JOURNEY FOR IDENTITY CHAPTER 8 – DREAM REALITY

Journey For Identity
Penulis: Bid’ah Slayer
DOR! DOR! DOR!
[Akurasi : 78%|56%|68%]
[Rata-rata : 67,3%]
“[Tak memenuhi standar!]”
“Huft.. gagal lagi gagal lagi”
Ceklek..
Keluhku sambari mengisi ulang pistolku.
Sambil mengeker target yang bergerak, aku berfikir dalam hati
Kenapa…
Gak! Gak ada yang patut untuk disalahkan atas semua ini… mempercayai adalah hak preogratif seseorang. Gak peduli itu temen sekalipun, itu tetap hak dia.. gak ada paksaan…
Ditengah aku melamun, tiba-tiba saja…
“Colek dulu ah~”
Syuuutt…
“UWWAAAA…”
DOR! DOR! DOR!
Ada seseorang yang mencolek pantat ku,
Karena dikagetin, akhirnya pelatuk pistol tertekan olehku
“Si.. sialan! Siapa itu.. ahh.. ternyata Kak Istifa, ada apaan sih kak?! Ganggu orang aja” tanyaku sewot
“Hihi.. gak ada apa-apa kok *Peace” ucapnya dengan tawa kecil diikuti jari tengah dan telunjuk yang membentuk huruf V
“…” Ceklek…
Aku tak membalas perkataannya dan langsung mengisi ulang kembali pistol ku
“Wah, kamu hebat ya, bisa sempurna begitu. Boleh gabung latihan?” tanyanya padaku
“Yaudah asal jangan yol.. eh? Sempurna?” jawabku heran, lalu aku melihat kearah layar skor
[Akurasi : 100%|100%|100%]
[Sempurna!]
“Ehh.. hoki juga gue” ucapku ala kadarnya
Ceklek
DOR! DOR! DOR!
“Kamu dapet sempurna begitu kok gak seneng, lagi ada masalah ya?” Tanya wanita berambut hijau tua itu padaku setelah menembak targetnya.
Ceklek
DOR! DOR! DOR!
“Harusnya Kakak gak usah nanya, karena Kakakkan punya sentuhan ‘super’ cih.. meleset banyak” jawabku tanpa melihat kearahnya
DOR! DOR! DOR!
“Kamu salah, aku walau bisa tau spesifikasi seseorang, namun tidak dengan perasaannya. Dalamnya lautan bisa diukur, dalamnya hati siapa tau”
“Ohh..begitu…””Umm.. Kak, aku boleh nanya sesuatu?” ucapku dengan tangan yang sudah bersiapkan pistol untuk menembak.
“Boleh.. Tanya aja”
DOR! DOR! DOR!
“Menurut Kakak gimana kalau ada seorang yang sudah menyampaikan kebenaran ke teman-temannya, tapi mereka gak percaya” ucaku dengan kepala menunduk
“Mereka manusia kan? Kalau begitu wajar. Karena ada hati dan nalar sebagai penyaring informasi, dan hasil dari informasi yang difilter berbentuk sebagaimana pola fikir masing-masing individu” Ceklek… ucapnya sambil mengisi ulang peluru.
“Jadi apa yang akan Kakak lakukan bila dalam kondisi demikian?”
“Yang jelas Kakak gak akan memaksa mereka untuk percaya. Namun perlu kamu ketahui Dzofi, apapun yang dibicarakan oleh seorang teman, maka teman-temannya pasti akan membercayainya walau dengan kadar yang berbeda-beda. Berbeda bila seorang musuh yang berbicara, sejujur apapun yang ia ucapkan, pasti tak akan dipercayai oleh lawannya.
Lagi pula… mereka itu teman-teman mu kan?”
DOR! DOR! DOR!
“Ehh.. ini bukan masalah ku, aku cuma nyeritain masalah or…ang… kemana dia?”
Ucapku bingung, karena saat aku mendongakkan kepala ku, ia sudah tak ada disana
HUH.. dasar Sniper…
Keluh dalam benakku sambil menarik pelatuk pistol yang sudah siap dari tadi
DOR! DOR! DOR!
[Rata-rata : 99%]
“Hehehe.. lumayan juga.. coba liat punya Kak Istif…aaaa”
Akupun dibuat kaget saat aku melihat hasil skor milik Kak Istifa
[Rata-rata : 100% | 100% | 100% | 100%]
“He.. hebad euy.. padahal dia tadi nembak sambil ngobrol, tapi tetep perfek.. orang aneh sama berbakat emang beda tipis”
Lalu akupun merapihkan pistol beserta perlengkapan lainnya, lalu aku kembalikan ke tempat semula.
…
Sisa waktu hingga sore hari aku habiskan dengan berlatih, baik bergulat maupun berlatih senjata dekat setelahnya, semua itu aku lakukan tanpa bertemu teman-teman ku.
Setelah semua kulakukan, aku segera ke kantin untuk mengambil jatah makan siangku yang sudah dingin lalu pergi ke kamar.
Sesampainya di kamar, aku segera mandi lalu mangganti pakaian ku dengan pakaian berwarna biru yang dipinjamkan oleh Kak Istifa kemarin.
.
.
*Suatu tempat di angkasa yang gelap*
“Ṡṳḍḁḫ ṩḁḿṗḁḯ ḏḯḿḁṅḁ Ḓḭḁ‽“
“Ḓḭḁ ḿḁṩḭḫ ḓḁḷḁḿ ṕḕṙĵăĺăňāʼn, Ďìā āķāŋ śḕğḕṙā ḿḕḿāśṻḳì ĵāʼnğķāṻāŋ ďāļāḿ ḃḕḃḕṙāṗā ĵāḿ ļāğì Ṯṻāŋ”
“Ĥāĥāĥā… ṗāśťìķāň Ďìā ťāķ ļéƿāŝ ŝāāť ɱāŝȕķ ďāļāɱ ĵāňgķāȕāň“
“ßāìķ Ťȕāň”
.
.
*Suatu tempat di ruangan tertutup*
“Dia akan segera datang, dan Mereka akan melakukannya”
“}Jadi apa yang akan kita lakukan?{“
“[Kita harus segera mengambil tindakan sekarang! Sebelum semuanya terlambat!]”
“}Tapi kita tak boleh gegabah Chao!{“
“[Ughh! Baiklah… jadi apa yang harus kita lakukan saudaraku?]”
“Tak perlu berselisih, masing-masing dari kalian sama-sama benar, kita harus cepat mengambil tindakan, namun kita tak bisa langsung mengirimkan semua pasukan yang kita punya. Karena masing-masing dari kita sama-sama tau, bahwa kita disini masih memerlukan pertahanan dari serangan Tiga Saudara yang bisa datang kapan saja”
“}Karena jumlah pasukan kita di sini masih banyak dan kita selalu bisa bertahan dari serangan tanpa bantuan pasukan armada udara, bagaimana kalau kita berangkatkan semua atau dalam perbandingan besar?{“
“[Aku setuju denganmu saudari ku, namun mungkin tidak semua armada udara kita berangkatkan, karena serangan Tiga Saudara bisa saja datang dengan frekuensi yang lebih tinggi dari yang kita duga]”
“Baik, kalau begitu kita berangkatkan pasukan armada udara perbandingan besar, 8 : 2. Apa kalian setuju?”
“}Setuju{“
“[Setuju]”
“Baiklah, Jendral Zet, segera berangkatkan Pasukan Armada Udara sekarang, aktivkan mode siluman agar ketiga bangsa tak mengetahui keberangkatan pasukan kita”
“[Siap Laksanakan!]”
“[Anda, seperti biasa, namun kali ini pertegas pengamanan perbatasan, jangan sampai hal yang tidak kita inginkan terjadi]”
“[Baik]”
“}Serene, persiapkan perbekalan tiap pasukan yang akan pergi bertugas, dan bersiaplah dalam mensupport pasukan di perbatasan{“
“Baik Nyonya Twenty”
…
“Sekarang yang kita lakukan adalah tinggal menunggu waktu yang tepat…”
.
.
“HAH.. hah..” nafasku terengah-engah
“Mimpi.. mimpi macem apa lagi itu?…”
Rupanya tadi aku ketiduran, akupun melihat chronometerku dan ia menunjukkan angka -:21.10:-
“Ehh.. dah bangun?” celetuk Ryan yang sedang asik mbaca buku berjudul Harry Potter buatan manusia bumi kuno bernama J.K. Rowling
Tiba-tiba aku teringat tentang mimpi malam ganjil ku sebelumnya, akupun memberanikan diri untuk bertanya tentang pendapatnya “Umm.. Ryan, menurut lu gimana kalo cerita mimpi yang gue ceritain ke elu itu gak nyata atau bohong”
“Lu nanya pendapat gue? Menurut gue sih gak mungkin, karena buktinya dah jelas dan Chandra ama Antho sendiri juga merasakan tekanan force kan? jadi hipotesis yang kita buat cukup kuat, namun seandainya itu sebuah kebohongan yang mana Antho, Chandra dan Elu iseng, gue akui, lu bertiga dah ngerjain kita sampe dianggap aneh orang-orang seruang makan..” jelasnya
“Ohh.. begutu ye, hehe.. oh ya Adan kemana?” tanyaku yang sebenarnya untuk menetralkan suasana yang kurasa agak canggung setelah menanyakan itu
“Adan.. hemm.. tadi lagi jalan-jalan keluar kayanya, sebentar lagi jug….”
BRAKK…
“Hosh.. hosh…to.. tolong…”
“Eh Dan, ngapa lu?” tanyaku heran dengan keadaannya itu sudah seperti dikejar warga sekampung
“Hosh.. gu.. gue.. ehem.. gue dikejar-kejar cewe lagi *cling” jawabnya dengan nada dan ekspresi yang 180° berbeda dengan sebelumnya disertai senyuman dengan gigi bersinar
“Cihh.. dikejar-kejar cewe tapi suka sama satu orang aja (Sabila) langsung ditolak sebelum kenal”
*Jleb!
“E.. ehh Fi, lu.. kalo bicara kenyataan agak tumpul sedikit dong, jangan tajem-tajem ye..” balas Adan
“Terserah..” ucapku dingin sambil beranjak dari kasurku menuju pintu keluar
Sreett..
“Dzofi, tunggu dulu” ucap Ryan menghentikan langkahku
“Ada apa” jawabku tanpa memalingkan muka ku padanya
“Mereka menyesal…”
Sreett..
Akupun menutup pintu tanpa membalas perkataannya.
*Kamar 0922*
“Yan”
“Apa?”
“Gue ganteng kan?”
“Tapi tetep aja ditolak! “
*JLEB!
.
Kini aku berjalan menuju ruang makan, kuharap jatah milik ku masih tersimpan, tak mengapa bila sudah dingin, yang penting ada asupan untuk tubuhku.
Tap.. tap.. tap..
“Colek dikit ah~” *Syuuut..
“WAAA… “
“Kak Istifa! Berenti dong nyolek bokong orang!” ucapku keasal
“Hihihi.. habis bosen sih hihi.. bye… Tralala… trilili..” ucapnya sambil berlalu diikuti irama nyanyiannya
Cewe Edan..
Akhirnya akupun sampai di ruang makan, nampak di sini masih ada beberapa orang yang makan atau sekedar berbincang-bincang dengan temannya. Akupun segera mengambil jatah ku lalu memilih tempat yang tidak terlalu ramai.
“Huh… daging sama sup miso, kenapa mie-rebus gak ada ya? Ehh tapi kalo dingin pun sama-sama gak enak” ucapku mengeluh sendiri
“Gak baik mengeluhkan makanan. Boleh gabung?”
.
.
*Markas Pusat Accretia*
“[Kalian adalah unit baru yang ditugaskan untuk mengabdikan seluruh kekuatan dan kemampuan kalian untuk Kekaisaran Accretia. Jadilah prajurit yang membawa nama agung Kekaisaran, dengan tubuh baja ini, kita sepantasnya berada dipuncak, mereka, para mahluk berdaging bukanlah tandingan bagi kita!”
“[HIDUP KEKAISARAN ACCRETIA! HIDUP KEKAISARAN ACCRETIA!]”
“[Dan satu lagi pesanku, jangan pernah salah satu dari kalian menjadi Penghianat Kekaisaran! Apalagi menjadi Pemberontak! Hukuman bagi mereka adalah Mati! Itu yang sepantasnya mereka dapatkan!
Sekarang, silahkan masing-masing dari kalian bergabung sesuai kelas kalian masing-masing, dan tunjukkan hasil latihan kalian selama 5 tahun]”
“[SIAP, LAKSANAKAN!]”
…
“[Ho, kerja bagus Legion Vaio, sebagai tim support, pidatomu lumayan juga]”
“[Tidak sebaik itu Tuan Archon, aku hanya menjalankan tugasku sebagaimana mestinya]”
“[Sudah ku bilang, tolong jangan panggil aku Tuan Archon, kaukan lebih tua dari ku, panggil saja namaku, Prince666]”
“[Baiklah Prince, Unit P-666 aku permisi dulu]”
“[…]”
Tap.. tap.. tap..
…
“[Unit U-015, U-Bay, Petarung jarak dekat!]”
“[Unit G-024, G-Frison, Petarung jarak dekat!]
.
“[Unit Z-014, Zackyman, Petarung jarak jauh!]”
“[Unit J-017, Jans-Torn, Petarung jarak jauh!]
“[Unit V-003, Luth-V, Petarung jarak jauh!]”
.
“[Unit F-018, F-Ayz, Spesialis!]”
“[Unit B-002, B-yan, Spesialis!]”
…
“[Bagaimana? Berapa prajurit untuk tahun ini Legion?
hemm…
Violet?!]”
“[Ahh.. Maafkan aku Tuan Archon, aku hanya tak biasa untuk dipanggil sebagai Legion]”
“[Jangan merendah, musuh tak akan berbaik hati pada mu bila kau menujukkan sikap itu]”
“[Maaf.. untuk tahun ini, unit baru yang siap bertugas di lapangan ada 574 Unit]”
“[Baiklah kalau begitu. Kekalahan kali ini membuat pengetahuan bagi para unit baru terhambat, suruh pasukan jarak dekat dan jauh untuk membersihkan area markas, terutama para Desert Klan yang mengerumuni bandara, sedangkan para spesialis pelajari cara mengolah barang dari hasil tangkapan unit yang membersihkan]”
“[Baik Tuan Archon]”
“[Oh ya, apa pendapatmu tentang posisi barumu sekarang?]”
“[Saya sangat senang Tuan, menjadi tim Support bersama senior Legion Vaio]”
“[Begitu ya.. banyaklah belajar darinya]”
“[Baik]”
.
.
*Markas Pusat Cora*
“}Jadi kapan mereka akan tiba, anak muda?{“
“}Menurut pesan terakhir yang ku terima, mereka akan tiba esok{“
“}Oh begitu, semoga DECEM melindungi mereka semua sampai tujuan{“
“}Aamiin..
Oh ya Father, bagaimana menurutmu tentang pihak Persekutuan Suci berdarah bangsawan yang ikut untuk berperang di Novus?{“
“}Itu sah sah saja, aku dulupun mempunyai teman darah bangsawan, kami ikut serta dalam perang suci 65 tahun yang lalu{“
“}Apakah mereka mempunyai sesuatu yang special dibanding yang lainnya?{“
“}Hemm.. setahuku, darah bangsawan suci memiliki keunggulan dari yang lainnya, darah mereka sangat kental akan magic, kekuatan force mereka bisa dibilang paling kuat dibanding marga marga yang berbakat khusus dalam ilmu sihir, namun untuk mendapatkan potensi maksimal tetap butuh berlatih dan disiplin yang tinggi.
Namun jangan risau anak ku, DECEM menganugrahkan kita semua sesuatu yang lebih penting dari kekuatan, yaitu keimanan padaNYA, yang mana kita adalah yang terpilih dan yang selamat{“
“}Terimakasih Father, aku akan melanjutkan pekerjaan ku{“
“}Baiklah, semoga Karunia DECEM tercurah padamu{“
“}Aamiin{“
“}Aku permisi dulu{“
Tap.. tap.. tap..
.
.
*Pesawat ruang angkasa Bellato, Nov-96*
“Gak baik mengeluhkan makanan. Boleh gabung?”
“Ehh.. paman Rolf, silahkan” ucapku kaget, ternyata ia yang datang menghampiriku, dia bukanlah orang yang kuduga, atau lebih tepatnya bukan orang yang ku harap.
“Jangan panggil aku Paman”
“Om?”
“Apa lagi itu, aku ini baru 27* tahun, panggil aku kakak”
“Ohh.. baiklah Kak Rolf”
Suasana sempat hening untuk beberapa saat, namun diapun sempat menoleh kearahku dan berkata
“sup mu dingin..”
“Yap..” jawabku sekenanya
“Enak?”
“Gak terlalu..”
“Pengen aku angetin?” ucapnya sambil menjulurkan tangan siap menggenggam mangkuk beserta sup miso ku
“…” akupun sontak menghentikan seruputan sup ku, dan meliriknya dengan satu alis terangkat
“Kakak Spesialis kan?”
“Iya”
“Emang Bisa?” tanyaku setengah tak percaya
“Bisa lah, aku juga belajar force dasar walau aku bekerja di pesawat ini, namun aku tak semahir para spiritualis pada umumnya, sini..”
Akupun memberikan semangkuk sup ku padanya, lalu ia melanjutkan perkataannya
“Aku butuh perantara untuk menciptakan api” ucapnya sambil mengeluarkan sesuatu
Clik..
“Fire!”
Wruushh..
Kini mangkuk besi ku digenggamnya dengan tangan yang berselimutkan api
“Bagaimana? Lumayan bukan? Kalau para spiritualis menciptakan api dari panas sekitar atau panas tubuh, kalau aku ini” ucapnya sambil menunjukkan korek gasnya.
“…”
“Kau juga belajar force di akademi mu kan?” tanyanya
“Ya, namun materi force bukanlah materi wajib, sedikit peminatnya di kelas ku, akupun hanya mempelajari holy force”
“Begitu…, itu juga sudah bagus. biar bagaimanapun, selagi ada kesempatan untuk belajar, ambillah kesempatan itu, jangan kau sia-siakan. Bangsa Accretia tak mempunyai force, maka sepatutnya kita bersukur dan memanfaatkannya dengan baik, dengan begitu kita satu langkah di depan mereka”
“Ya.. kau benar..”
“Selepas perjalanan ini, kau bisa temui seorang guru force di markas, dan belajar padanya, nih..” ujarnya sambil meletakkan sup miso ku di meja. “Awas panas”
“Terimakasih…”
Akupun kembali melanjutkan makan malamku tanpa bicara lagi kepadanya
Ada apa ini? Dia sebelumnya adalah orang yang cuek, saat bicara padaku pun terkesan masa bodoh, apa mungkin dia menyesal? Namun dengan sikapnya itu, ia membuat teman-teman ku kecewa dan tak mempercayaiku.
Cih!
Akupun berfikir dalam hati, walau dia baru saja berbuat baik padaku, namun kekecewaan ini tetaplah tak bisa hilang dengan mudah.
Suasana makan malam ini menjadi hening begitu saja, sampai ia melontarkan sepatah kata…
“Novia…”
“…”
“Aku mengenalnya…”
“!”
aku kini menatap kearahnya
“Dia seorang anak perempuan… anak perempuan dari salah satu pembuat pesawat angkasa ini”
Sejenak, ia berusaha menarik nafas yang dalam, Lalu dia melanjutkan “Apa kau percaya? bila seorang Pria terlalu asik dengan suatu pekerjaannya, ia bisa melupakan keluarganya”
“…” aku terdiam, tak tau harus mengeluarkan kata apa dari lisanku, aku kini seakan terpaku mendengar apa yang ia ceritakan…
“17 tahun yang lalu, saat proyek pesawat ini disetujui, beberapa orang sangat senang mendengarnya, banyak dari mereka yang menggantungkan harapan pada pembangunan pesawat luar angkasa ini, termasuk di dalamnya seorang Pria yang ku kenal, seorang Ayah dari teman ku, orangtua tunggal.
Pria itu sangan antusias, ia menjadi pembuat pesawat angkasa itu. Waktu ia habiskan demi pekerjaannya, hari demi hari, minggu demi minggu, hingga bulan demi bulan, ia kerahkan seluruh waktunya untuk bekerja, bila ia ditanya kenapa ia melakukan itu semua, jawabanya adalah alasan klise ; “Ini semua aku lakukan demi anak-anak ku”
Sampai pada saat itu…
Musim dingin
Sebelum ia berangkat kembali untuk bekerja pada musim itu, ia berjanji pada anak-anaknya bahwa setelah pekerjaannya selesai, ia akan mengajak mereka berlibur bersama dan juga mengajak mereka menaiki pesawat angkasa itu. Proyek mengatakan akhir musim dingin pesawat angkasa itu selesai.
Beberapa minggu setelah kepergian ayahnya, aku dengar Novia jatuh sakit, aku dan keluargakupun menjenguknya. Saat aku tanyakan apakah ia sudah memberitahukan Ayahnya tentang kondisinya saat ini, ia mengatakan
“Aku tak mau membuat Ayah ku khawatir, aku ingin agar pekerjaannya cepat selesai dan kami bisa bersama, berjanjilah padaku kalian takkan memberi taunya”
Mendengar jawaban itu, aku dan kedua orangtua ku tak bisa berkata apa-apa, pantaslah kakaknya ; Ryu, tak memberitahukan keadaan adiknya pada Ayahnya, ia hanya bisa menuruti keinginan adiknya agar cepat sembuh.
Beberapa hari setelahnya
Aku kembali menjenguknya, kondisinya sama sekali tak berubah, ia masih terbaring lemas diatas kasurnya. Lagi-lagi aku iba padanya, akupun membujuknya agar mengabarkan kondisinya ini pada Ayahnya, namun jawaban yang keluar dari lisannya sama seperti saat aku tanyakan dulu. Ia juga mengatakan bahwa ia memang sudah biasa mengalami sakit seperti ini saat musim dingin.
Saat aku pulang, aku ceritakan semuanya pada orangtuaku, lalu mereka memutuskan akan merawat Novia di rumah semampunya. Lalu kabar ini kusampaikan pada Novia dan Ryu, awalnya mereka menolak, namun setelah kubujuk, akhirnya mereka mau.
Setiap pulang sekolah, aku sempatkan waktuku untuk bermain bersamanya, tanpa kusadari, walau dengan kondisinya yang lemah, ia menjadi sering tertawa dan tersenyum padaku.
Beberapa minggu setelahnya, kondisi Novia memburuk, akhirnya kedua orangtuaku memutuskan membawanya ke rumah sakit. Disana ia diperiksa, dan dokter yang menanganinya berkata bahwa ia mengidap penyakit yang cukup berbahaya, saat itu aku tak tau penyakit apa itu, namun sekarang aku sudah mengerti, bahwa Novia mengidap Leukemia…
…
Sa.. sampai hari itu… dua hari sebelum musim dingin selesai, sebelum Ayahnya pulang… ia tak mampu bertahan lebih lama lagi…
A.. aku dan keluargaku merasa terpukul, begitu pula Ryu. Akhirnya, dengan terpaksa, Orangtuaku melanggar janji itu, mereka menelfon Ayahnya.
Sepanjang perbincangan, ayahku seperti meyakinkan ayah Novia, ia memberinya support kalau itu bukanlah akhir dari kehidupannya pula, terkadang ayah ku berbicara dengan nada yang agak meninggi…
Setelah perbincangan selesai, Ayahku bicara pada kami, kenapa ia berbicara seperti itu, karena saat ia memberitahukan bahwa Novia telah tiada, Ayah Novia hanya berbicara dengan nada datar… seakan tak menunjukkan emosi yang meluap saat mendengar kabar itu… itu jelas tak manusiawi…
Dan mesti kau tahu..
saat seorang Pria mengalami sesuatu hal yang mestinya ia menunjukkan emosinya namun ia tak menunjukkannya, jangan berfikir kalau dia baik-baik saja, karena kondisinya saat itu adalah lebih buruk dari yang kau duga…
dan ayahku mengatakan, bahwa diakhir percakapan, Ayah Novia hanya berkata “Aku akan kembali saat semua ini selesai, dua hari lagi” itulah yang ia katakan.
Dua hari kemudian, merupakan hari selesainya pembuatan pesawat angkasa dan berakhirnya musim dingin, namun dini hari, kami mendapat berita mengejutkan…
Makam Novia dibongkar, dan isinya di temukan berada didalam pesawat itu. namun bukan hanya itu…
Tergeletak di sampingnya… seorang pria yang tewas bunuh diri dengan menembakkan kepalanya, ya.. itu adalah ayahnya…
belakangan diketahui, ayah Novia saat berkerja sangatlah sering membicarakan anak-anaknya, terutama putri kecilnya. Ia mengatakan pada teman-teman kerjanya, bahwa Pesawat Nov-96 selalu mengingatkannya akan Novia. Namun setelah ayahku mengabarkan kematiannya, selama dua hari terakhir ia menjadi pendiam.. tak lagi bersosailisasi pada temannya, barang sepatah katapun…
Ryu-pun merasa dilanda kesedihan yang sangat, jelas ia merasa kehilangan. namun ia menjadi ahli mekanik dipesawat ini, mengikuti jejak ayahnya…”
…
Setelah ia menceritakan semua itu, sekarang aku benar-benar yakin bahwa semua yang kualami bukanlah mimpi, jadi Novia benarlah ada, dan satu yang pasti akan terjadi, kalau Novia ‘adalah’ Pesawat ini, maka pesawat ini beserta kami semua yang berada didalamnya dalam bahaya
“Ka.. kalau begitu, berarti apa yang dikatakan Novia akan benar terjadi” ujarku
“Ya.. mungkin saja, besok datanglah keruang pilot, kau katakan semua pada kapten, aku akan mendukung mu”
Setelah ia menjawab itu, ia beranjak dari tempat duduknya, namun sebelum pergi, aku tanyakan sesuatu
“Kak Rolf, ada satu hal yang masih ingin ku tanyakan…”
“Apa itu” sahutnya memunggungiku
“Kenapa pada waktu itu kau tak mempercayaiku.. apa ada sesuatu?…”
“Emm.. dengar…” kini ia memalingkan badannya kearahku seraya melanjutkan “Aku tak bisa percaya begitu saja, walau sebenarnya aku mengetahui itu mangkinlah nyata… “
“Karena…” sekarang nampak mata lelaki itu berkaca-kaca
“sudah lama kusadari bahwa… aku sangatlah mencintainya… dia adalah cinta pertamaku, aku selalu bahagia saat bersamanya… namun.. aku sama sekali belum pernah bertemu dengannya lagi… sejak hari dimana ia pergi…
Aku.. aku sangat menyesal… aku tak mengatakan apa yang sebenarnya aku rasakan, aku menyesalinya hingga sekarang…” kini diwajahnya terbentuk beberapa aliran air mata yang membasahi pipi. Kemudia ia melanjutkan
“Berjanjilah… berjanjilah padaku, bila kau bertemu dengannya lagi, katakan kalau aku sangat mencintainya.. mencintainya sejak dulu…”
Setelah ia mengucapkan itu, ia menyapu kedua matanya yang basah, kemudian berjalan meninggalkan ku.
“Ya.. tentu saja..” gumamku seiring ia menjauh dariku.
Tak berapa lama, akupun selesai menyantap makananku, lalu berjalan kembali menuju kamarku untuk tidur.
.
.
“Sudah sampai dimana mereka?”
“[mereka sudah menembus atmosphere, dan sekarang mereka bergerak menuju target. Perkiraan titik temu dengan target dalam 14 jam lagi Tuan]”
“Baiklah, lanjutkan pengawasan”
.
.
“Ughh.. *yawn”
Lagi-lagi mimpi kaya gitu…
Sudah dua kali aku bermimpi sabagai orang lain, yang pertama saat malam sebelum makan malam, itupun aku seperti menjadi dua orang yang berbeda dan di dua tempat yang berbeda pula, namun yang kali ini aku hanya menjadi seseorang yang bisa berbicara pada bangsa lain saja.
PLAKK..
“Hei Fi! Cepet bangun.. tumben telat, biasanya lu paling awal” Tampar Adan mengganggu proses ‘pengumpulan nyawaku’
“Iya.. tar dulu..”
“Cepet coeg, dah jam setengah Sembilan, gak kedapetan sarapan lho!”
“EHH! Jam setengah Sembilan!”
“Iya, gue sih dah nyarap tadi, sekarang gue mau latian, cepet sono lu mandi..”
Sraakk…
Iapun meninggalkan kamar.
Akupun segera beranjak mandi mengingat aku harus menyampaikan hal penting pada kapten kapal ini.
-:10 menit kemudian:-
Selesai mandi, aku sempatkan mengambil jatah sarapan, beruntung, kali ini adalah roti dan susu, aku bisa memakannya sambil menuju ruang pilot.
Tap.. tap..tap..
Diperjalanan menuju ruang pilot, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil namaku
“Hei Dzofi!” seru seorang wanita
“Ahh.. iya, ada apa Kak” sahutku, ternyata itu Kak Ulfa dan Sabila
“Kamu mau kemana?” Tanya Kak Ulfa
“Aku ada urusan sebentar, Kakak sama Sabila mau kemana?” tanyaku balik
“Kami mau latian, nanti bisa nyusul?”
“Oke, bisa bis…”
*Dziiing…
Mendadak, kepalaku serasa nyeri disertai desingan didalam kepala..
“… Ďìā āķāŋ śḕğḕṙā ḿḕḿāśṻḳì ĵāʼnğķāṻāŋ ďāļāḿ ḃḕḃḕṙāṗā ĵāḿ ļāğì…”
Aghh.. perkataan itu, itu perkataan seseorang di dalam mimpiku… apakah mungkin waktu yang mereka maksud adalah sesaat lagi?
“Dzofi.. kamu baik-baik aja?” tanya Sabila
“Eghh.. aku baik-baik aja kok Sab, cuma nyeri sekilas doang”
“Kalau sakitnya berlanjut, kamu keruang kesehatan aja, gak usah dipaksain” timpal Kak Ulfa
“Oke kak, gak perlu cemas, yaudah aku pergi dulu ya..”
Tap.. tap..
Namun aku seperti merasakan suatu firasat yang datang begitu saja
“Ehh.. Kak Ulfa, Sabila..” panggil ku
“Iya ada apa?” toleh mereka kearahku bersamaan
“Hati-hati ya, kayanya nanti bakal ada masalah …”
“Apa maksud mu Dzofi?!” Tanya Kak Ulfa
“Dah, gak ada waktu buat njelasin, pokoknya jangan sampe terluka… “
Ucapku seraya berlari menuju ruang pilot
Drap.. drap.. drap…
Saat aku tiba di depan pintu masuk, rupanya disana sudah ada teman-teman ku yang menunggu, juga ada Kak Rolf
“A.. angga, Antho… Chandra, Ryan… apa yang kalian lakukan di sini?” tanyaku heran
“Kami di sini juga datang untuk menjelaskan semuanya” jelas Ryan
“Kami juga meminta maaf Dzofi, aku tau reaksi ku saat itu membuatmu kecewa” timpal Angga
“Aku juga…” sambung Antho
“Tidak teman-teman, aku bukan kesal pada kalian, aku kesal pada diriku sendiri, aku serasa menyebarkan kebohongan dan kalian yang terkena getahnya, kupikir wajar kalau kalian berprilaku seperti itu, walau saat pikiranku mengetahuinya hatiku seakan tak bisa menerimanya. Namun Kak Rolf menceritakan apa yang sebenarnya terjadi… dan aku kini dapat menerimanya” jelasku pada mereka
“Baiklah, tunggu apa lagi? Ayo kita masuk sekarang” ajak Kak Rolf…
Ceklek..
“Permisi Tuan, kami disini datang untuk membicarakan hal penting dengan anda selaku Kapten pesawat ini” ucap Kak Rolf pada seseorang didepannya yang sedang duduk sehingga yang tampak oleh kami adalah punggung kursi beserta bagian belakang tubuhnya.
Serr…
“Baiklah apa yang inginkalian sampaikan, aku mendengarkan…” ucap pria itu sambil memutar kursi yang ia duduki sehingga aku bisa melihat sosoknya…
“EHH!… Anda…”
.
.
Setelah kuceritakan tentang apa yang ku alami pada malam itu, disertai hipotesis yang kami temukan dan pembenaran yang Kak Rolf ceritakan sebelumnya padaku, sang Kapten-pun mempercayainya. Namun yang membuatku masih tak percaya adalah, ternyata Kapten pesawat ini adalah orang yang sama saat menjadi Ketua Juri dan Dokter yang merawatku, yap… ia adalah Kakek Zappeto.
“Jadi kau bilang, kalian berdua, para spiritualist merasakan tekanan force pada malam itu?” Tanyanya pada Antho dan Chandra
“Iya Kek..” jawab mereka singkat
“Kalau begitu… berarti kasus kali ini ada kaitannya dengan apa yang kau alami… ” ucap Kakek sambil menghadap seseorang yang sedang duduk disebrang sana, aku tak bisa melihat dengan siapa Kakek berbicara karena terhalang bayangan
“Ya.. sepertinya sama” tap.. tap.. tap.. ucap lelaki itu seraya melangkah maju
“Hai Dzofi, lama tak berlatih bersama…” ucap lelaki itu padaku dengan muka ramahnya yang memakai kacamata
“Kak.. Kak Gaza?”
Rupanya ia juga berada disini, Kakek Zappeto menjelaskan kalau ia adalah seorang spiritualist yang peka pada perubahan tekanan force disekitar, makanya kemarin Kakek rapat dengannya dan dengan beberapa orang lain.
Dengan perbincangan yang serius, rupanya ini sudah masuk kepada topic yang benar-benar harus segera dilakukan suatu tindakan. Akupun menceritakan juga tentang mimpi yang kualami, tentang aku seperti menjadi seseorang di angkasa yang gelap dan menjadi seseorang di suatu tempat yang memerintahkan pasukannya untuk menemukan kita.
“Begitu?! Baiklah. Operator A tolong beri pesan pada ruang kesehatan, suruh mereka bersiap, siapkan tenaga medis dan perlengkapannya.
Operator B, tolong beri pesan pada semua tempat pelatihan untuk menghentikan aktivitas sampai keterangan lebih lanjut.
Operator Trans, tolong sambungkan aku pada Kapten Pesawat NVS-34 sekarang!”
Serentak, para operator yang ditunjuk langsung melaksanakan tugasnya. Kakek Zappeto-pun kini memberitahukan pada Kapten pesawat sebrang bahwa akan ada sesuatu yang serius terjadi.
*Dziiing….
“Ughhh…” aku tiba-tiba merasakan nyeri dan desingan di dalam kepalaku
ŤĚӍßӒĶĶĶ!…
“Dzofii! Kau tidak apa-apa?”
“TEMBAKKK!…”
“DZOFII! Ada apa denganmu? Apa maksudmu berteriak begitu” Tanya Antho
“Ehh?.. aku..”
Ternyata tanpa sadar, aku ikut meneriakkan apa yang sesuatu teriakkan dalam kepalaku. Jangan-jangan aku terhubung dengan mereka.. itu artinya…
“SEMUANYA.. KITA SEDANG DISERANG… SEGERA BERLIN….”
SWIIIINGGGG….
DRUARRR!
BRUARR! BRUAR!…
.
.
…
“Ugghh..” aku kini tersadar, sepertinya aku sempat terguncang sehingga aku terbentur cukup keras, terutama dikepalaku.
Serr.. tess..
Ahh.. ada sesuatu yang basah dikepalaku..
“Da.. darah!”
Akupun segera bangkit, rupanya semua yang ada diruangan ini mengalami benturan juga…
Aku lalu berjalan menghampiri Kapten yang tak sadarkan diri
“Kapten.. bangun Kapten… Kakek Zappeto!”
Ia tak kunjung bangun, akupun mencoba membangunkan para spiritualist yang berada disini, yaitu Kak Gaza, Antho dan Chandra…
“Apa yang sudah terjadi..”
“Kita sudah diserang oleh sesuatu, sekarang tolong Kak Gaza sembuhkan Kakek Zappeto, dan Antho, Chandra.. kalian sembuhkan Kak Rolf dan yang lainnya…”
Nampaknya dampak serangan berakibat cukup parah, sepertinya semua penumpang pesawat ini sebagian besar mengalami benturan yang keras karena tak terduga…
Ini.. ini tak bisa dibiarkan lebih lama, Kita tidak boleh terlalu lama berdiam! Harus bergerak dan melakukan sesuatu sebelum serangan susulan tiba!
Akupun segera mengambil mikrofon yang ada dimeja kapten dan menyalakannya
“[BANGUNN! KALIAN SEMUA YANG SUDAH SADAR! SEGERALAH TOLONG REKAN KALIAN YANG BELUM SADARKAN DIRI, BAIK KENAL MAUPUN TIDAK!]”
“[SEGERA IKUTI INSTRUKSI KU BILA KALIAN INGIN SAMPAI KE PLANET NOVUS DENGAN UTUH DAN SELAMAT!]”
“[KU ULANGI! SEGERA IKUTI INTRUKSI KU BILA KALIAN INGIN KE PLANET NOVUS DENGAN UTUH DAN SELAMAT!]”
“[SEGERA BERKUMPUL KE AULA PUSAT, SEGERA KE AULA PUSAT, BERBARIS! BUAT KELOMPOK SESUAI KELAS KALIAN MASING-MASING!]”
Akupun melihat mereka melalui CCTV, mereka kini berkumpul dan berbaris di aula sesuai yang aku perintahkan
“[BAIKK! SPIRITUALIST! SEGERALAH KERUANG KESEHATAN DAN RAWAT MEREKA YANG TERLUKA!
RANGER! KALIAN ANTARKAN MEREKA YANG TERLUKA KERUANG KESEHATAN DAN BANTU PARA SPIRITUALIST MENJADI TENAGA MEDIS!
SPECIALIST! AHLI MEKANIK PESAWAT! SEGERA AMBIL PERALATAN UNTUK MEMBENARKAN BAGIAN PESAWAT DAN SEGERA PERBAIKI BAGIAN YANG RUSAK!
WARRIOR! SEGERA GUNAKAN KEMAMPUAN FISIK KALIAN UNTUK MENENTENG PERALATAN PARA SPECIALIST! DAN JUGA GUNAKAN SEMUA YANG BISA DIGUNAKAN UNTUK MENAMBAL BAGIAN YANG RUSAK!
SEKARANG BERGERAK! BERGERAK! BERGERAK!…]”
Melalui CCTV, aku lihat mereka mulai bergerak berhamburan, sesuai perintah yang aku berikan.
*Piip..
Pesan masuk dari bagian belakang pesawat
“[Tu.. Tuan, bagian yang paling rusak adalah bagian belakang, khususnya garasi tempat penyimpan pesawat tempur, nampak di sini hanya satu pesawat tempur yang tersisa, itupun dalam kondisi yang tidak prima sepertinya]”
“Baiklah, suruh mereka pusatkan pembenaran pada area belakang yang rusak, dan buat kelompok dari beberapa orang untuk memebenarkan pesawat itu!”
“[Baik Tuan!]”
“Dan sementara ini, kau kutunjuk sebagai pemimpin Specialist Warrior!”
“[Baik Tuan, saya akan melakukan yang terbaik]”
*piip…
“Hei Dzofi, apa yang terjadi?” Tanya Ryan yang sudah mulai pulih
“Ah, Ryan, kau sudah sadar.. kita telah mengalami serangan, dan sekarang aku sedang memberi intruksi pada semua penumpang pesawat ini” jelasku
“Wahh.. kau bisa juga.. sampe dipanggil Tuan, ngomong-ngomong itu ada pesan masuk minta dikonfirmasi tuh” ujar Ryan sambil menunjuk tombol yang berkedap-kedip..
*Titt..
Akupun menekan tombol itu, dan kini pesan masuk, namun ternyata ini bukanlah besan suara maupun pesan teks, melainkan pesan video langsung yang terhubung dengan layar besar di depanku.
“[Apa yang barusan saja terjadi.. Hee.. dimana Kapten?]” ucap seseorang yang tuanya sama seperti Kakek Zappeto dengan baju Kapten pesawat.
“Kapten Zappeto sedang tidak sadarkan diri saat ini” jawabku memberitahukan keadaannya
“[Baiklah, dengan siapa sekarang aku berbicara?]” tanyanya lagi
“Baydzofi.. Baydzofi Hardji”
“[Baydzofi Hardji?…]”
Mendengar balasannya yang seakan ragu, akupun menarik nafas dalam dan menjawab
“Ma.. Maximus Baydzofi Hardji!” ucapku lantang
“[Ohh.. ba.. baiklah Maximus, apa yang baru saja terjadi? Pesawat kami mengalami goncangan yang keras, apakah kita diserang?]”
“Ya Kapten, sepertinya kita mendapat serangan dari musuh yang tak kita ketahui, ia baru saja menyerang dengan sinar partikel jarak jauh, pesawat angkasa kami mengalami kerusakan bagian belakang, bagaimana denganmu?”
“[Beruntung, tepat sebelum itu terjadi, Kapten Zappeto memintaku untuk bersiap siaga dan mengaktifkan barrier…]”
“Barrier… oh baguslah, oh ya Kapten, bagaimana dengan kondisi pesawat tempur mu?”
“[Sebentar, biar kuperiksa…
Semuanya dalam kondisi baik Maximus]”
“Tolong segera lepas landaskan mereka semua, sepertinya mereka akan melancarkan serangan balik”
“[Baiklah Maximus..]”
*tiitt…
“Huh.. Maximus Baydzofi Hardji? Gak buruk..” sindir Ryan yang berada disampingku
“Hehe.. biarinlah, daripada ribet” jawabku singkat
Beberapa saat berlalu, tiba-tiba kembali terdapat pesan video masuki
*tiitt..
“[Maximus…]”
“Ada apa Kapten?”
“[Ada beberapa pesawat tempur dalam jumlah besar yang mendekat kearah kita, dari rupanya sepertinya itu bukanlah milik bangsa Accretia maupun Cora, apa yang mesti kami lakukan?]”
“Begitukan?! Baiklah Kapten, kuminta tetap dalam posisi siaga, namun jangan memulai serangan terlebih dahulu… ” jawabku, lalu kulanjutkan dengan berbicara pada Ryan
“Ryan, tolong zoom gambar armada asing itu”
“Baik Maximus..” balasnya dan langsung memfokuskan zoom kearah mereka,
Kini layar dihadapanku memuat gambar armada asing yang dimaksud, entah mengapa saat aku melihat mereka, mereka seperti tak asing bagiku…
Mu.. mungkinkah.. ini armada yang diberangkatkan dalam mimpi gue?! Tapi gue sendiri masih belum tau apa motiv mereka.
Setelah aku dapat mengingat mimpiku…
*Dziiing…
“Arghh…”
“[Ma.. Maximus.. kau tidak apa-apa?]”
…
ŤĚӍßӒĶĶӒŇ ӍӒŜŜ ӍĪŜŜĪĿĖ!…
“TEMBAKKAN MASS MISSILE!…”
“[Missile? Baiklah Maximus]”
“Tidak kapten… bukan itu maksud ku, mereka akan menyerang kita lagi dengan Mass Missile, missile beruntun!”
“[! Kalu begitu apa yang harus kita lakukan Maximus?!]”
“Perintah pesawat tempurmu untuk mengkover kedua pesawat angkasa kita, suruh mereka menembakkan misil itu sebelum mengenai kita!”
“[Baik! Lalu, bagaimana dengan Armada asing itu? Mereka datang dalam jumlah yang banyak, pasti mereka akan melakukan sesuatu]”
“Hemm…
Tidak usah pedulikan mereka Kapten, akan lebih baik bila dalam kondisi terdesak ini kita tidak menambah jumlah musuh” ucapku padanya, aku mengatakan itu karena aku tak mempunyai firasat apa-apa selain kalau mereka adalah armada yang ada dalam mimpi ku.
“[Baiklah Maximus, kuharap kau benar, semoga keberuntungan bersama kita, saya permisi dulu]”
*Tiitt..
*pipp… kini pesan suara kembali masuk
“[Lapor Tuan Maximus… pesawat tempur ini sudah berhasil kami perbaiki dan sudah siap untuk melakukan tinggal landas..]”
“Maximus?… eh! Siap untuk tinggal landas? Apa maksudmu?” tanyaku kaget
“[Ya, tadi ada seseorang yang mengirim kami pesan untuk menyiapkan pesawat ini untuk tinggal landas mengatasnamakan anda Tuan]”
Akupun segera melihat keadaan sekitar…
Rolf! Kemana dia?!
“Ryan?! Kak Rolf dimana?”
“Ehh.. dari tadi aku bangun dia dah gak ada” jawabnya
“Chandra! Kemana dia?!”
“Ah! Tadi setelah aku sembuhkan, kukira ia sedang berbaring disana”
Gawat! Pasti dia melakukan yang enggak-enggak!
Setelah kutanya pada Chandra dan Ryan, aku kembali berbicara pada ahli mekanik
“TAHAN! Tahan dia, siapapun yang mencoba menaiki pesawat itu!”
“Ryan, ambil alih!”
Kini aku memanfaatkan kekuatan ku yang tersisa dan bakatku dalam class meeting ; lomba lari antar divisi, aku biasa memenangkan juara satu dalam lari jarak jauh, dan sekarang, aku berharap sangat pada bakat ku ini…
Drap.. Drap.. Drap..
“Tapi bagaimana dengan orang-orang yang kau tinggalkan? Bukankah untuk melakukan teknik mu itu kau tidak bisa melakukannya sendiri?!” -Prof. Dr. Zappeto (Multi Talented Oldman)- Ch. 4 |
CHAPTER 8 END.
Next Chapter > Read Chapter 9:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-9/
Previous Chapter > Read Chapter 7:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-7/
List of Journey For Identity Chapter:
https://www.pejuangnovus.com/jfi-chapter-list