PEJUANGNOVUS

LAST RHAPSODY CHAPTER 1 – THE DAY LIFE

Last Rhapsody
Penulis: Elwin


3 tahun telah berlalu sejak kejadian Ozma, meski Arcadia menjadi penguasa tunggal Novus bukan berarti semuanya bergabung dengan Arcadia. Ada juga beberapa yang membentuk fraksi atau kelompok sendiri. Meski begitu mereka sampai sekarang sama sekali tidak ada yang berminat untuk memulai perang lagi. Koloni-koloni kosong yang sebelumnya ditinggalkan oleh ketiga bangsa itu dimanfaatkan oleh Arcadia sebagai tempat tinggal baru. Karena sudah bertekad membuang perbedaan, semua sistem dikoloni dirombak ulang. Sekarang semua orang bisa saling mengunjungi koloni-koloni dengan menggunakan portal, bahkan Guard Tower pun sudah diubah oleh para Specialist sehingga hanya menargetkan monster saja.

Setelah Ozma musnah, semua mineral di tambang Crag menghilang, mengingat tertulis dibuku yang ditemukan dikuil tua itu, dimana semua mineral itu adalah perwujudan dari aura Ozma, maka hal ini tidak terlalu mengherankan. Meski sudah kosong tambang Crag tidak ditutup, orang-orang masih bebas untuk pergi disana, beberapa orang menggunakannya sebagai tempat refreshing, ada juga yang bernostalgia ditempat itu, tapi tidak ada yang berani mendekati tambang tengah, sesuai perintah Master bahwa tambang tengah tidak boleh didekati dan sudah disegel. Walau sudah disegel, aura aneh yang keluar dari tambang tengah masih saja bisa dirasakan, untungnya sampai sekarang masih belum memberikan efek apapun. Yang jadi misteri adalah sampai saat ini tidak diketahui bagaimana keadaan ketiga chip itu. Sejak musnahnya Ozma, ketiga chip yang harusnya berada diatas tambang tengah mendadak hilang tanpa bekas. Semua orang sudah berusaha untuk mencari ketiga chip itu, tapi sama sekali tidak ada jejaknya.

Koloni Bellato, mungkin tidak bisa dibilang koloni khusus Bellato lagi karena ada juga Cora dan Accretia yang tinggal disana. Nampaknya sudah menjadi hal yang biasa melihat campuran bangsa hidup disatu koloni. Semua orang berusaha mempelajari bahasa bangsa lain supaya hubungan mereka semakin akrab, tentu saja sebelumnya dibantu dengan Talk Jade. Miriam masih tinggal dengan orang tuanya dikoloni tersebut, awalnya ibunya masih sedikit kesal karena dianggap pembelot dan harus tinggal bersama dengan bangsa lain, namun lama-lama diapun mulai terbiasa dengan keadaan ini. Beberapa orang juga awalnya merasa tidak enak untuk tinggal bersama, mengingat dulunya mereka terus berperang, tapi mereka harus membuang perasaan seperti itu karena sekarang sudah damai, para Master juga sudah mengatakan jika memang ingin hidup damai lupakan semua perselisihan yang dulu.

Pagi itu adalah pagi yang cerah, Miriam sudah bersiap-siap untuk keluar. Sebelum pergi dia pamit pada orang tuanya “Ayah, Ibu, aku ke tempat Vinze dulu yah. Mungkin pulangnya agak malam.” Ibunya bergegas menghampirinya sambil membawa bungkusan kecil berkata “Tunggu Miriam, ini bawa sedikit makanan. Tidak baik mengunjungi tempat orang dengan tangan kosong. Hati-hati dijalan yah.” Miriam menerima bungkusan itu lalu mengangguk dan melangkah pergi. Ibunya menatap dia pergi beberapa saat lalu berkata pada suaminya “Pemuda yang bernama Vinze itu benar-benar baik yah, dia juga tampan dan sopan. Jangan-jangan dia suka dengan putri kita.” Ayah Miriam yang sedari tadi disamping istrinya membalas “Kalau dia memang menyukai putri kita, aku tidak melarangnya. Sekarang ini sudah banyak pernikahan campur, jadi hal ini sudah tidak terlalu mengherankan.” Istrinya mengangguk berkata “Memang benar, padahal awalnya semua masih agak canggung dengan semua ini, tapi cepat sekali sudah terbiasa yah.” Dia nampak berpikir sedikit lalu berkata lagi “Tapi yang aku herankan ada 1 lagi, Accretia yang waktu itu…” Suaminya yang mendengar itu langsung membalas “Maksudmu Raxion, kenapa dengannya?” Istrinya menggeleng sedikit berkata “Ah… tidak. Aku Cuma heran sampai sekarang sepertinya dia tidak kelihatan lagi.” Suaminya menatapnya berkata “Bukankah Miriam bilang kalau dia sedang pergi mencari Bellato nomaden? Berarti sampai sekarangpun dia belum kembali yah?” Istrinya juga sedikit bingung menjawab “Mungkin saja. Atau bisa saja dia sekarang tinggal disana”

Miriam berjalan dengan langkah ringan, didalam koloni keadaan sudah benar-benar berubah. Beberapa tempat yang biasanya hanya ditempati pedagang Bellato saja, sekarang muncul juga pedagang Cora dan Accretia. Karena sudah melupakan peperangan, semua orang menampakkan wajah yang bahagia, aura santai juga terasa dikoloni. Ketika berjalan kearah portal mendadak Miriam mendengar ada yang memanggilnya “Kak Miriam!” Miriam membalikkan badannya dan melihat siapa yang memanggilnya, rupanya Feena dan Schlafe, nampaknya mereka sedang berjalan-jalan melihat barang dagangan. Mereka berjalan mendekati Miriam, Miriam menyapa mereka “Siang Feena, siang Schlafe.” Feena membalasnya dengan senyum “Siang juga kak Miriam.” Sedangkan Schlafe sedikit membungkuk memberi salam “Siang kak Miriam”. Miriam melihat ke kiri dan kanan, lalu dia bertanya pada Feena “Kok kalian sendirian? Mana EL Lupin?” Feena menjawab “Paman Lupin awalnya mengajak kami untuk memilih hadiah, karena sebentar lagi katanya kak Friska ulang tahun. Karena masing-masing ingin memberikan kejutan makanya kami pisah sebentar untuk memilih hadiah.” Miriam sedikit mengangguk lalu berkata “Ow, sebentar lagi Friska ulang tahun yah, berarti saya juga harus menyiapkan hadiah nih. Kalau begitu apa yang kalian beli?” Feena menunjukkan barangnya, sebuah jam tangan dengan desain unik untuk wanita, sedangkan Schlafe juga menunjukkan barangnya, sebuah dompet wanita. Melihat itu Miriam tersenyum menjawab “Bagus juga.” Feena dan Schlafe tersenyum bangga.

Lalu terdengar ada yang memanggil mereka “Feena! Schlafe!” Mereka menoleh, rupanya El Lupin yang memanggilnya, dia juga membawa sebuah kantong yang nampaknya berisi hadiah. Feena berbalik lalu berkata “Kalau begitu kami pamit dulu yah kak Miriam.” Schlafe juga berpamitan dengan Miriam “Kami permisi yah, kak Miriam.” Miriam membalas mereka “Baiklah, hati-hati yah.” Lalu mereka berdua berlari ke El Lupin. Sejak pertempuran terakhir, hubungan Miriam dengan penduduk Arcadia yang tinggal di koloni Bellato semakin dalam, terkadang dia bertemu dengan beberapa orang dan semakin akrab. Seperti Ichi dan Stars yang memutuskan untuk tinggal di koloni Bellato adalah tetangga Miriam, sekarang anak mereka bertambah 1.

Miriam memasuki portal, lalu dia memilih tujuannya yaitu koloni Cora. Memasuki koloni Cora. Suasana di koloni tersebut tidak begitu berbeda dengan koloni Bellato, banyak pedagang-pedagang baru yang berjualan seperti halnya di koloni Bellato, perkawinan campur pun juga bisa terlihat disini. Miriam berjalan ke tempat tinggal Vinze, dia juga menyapa beberapa orang yang dikenalnya sambil lewat. Sesampainya di tempat tinggal Vinze, dia mengetuk pintu dan terdengar suara yang membalas “Masuk.” Pintunya bergeser kekiri dan Miriam melangkah masuk. Tempat tinggal Vinze seperti halnya tempat tinggal biasa, hanya saja terdapat banyak bahan-bahan dan hasil penelitian, selain itu juga nampak banyak berkas-berkas. Meski begitu semuanya tersusun rapi, jadi tidak tampak berantakkan. Vinze nampaknya sedang mencatat sesuatu didepan sebuah tanki besar, tanki itu nampaknya berisi anak Flem yang sedang tidur.

Melihat yang masuk adalah Miriam, Vinze langsung meletakkan catatannya dan menyambutnya “Hallo Miriam, lama tidak ketemu nih. Bagaimana kabarmu?” Miriam menjawabnya sambil menyerahkan bungkusan yang dibawanya “Baik kok, ini ada pemberian ibuku.” Vinze menerimanya dan meletakkan diatas meja, dibukanya bungkusan itu dan melihat isinya. Kue pai khas Bellato “Wow, kayaknya enak nih, kebetulan juga aku agak lapar. Ayo kita makan sama-sama, aku ambil minuman dulu.” Ujarnya sambil menarik kursi untuk Miriam, lalu ke ruangan sebelah untuk mengambil minuman. Lalu merekapun makan sambil berbincang sedikit, Vinze bertanya “Ngomong-ngomong apa ada kabar dari Raxion?” Miriam minum sedikit lalu menggeleng kepalanya “Tidak ada sama sekali, kemarin saya ke koloni Accretia untuk melihat-lihat, saya bertemu dengan Rihou dan Qirin. Mereka baru pulang berlatih dari luar koloni, jadi saya bertanya apa mereka melihat Raxion dan mereka tidak melihatnya.” Vinze menelan pienya lalu berkata “Hm… apa dia masih tinggal di pemukiman Bellato itu yah? Lagian katanya mereka hidup berpindah-pindah.”

Pintu terbuka dengan tiba-tiba, nampak kakek Vinze, Suiwen, masuk sambil membawa beberapa buku dan berkata “Vinze, ini buku yang kemarin kamu cari bukan…?” Belum dia selesai berbicara, dilihatnya ada Miriam lalu berkata “Oh nak Miriam, lama tidak jumpa yah.” Miriam berdiri lalu membungkuk sedikit menyapa Suiwen “Siang kakek Suiwen. Kebetulan kami sedang makan, mau ikutan?” Suiwen menjawab dengan nada menggoda “Hohoho… tidak apa-apa, kalian makanlah. Aku tidak akan mengganggu sepasang burung yang sedang jatuh cinta.” Mendengar kata-kata itu muka Miriam mendadak memerah, sedangkan Vinze yang sedang minum langsung menyemburkan minumannya dan sedikit terbatuk, dengan sedikit salah tingkah dia berkata “Kakek, apa yang kakek katakan?” Suiwen tertawa terbahak-bahak “Hahaha… Anak muda memang enak yah, setiap saat selalu musim semi.” Vinze lalu membersihkan mulutnya dan berkata pada Miriam “Ayo deh, kita ke pelelangan. Ada sesuatu yang mau kujual.” Miriam yang mukanya masih agak merah mengangguk, lalu mereka berjalan ke pintu.

