikantong celana, namun tangan ku kepake dua-duanya buat membopong Sabila, jadi aku angkat satu kakiku dimana kunci itu berada, trus ku bungkukkan badan dan tangan ku pun merusaha mengambil kunci itu.

Dalam posisi sekarang, gak sengaja muka ku terlalu deket dengan wajahnya, sempat tercium aroma tubuhnya yang wangi, namun harum tubuhnya tidak menyengat, kewangiannya seperti hanya bisa dirasakan bila seseorang sedekat ini, dan akupun baru menyadari kalau pakaian yang sekarangku kanakkan sudah bercampur dengan aroma Sabila.

Cring.. Trakk

“Ehh, sial! apa gak bisa lebih buruk lagi? Kunci pake jatoh segala”

Akupun melihat keadaaan sekitar, berharap ada seseorang yang bisa membantu ngambilin konci, soalnya tangan ku sudah mulai gemeteran.

Rupanya disana ada Chandra yang baru keluar dari kamarnya

“Ehh Chan, sini”

“Ada apa Kak? Lho, Kak Sabila Kakak apain?”

“Wasuu, sembarangan lu kalo ngomong, cepet bukain pintu pake tuh konci, tangan gue dah pegel nih”

“Oke oke”

Ceklek…

Tanpa berlama-lama, aku langsung masuk kamar tanpa sempat melepas sepatu dan rebahin tubuh Sabila dikasurku secara perlahan, berharap dia gak terganggu.

“Chan, gue mau nyusul Kak Ulfa, lu bisa jagain Sabila gak?”

“Bisa kok Kak, santai aja”

Senang rasanya ada yang mau bantuin, akupun segera bergegas nyusul Kak Ulfa dengan berlari.

Namun ditengah aku berlari, entah mengapa perasaan didalem dada berasa gak wajar lagi, berasa abstrak mengingat Sabila sedang tidur dikamar, dan ditemani lawan jenis yang entah mengapa itu yang membuat ku resah

gue tau Chandra kok, dia anak yg baik

coba pikiranku menyangkal perasaan ini,

Dheg..

Lagi-lagi rasa abstrak itu membuat sesuatu rasa yang gak nyaman dadaku, aku merasa fikiranku jadi gak nyaman, mungkin karena sosok lelaki disana bukanlah aku.

SIALL, gue jadi orang emang terlalu cemas!, terlalu nurut sama perasaan aneh ini.

Akupun memutuskan puter balik kearah kamar, berlari secepat-cepatnya

Drap drap drap…

Ceklek..

Sesampainya dikamar, aku melihat Chandra yang masih duduk disebelah kanan Sabila, posisi dia memunggungi ku

“Lho, Kak Dzofi dah balik? Gimana Kak Ulfanya Kak?”

“Umm.. begini Chan, gue rasa lebih baik lu makan siang dulu aja sana, dan gue minta tolong, bokingin menu makan siang buat gue, Kak Ulfa sama Sabila ya”

“Ohh.. yaudah deh”

Chandra-pun berjalan keluar kamar.

“Gue tau, gue seharusnya gak perlu khawatir, tapi entah mengapa selalu ada rasa abstrak ini Sab, aneh memang” ucapku berbicara sendiri

“i..ini gak jelas, gak masuk akal, kenapa ngeganggu banget sih! Ta.. tapi begitu diturutin berasa lega.. berasa nyaman dan aman” ucap ku kali ini sambil meremas baju bagian dadaku.

Akupun akhirnya kembali menyusul Kak Ulfa dengan mengunci kamar terlebih dahulu.

Sepanjang koridor aku lalui, sampai akhirnya aku mendengar langkah kaki yang agak terpincang-pincang

Tap.. tap.. tap..

Saat aku datangi sumber suara itu, ternyata itu Kak Ulfa yang sedang berjalan.

“Lho, Kakak kok ada disini? Harusnya Kakak jangan buru-buru”

Ucapku terkejut sambil langsung menghampiri Kak Ulfa dan merangkul dia

“Lagian kamu lama sih, yaudah kakak usaha sendiri aja”

“iya iya, soalnya tadi aku gak tau kamar Sabila dimana, jadi aku muter balik kekamar ku, trus kutaruh dia disana”

“Ehh.. kamu gak malu? Nanti kalo orang-orang mikir yang enggak-enggak gimana?”

“Biarin, lagipula setiap aku diliatin orang aku langsung bilang -ini tidak seperti yang kalian pikirkan- begitu”

“Hahaha, kaya robot dong haha..” ucapnya dengan tawa kecil sambil mencubit pipiku gemes

“Yah mau gimana lagi”

.

Kamipun terus berjalan menyusuri koridor, dan akhirnya sampai diperempatan

“Oh iya Kak, kamar kakak dimana?”

“Kalo dari sini masih jauh, 7 blok lagi”

Ebused? Kalo tau begini, tadi mah gue gak usah ikut latihan, sekarang juga dah berasa sispek nih badan

“Kenapa Dzofi? Kamu capek ya?”

“Ehh, enggak kok Kak”

“Yaudah, kalo begitu anterin kakak kekamar mu aja deh”

“Lho, kok kekamar ku Kak?” jawab ku heran

“Soalnya kamu juga belom makan kan? Kasian juga kalo dipaksain”

“uhh. Bener juga sih, tumben kakak perhatian”

Beberapa menit kemudian Kamipun sampai didepan pintu kamarku, saatku buka, rupanya Sabila masih tidur

“Kamu gak ngapa-ngapain dia kan?”

“Dih Kakak! Nuduh sembarangan! Sumpah deh, aku nggak ngelakuin apapun selain baringin dia disitu”

“Heheh.. dasar kaku, aku Cuma bercanda kok” ucap Kak Ulfa sambil berusaha duduk disalah satu kasur yang laiinnya.

*Dzingg…

Tiba-tiba aja kepala ku terasa nyeri

Ughh.. kenapa nih kepala? Rasanya kaya…

*Dzuingg..

“Aghh.”.

Pandanganku perlahan-lahan menjadi hitam pekat

Bhug!..

“Dzofi.. kamu kenapa? Dz…”

“Truly great friends are hard to find, difficult to leave, and impossible to forget.” – G. Randolf

CHAPTER 4 END.
Next Chapter > Read Chapter 5:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-5/
Previous Chapter > Read Chapter 3:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-3/
List of Journey For Identity Chapter:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-list


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *