LAST RHAPSODY CHAPTER 10 – LAST RHAPSODY
Last Rhapsody
Penulis: Elwin
Ketika Raxion dan yang lainnya sampai di tempat pertemuan, para Master nampaknya sudah selesai melakukan rapat. Melihat mereka datang, Eris membuka pembicaraan “Ah, kalian sudah kembali. Ada laporan kalau ketiga chip sekarang sudah berada di tambang tengah. Terima kasih atas usaha kalian.” “Kalau begitu sebaiknya kita sekarang segera ke tambang tengah sebelum pasukan Herodian…” Belum selesai Vinze berbicara, dari belakang muncul 2 orang, seorang Cora dan yang lainnya Bellato. Begitu sampai didepan Master, keduanya langsung berlutut. Rugardo mengenal mereka langsung bertanya “Kalian kalau tidak salah Tritas dan Amtrac dari menara pengawas bukan? Ada apa?” Cora yang d ipanggil Tritas segera menyampaikan laporan “Kabar buruk Master, Royal Guards terbunuh.” Mendengar itu semua kaget, terlebih para Master yang shock mendengarnya. Ashlan berdiri dengan penuh emosi “Jelaskan apa maksud kalian!”
Kali ini gantian Bellato yang dipanggil Amtrac menjelaskan “Ya! Tidak lama setelah chip ketiga melayang ditambang tengah, tiba-tiba kami mendengar suara aneh dari langit dan seberkas sinar muncul. Awalnya sinar itu kecil, lalu semakin melebar dan begitu sinar itu menghilang, dari dalamnya muncul banyak pasukan-pasukan asing yang belum pernah kami lihat.” Mendengar itu Vinze bergumam “Herodian…” Amtrac melanjutkan “Diantaranya kami melihat 3 orang yang bajunya berbeda dengan pasukan yang ada, nampaknya mereka bermaksud memasuki tambang tengah. Royal Guards berusaha menghalanginya, tapi mereka semua dalam sekejap sudah terbunuh. Kami yang melihat melalui teropong tidak bisa berbuat apa-apa.” Raxion nampaknya sudah tahu siapa salah satu dari ketiga orang itu, dia menatap Vinze sambil berkata “Rouf…” Vinze mengangguk “Ya, nampaknya tidak salah lagi.” Vinze menatap kedua orang itu bertanya “Berapa banyak pasukan musuh yang mendarat?” Tritas nampak berpikir sebentar “Terakhir kami melihatnya ada sekitar 800 pasukan, hanya saja sepertinya mereka masih akan terus mengirim pasukan lagi. Dari pengamatan kami sepertinya pasukannya berupa campuran prajurit jarak dekat dan jauh, selain itu ada juga beberapa yang badannya besar dan membawa senjata ukuran besar.”
Ashlan memberi perintah pada kedua orang tersebut “Baiklah, kalian terus amati perkembangannya, beritahu juga menara lain untuk memperketat pengawasan.” “Siap!” Keduanya langsung meninggalkan ruangan dan Rugardo mengambil alat komunikasi “PERHATIAN PADA SEMUA ORANG!” Suaranya terdengar tidak hanya di koloni Cora saja, semua daerah yang mencakupi wilayah Arcadia terdengar suaranya bergema. Semuanya langsung menghentikan aktifitasnya masing-masing dan mendengarkan dengan seksama. “PASUKAN MUSUH SUDAH MENDARAT DI DAERAH TAMBANG, DENGAN SANGAT MENYESAL AKU HARUS MENYAMPAIKAN KALAU ROYAL GUARDS SEMUANYA TERBUNUH.” Mendengar itu beberapa orang sedih, beberapa lagi penuh emosi.
“KARENA ITU.” lanjut Rugardo “SEKARANG INI KITA AKAN MELAKUKAN SERANGAN BALIK, KITA TIDAK BISA HANYA MENUNGGU MEREKA MENYERANG KITA. KITA AKAN MEMBUKA JALAN KE TAMBANG TENGAH, DISANA AKAN ADA ORANG YANG AKAN MENGHENTIKAN MEREKA MENGINVASI KITA. KARENA ITU BAGI MEREKA YANG BISA BERTEMPUR DAN INGIN BERTEMPUR AKU MOHON BANTUANNYA.” Begitu selesai menyampaikan pesan, keributan langsung terjadi, mereka semua mempersiapkan diri untuk bertempur. Eris menatap mereka berempat “Sebaiknya kalian semua bersiap-siap. Kita tidak tahu akan seperti apa perang ini.” Sehabis berkata begitu dia dan yang lainnya berjalan meninggalkan tempat itu.