Tapi sebelum melangkah keluar Suiwen tiba-tiba memanggilnya “Oh ya Vinze, ini ada barang untukmu tadi. Tadi aku bertemu dengan seseorang dari Federasi Pengantar Barang, katanya barangya dialamatkan untukmu, jadi kuambil saja sekalian.” Suiwen memberikan sebuah bungkusan kecil padanya, Vinze menerimanya lalu mengucapkan terima kasih “Ok, thanks yah kek.” Lalu dia dan Miriam berjalan keluar. Federasi Pengantar Barang adalah bangsa Bellato yang bertugas melakukan pengiriman barang, seperti tukang pos, baik dalam koloni maupun diluar koloni. Mereka mengirimkan barang kemana saja asalkan tempatnya jelas, bahkan ke Ether sekalipun. Federasi ini berdiri sendiri dan tidak terikat dengan Arcadia, jadi hasil yang mereka dapatkan adalah murni milik sendiri. Selain itu mereka jugalah yang paling sering mengelilingi Novus

Setelah agak menjauh, Vinze berkata “Maaf dengan sikap kakekku tadi. Dia terkadang memang agak aneh.” Miriam sedikit menggeleng membalasnya “Tidak apa-apa kok, menurut saya kakekmu menyenangkan. Coba keluarga saya juga begitu” Vinze tersenyum sedikit menjawab “Keluargamu juga menyenangkan kok, waktu itu aku juga pernah ketempat tinggalmu bukan? Mereka menyambutku dengan baik, apalagi ayahmu itu, berbicara dengannya sangat menyenangkan. Masakan ibumu juga enak semua.” Miriam berkata dengan sedikit malu “Sebenarnya sekarang ini saya juga sedang belajar memasak, tapi sepertinya tidak begitu bagus.” Vinze yang mendengar itu menyemangatinya “Oh ya, berarti kapan-kapan aku harus mencobanya nih. Kalau kamu berusaha kamu pasti bisa.” Miriam tersenyum bahagia menjawab “Terima kasih, kapan-kapan saya bawa deh.” Lalu dia berkata dengan suara kecil yang nyaris tidak terdengar “Sebenarnya saya belajar memasak juga untukmu kok.” Vinze yang tidak mendengarnya karena terlalu kecil bertanya “Ya? Kamu bilang apa?” Tentu saja Miriam sedikit malu untuk menjawab, dia berkelit berkata “Aku cuma bilang kasihan yah Raxion, diakan tidak punya mulut jadi tidak bisa mencoba masakan ibu.” Mendengar itu Vinze tertawa sedikit berkata “Benar juga yah, agak kasihan juga nih.” Miriam hanya tersenyum, dalam hatinya berkata ‘Dasar Miriam bodoh…. Padahal tadikan kesempatan bagus.’

Mereka sampai di portal, lalu Vinze mengakses tujuan ke Istana Haram. Sesampainya disana nampaklah pemandangan yang luar biasa, jika sebelumnya Istana Haram hanya dipenuhi oleh Cora, maka semua bangsa memadati daerah itu untuk melihat mesin lelang dan juga melakukan pertukaran barang, sama halnya dengan Armory 213 dan Benteng Solus. Vinze mengajak Miriam ke salah satu mesin lelang, didepan mesin lelang itu Vinze tombol yang bertuliskan ‘Penjualan’ lalu keluarlah sebuah layar kecil, dilayar itu biasanya berisi barang apa yang sudah dimasukkan di mesin tersebut beserta harganya. Vinze mengamati layar tersebut dan melihat kalau barang yang diletakkannya 2 hari yang lalu, yaitu sebuah Favor Talic dan sebuah Cincin penambah kekuatan serangan 15% milik bangsa Bellato belum terjual. Selain mengubah portal, Specialist juga berusaha mengubah mesin lelang di tiap-tiap tempat. Jika biasanya barang bangsa lain bisa dijual dengan memakai mata uang milik bangsa sendiri, maka mereka mengubahnya menjadi bisa memakai mata uang bangsa yang bersangkutan.

Melihat hal itu dia menekan tombol ‘Pengubahan Harga’ dan muncul layar baru yang meminta dia memasukkan sejumlah angka. Setelah selesai dia menekan tombol ‘Ok’, layar baru keluar dan memberitahu kalau perubahan harga sudah dilakukan. Lalu dia kembali menekan tombol ‘Memasukkan Barang’, panel besar didepannya terbuka dan menampakkan sebuah lubang. Vinze merogoh kantongnya dan mengeluarkan sebuah Force Reaver, melihat itu Miriam bertanya “Apa itu?” Vinze menjelaskan “Force Reaver Elite Air, Kemarin aku salah menggabungkan 2 Force Reaver Basic dan Expert, jadinya bukan Force yang kuinginkan. Karena tidak terpakai jadi aku berpikir untuk melelangnya.” Miriam mengangguk menjawab “Ow…”

Vinze menjatuhkan Force Reaver ke lubang tadi, lalu pintu panel itu menutup dan mesin lelang mulai menganalisa barang tersebut. Kemudian keluar layar yang bertuliskan “Anda meletakkan sebuah Force Reaver, mata uang apa yang ingin anda pakai?” Dibawahnya terdapat 2 pilihan, Bellato dan Cora. Vinze memilih keduanya lalu menekan ‘Ok’ Layar tersebut menutup dan keluar layar baru yang meminta Vinze memasukkan harga Force Reaver itu, Vinze menekan beberapa angka lalu menekan tombol ‘Ok’ Keluar sebuah layar lagi yang memberitahukan barang sudah diletakkan di daftar lelang dan jangka waktu pelelangannya adalah 5 hari.

Menu pilihan kembali ke awal, kali ini Vinze memilih tombol ‘Pembelian’. Keluar layar kosong dihadapannya, lalu dia memilih kategorinya, yaitu Senjata, Tongkat, dan ranknya Elite. Kemudian layar itu menampilkan semua daftar tongkat Elite, diamatinya satu persatu dan akhirnya dia mendapati apa yang dicarinya. Sambil tetap menatap ke layar itu dia berkata pada Miriam “Coba lihat nih, Strong Intense Hora Staff, harganya cuma 3.000.000 Disena lho.” Miriam mengamati barang yang dimaksud Vinze, lalu dia melihat ke kanan daftar tersebut dan melihat slot yang dimiliki tongkat itu cuma 3. Dia menatap Vinze berkata “Slotnya cuma 3, apa kamu yakin ingin membelinya?” Vinze mengangguk berkata “Tidak masalah, aku tidak terlalu mempermasalahkan jumlah slotnya. Sudah lama aku ingin Strong Intense Hora Staff, hanya saja sampai kemarin harganya masih mahal-mahal. Kemarin ada yang jual 2 slot harganya sampai 5.000.000 Disena.”

Vinze melihat ke samping dan bertanya pada Miriam “Apa kamu tidak mau beli senjata Hora? Kurasa kamu sudah pantas memakainya sekarang” Miriam menggeleng kepalanya menjawab “Beberapa hari yang lalu Friska memberikan Intense Hora Bow miliknya yang dulu. Dia bilang sudah tidak ingin memakainya lagi, dia cuma ingin hidup damai bersama El Lupin sambil membesarkan Feena dan Schlafe.” Vinze hanya mengangguk berkata “Ow..”, lalu dia menekan tombol disamping daftar barang itu, keluar layar yang menanyakan apakah ini barang yang diinginkannya. Vinze menekan tombol ‘Ya’, sebuah panel kecil disampingnya terbuka dan keluar layar baru lagi yang meminta dia memasukkan jumlah uang yang dimaksud. Dirogoh sakunya dan mengeluarkan uang 3.000.000 Disena dan memasukkannya. Setelah mesin itu memeriksanya, sekali lagi panel besar tadi terbuka dan keluarlah tongkat Strong Intense Hora Staff tadi. Setelah mencabutnya pintu panel itu kembali menutup.

Vinze mengamatinya sebentar lalu berbalik menghadap Miriam berkata “Ayo kita pergi, ada seseorang yang ingin kukunjungi.” Miriam mengangguk lalu mengikuti Vinze berjalan ke portal. Vinze mengakses portal tujuan ke koloni Accretia, kemudian mereka diteleport ke koloni tersebut. Sesampainya disana Miriam berkata “Untung mereka sudah memasang pendingin yah.” Vinze mengangguk tanda setuju. Karena Accretia adalah bagsa cyborg, mereka bisa mengatur suhu tubuh mereka dan tidak pernah kedinginan ataupun kepanasan, mengingat sekitar koloni ini adalah gurun. Tapi ketika Arcadia menduduki koloni ini, tentunya mereka berpikir bangsa lain mungkin tidak akan bisa tahan dengan suhu disini. Karena itulah akhirnya pendingin dipasang supaya Cora dan Bellato tidak kepanasan dan merasa nyaman di koloni itu.

Vinze mengajak Miriam berjalan menuju ke lantai 2 koloni. Dekat portal masuk koloni, terdapat sebuah toko. Sambil berjalan ketoko itu, Miriam bertanya “Kenapa kita ke toko itu?” “Awalnya toko itu kosong, tapi beberapa tahun yang lalu ada 2 orang Specialist Accretia, Battle Leader dan Scientist, yang memakai toko tersebut untuk membuka jasa memasukkan Talic ke senjata, menggabungkan senjata atau membuat senjata dan perlengkapan. Hebatnya mereka jarang gagal.” Jelas Vinze. Miriam dapat melihatnya seorang Accretia yang nampaknya sedang menempa Hora Sword. Vinze menyapanya “Oi ReefQee!” Yang dipanggil menoleh, ketika dilihatnya yang memanggilnya adalah Vinze, dia meletakkan Hora Swordnya dan menyambutnya “Hei Vinze, apa kabar? Bagaimana dengan tongkatmu yang sudah kumasukkan Chaos Talic minggu lalu?” Vinze membalasnya dengan nyengir sedikit “Yup, hasilnya cukup memuaskan. Berkat itu serangan forceku naik sedikit sewaktu melawan Calliana di Ether 3 hari yang lalu.” ReefQee tertawa sedikit, dia melihat Miriam, yang membungkuk memberi salam, dan bertanya dengan nada menggoda “Jadi sekarang kamu membawa cewekmu untuk ‘ditempa’ yah?” Miriam yang mendengar itu wajahnya memerah, sedangkan Vinze berusaha mengalihkan pembicaraan dengan bertanya “Oh ya dimana Kundza?” ReefQee menjelaskan “Aku memintanya membeli beberapa bahan dari ‘suplier’ kami. Ada orderan yang meminta membuat perisai Bellato dan kami kehabisan baham, sejak Persatuan ini berdiri orderan kami semakin banyak.”

Setelah beberapa saat, ReefQee bertanya “Jadi ada apa hari ini datang?” Vinze mengeluarkan tongkat tadi dan menyerahkan padanya sambil berkata “Bisakah kamu menempanya? Penuhin saja slotnya tidak masalah.” ReefQee memeriksa tongkat itu beberapa saat, lalu dia menatap Vinze berkata “Tidak masalah. Kamu ingin dimasukkan apa kedalamnya?” Vinze menjawab “Yah seperti biasanya, Iggnorant Talic.” ReefQee mengangguk “Baiklah, ditambah batu-batu Gem, maka biayanya 4.000.000 Disena yah. Harga spesial untukmu lho. Datanglah 30 menit lagi.” Vinze mengangguk tanda setuju. ReefQee membalikkan badannya dan berjalan ke tokonya, dia mulai mengeluarkan kotak yang berisi bahan-bahan. Vinze menatap Miriam berkata “Ayo kita jalan-jalan saja dulu.” Miriam mengangguk, sebenarnya dia juga agak penasaran dengan kerja para Specialist, tapi dia ingin jalan-jalan berdua dengan Vinze.

Mereka turun ke lantai 1 koloni, kali ini Miriam memberanikan diri untuk menggenggam tangan Vinze selagi mereka berjalan berkeliling koloni sambil lihat-lihat, tapi dia masih saja tidak berani melakukan hal itu. Melihat gelagat Miriam yang agak aneh, Vinze mendekati dia dan bertanya “Ada apa denganmu?” Karena muka mereka tiba-tiba berhadapan dan dekat, Miriam jadi sedikit gugup. Untuk menyembunyikannya Miriam memulai pembicaraan “Oh ya, paket yang kamu terima tadi pagi. Itu dari siapa yah?” Vinze tiba-tiba disadarkan berkata “Oh ya, tadi belum lihat siapa pengirimnya.” Dia merogoh kantongnya, sedangkan Miriam memalingkan wajahnya dan memegang dadanya, dalam hati dia berkata ‘Hampir saja jantungku copot.’

Tiba-tiba Vinze berteriak kecil, kontan Miriam kaget dan bertanya “Kenapa?” Vinze menunjukkan nama pada paket itu, disana tertulis nama Raxion. Melihat itu Miriam berkata pada Vinze “Ayo cepat buka.” Ketika paket itu dibuka, didalamnya terdapat sebuah mesin kecil. Mesin itu sebesar telapak tangan, dipermukaan atasnya terdapat sebuah layar kecil dan beberapa tombol dibawahnya. Vinze yang melihatnya menyadari apa alat itu “Inikan surat video.” Mereka saling bertatapan, lalu mencari tempat yang agak sepi. Setelah itu Vinze menekan tombol yang bertuliskan ‘Play’, keluar gambar hologram Raxion setengah tubuh.

Hologram itu mulai berbicara “Apa kabar Vinze, Miriam? Lama tidak jumpa yah. Sebenarnya sudah lama aku ingin mengirimkan surat, tapi tempat tinggal yang dulu itu sama sekali tidak dilewati Federasi Pengantar Barang. Aku mengirimkan surat ini untuk bertanya apakah kalian ingin mengunjungiku? Sebenarnya sudah lama aku ingin mempertemukan kalian pada penghuni Bellato disini, tetapi karena sering berpindah aku jadi agak susah untuk memberitahukan kalian lokasi kami. Sekarang ini kami sedang di Sheba Rowland dan sepertinya Horad berencana untuk tinggal lebih lama disini, katanya daerah ini lebih banyak monsternya jadi mereka bisa mengumpulkan persediaan mereka selama disini. Mendengar itu tentu saja aku berpikir ini kesempatan bagus untuk mengajak kalian kesini untuk bertemu dengan yang lain. Begitu melihat ada anggota Federasi Pengantar Barang yang lewat, aku segera membuat video ini. Aku juga sudah menyertai peta didalamnya, jika kalian berangkat dari ketempat kalian kurasa akan memakan waktu 3 hari untuk sampai. Ok deh, kita lanjutkan lagi pembicaraan kita nanti yah. Salam untuk keluarga kalian.”

Setelah selesai hologram itu mati. Vinze dan Miriam berpandangan sebentar, lalu Vinze memulai pembicaraan “Aku tak menyangka sekarang ini dia sedekat ini. Kita bisa berangkat secepatnya nih.” Miriam mengangguk, lalu berkata “Coba di cek dulu peta yang dimaksud Raxion tadi.” Vinze menekan tombol lain yang bertuliskan ‘Etc’, keluarlah sebuah peta hologram yang sudah ditandai. Vinze mengamati peta itu beberapa saat. Bintik menyala yang ada dipeta itu adalah tanda keberadaan Raxion sekarang, nampaknya perjalanan 3 hari yang dibilang Raxion adalah benar. Meski nampak dekat, bintik itu berada agak tengah di Sheba Rowland. Setelah mengerti Vinze mematikan peta, lalu berkata pada Miriam “Sebaiknya kita berangkat besok, jika terlalu lama aku takut mereka akan pindah lagi.” Miriam mengangguk sedikit tanda setuju, sambil melihat jam tangannya dia berkata pada Vinze “Sudah waktunya, kita bisa mengambil tongkatmu. Sekalian kita bisa membeli beberapa perlengkapan.”

Setelah menyimpan alat tadi, mereka sekali lagi berjalan ke toko ReefQee. Sesampainya disana, ReefQee yang melihat mereka langsung menyambut mereka berkata “Pas sekali, nih tongkatmu sudah jadi.” Vinze mengambil tongkatnya dan memeriksanya sebentar. Nampaknya dia puas dengan hasil kerja ReefQee, dia keluarkannya uang 4.000.000 Disena dan dibayarnya ReefQee. ReefQee sambil menerima uang itu berkata “Terima kasih.” Vinze menyimpan tongkatnya membalasnya “Oh ya, nampaknya aku akan keluar beberapa hari ini. Apa ada titipan?” ReefQee berpikir sebentar, dia menjetikkan jarinya berkata “Kalau bisa bawakan pelanggan deh.” Vinze tertawa berkata “Ok. Nanti akan kubawakan pelanggan yang banyak.”

Sehabis berpamitan mereka mengelilingi beberapa toko untuk membeli perlengkapan. Karena tidak tahu apa yang akan menghadang mereka selama perjalanan, jadi mereka menyiapkan beberapa obat-obatan dan sedikit makanan. Miriam juga membeli beberapa anak panah berelemen, sedangkan Vinze memperbanyak suplai Force Potionnya. Mereka memutuskan untuk membawa beberapa gulungan teleport, meski tahu kalau terlalu jauh dari koloni gulungan itu tidak akan berfungsi, mereka menyiapkan beberapa untuk jaga-jaga.

Dirasa keperluannya cukup, mereka kembali ke koloni Cora. Sebenarnya Vinze ingin mengantar Miriam kembali dulu, tapi Miriam menolaknya dengan alasan barangnya sedikit sedangkan barang Vinze lebih banyak. Sampai di tempat tinggal Vinze, dia menatap Miriam berkata “Kalau begitu besok siang kita berangkat. Aku akan ke tempatmu untuk menjemputmu.” Miriam membalasnya berkata “Baiklah. Selamat malam.” Vinze mengangguk membalasnya sambil tersenyum “Selamat malam, mimpi indah yah.”

Sesampainya dirumah, Miriam mencari orang tuanya untuk berpamitan “Ayah, ibu. Besok saya mau keluar bareng Vinze untuk mencari Raxion.” Ayahnya yang mendengar itu bertanya padanya “Bukannya Raxion sekarang hidup dengan Bellato nomaden dan mereka selalu berpindah-pindah? Bagaimana caranya kalian mencarinya?” Miriam menjelaskan tetang surat video yang diterima Vinze tadi, setelah selesai ibunya bertanya “Kalau memang begitu apa kamu sudah membeli semua keperluanmu?” Miriam mengangguk membalas “Tadi aku sudah belanja semua keperluan dengan Vinze kok. Jadi tidak usah kawathir.” Ayahnya yang melihat putrinya begitu semangat berkata “Sebaiknya kamu sekarang kamu siapkan semuanya dan istirahatlah.” Miriam yang mendengar itu segera kekamarnya dan menyimpan semua barang-barangnya ke tas, setelah dirasa cukup dia mandi dan langsung beristirahat. Sambil tersenyum-senyum sendiri dalam hatinya berkata ‘Besok bertualang berdua dengan Vinze nih, terima kasih yah Raxion.’ Akhirnya dia tertidur, kecapekan karena terlalu gembira.

Sementara itu Raxion yang di perkemahan Bellato nomaden celingak-celinguk sambil menggaruk-garuk pelipis kirinya karena merasa dibicarakan oleh seseorang.


CHAPTER 1 END.
Next Chapter > Read Chapter 2:
https://www.pejuangnovus.com/rhapsody-chapter-2/
Previous Chapter > Read Prologue:
https://www.pejuangnovus.com/rhapsody-prologue/
List of Last Rhapsody Chapter:
https://www.pejuangnovus.com/rhapsody-chapter-list/