Raxion dan yang lainnya juga meninggalkan tempat dan menuju ke tengah koloni. Bisa dilihat oleh mereka semua orang bersemangat mempersiapkan diri, terdengar dimana-mana teriakan-teriakan ajakan untuk membentuk tim, ada juga yang mengeluarkan perlengkapan terbaik mereka. Vinze mengatakan kalau dia ingin berdua dengan Miriam membeli beberapa perlengkapan di koloni lain, jadi dia meminta Raxion dan Reia berkumpul nanti di tambang daerah kerajaan. Raxion mengangguk “Baiklah, aku mengerti.” Lalu dia membawa Reia berjalan ke teleport untuk berpindah ke Armory 213. Setelah mereka pergi, Miriam tertawa misterius “Fufufufufu…” Vinze melihatnya dengan heran “Apa?” Miriam menyikut pinggangnya pelan “Kamu sengajakan, supaya Raxion dan Reia bisa bersama.” Vinze nampak salah tingkah “Uh… kau ngomong apa sih…”
Dia membawa Miriam ke tempat lain agak jauh dari keramaian “Memang sih itu salah satu tujuanku, tapi ada satu lagi.” “Eh?” Miriam nampak heran. Vinze mengambil nafas panjang, dia berbalik menghadap Miriam “Miriam, sebenarnya ada yang ingin kukatakan sejak dulu. Aku… aku… Aku suka kamu!” Hening sebentar, Miriam mulai meneteskan air mata dan sedikit menangis, Vinze kalang kabut menenangkannya “Kenapa kamu menangis, apa ada yang salah?” Miriam menggeleng pelan, sambil tersenyum dia membalas “Tidak, saya cuma senang kalau rupanya kamu juga menyukaiku. Sebenarnya sejak aku bertemu kalian di hutan itu, saya sudah mulai menyukaimu, hanya saja saya berpikir kamu adalah Cora, bagaimanapun juga tidak mungkin kamu akan menerimaku yang Bellato. Jadi aku sama sekali tidak berani mengutarakan perasaanku.” Tanpa pikir panjang Vinze memeluknya erat berkata “Bodoh, kalau tidak dibilang dulu mana kutahu.” Dia melepaskan sedikit pelukannya, keduanya bertatapan beberapa lama, Miriam memejamkan matanya, Vinze mendekatkan mukanya dan mulai mengecup bibirnya dalam, Air mata Miriam kembali mengalir tanda kebahagiaan.
Tidak jauh dari sana nampak Raxion dan Reia mengawasi mereka dari jauh, lalu mereka berbalik. Reia bertanya pada Raxion setelah cukup jauh “Darimana kamu tahu kalau Vinze akan menyampaikan perasaannya?” Raxion menjawab ringan “Insting, ketika dia bilang ingin berdua saja dengan Miriam aku sudah tahu ada yang aneh, jadi aku rasa dia ingin menyatakan perasaannya pada Miriam. Syukurlah, akhirnya dia memberanikan diri untuk melakukan itu, mereka berdua memang cocok.” Mereka sampai di Armory 213, Reia berdiri didepannya “Kalau begitu bagaimana dengan kamu, Valenth?” Raxion berjongkok mengelus kepalanya “Kamu tahu? Sewaktu kita bertemu didada ini ada suatu perasaan aneh, perasaan yang berbeda ketika melihat temanku terluka atau meninggal. Aku tidak tahu perasaan apa ini, tapi akhirnya aku tahu kalau ini adalah perasaan suka, cinta dan sayang.” Dia memeluk Reia “Aku menyukaimu Reia.” Reia balas memeluknya berbisik “Aku juga Valenth.”
Setelah membeli beberapa perlengkapan dari Sundries dan melihat lelang sebentar, Raxion mengajak Reia berangkat. Mereka mengakses portal dan menuju tambang tengah, disana Vinze dan Miriam sudah menunnggu, Raxion melihat Vinze memakai perlengkapan yang belum pernah dilihatnya “Apa itu?” Vinze menjelaskan “Ini baju ayahku, kata kakek baju ayahku sudah dimasukkan beberapa Talic, dia memberikannya padaku tadi.” Raxion mengangguk, dari belakang muncul ReefQee menyapa mereka “Yo, jadi kalian juga ikut ya.” “ReefQee.” Sahut Vinze kaget “Kok kau ada disini? Bagaimana dengan toko?” ReefQee mengibas tangannya “Tidak apa-apa, Kundza tadi diajak oleh mantan anggota guildnya untuk bertempur, masa aku tidak ikut? Jadi toko sementara kututup, oh ya bisa keluarkan senjata kalian tidak? Aku akan melakukan pemeriksaaan.” Semuanya mengangguk dan menyerahkan senjata mereka ke ReefQee, ReefQee memeriksa dengan seksama dan melakukan beberapa penyetelan pada senjata mereka.
Dia mengembalikan tongkat Vinze “Hora Staffmu dalam kondisi terbaik, tidak apa-apa.” Berikutnya dia mengembalikan Hora Bow milik Miriam “Bowmu juga tidak ada masalah, aku sudah memasukkan beberapa Ignorant Talic kedalamnya, sekarang kekuatannya akan lebih bagus.” Miriam menerimanya dan mengucapkan terima kasih “Bagaimana bisa kubayar ini?” ReefQee tertawa keras “Tidak apa-apa, setelah ini semua selesai saja baru diperhitungkan.” Sekali lagi Miriam membungkuk, lalu ReefQee menyerahkan Spadona dan Blu Terre “Spadonamu agak retak, sepertinya akibat pertarungan sebelumnya ya? Sebaiknya kau berhati-hati sedikit, aku sudah memperbaiki semampuku. Kalau Blu Terre tidak terlalu masalah” Raxion mengangguk lalu menyimpan kedua pedangnya.
Mereka mendengar suara aneh, dengan segera mereka berlari menuju ke bekas Chip Control Center dan mendapati pemandangan yang mengerikan. Sepanjang mata memandang pasukan Herodian yang memakai baju hitam terpapar dihadapan mereka, ada yang ukurannya besar, ada yang kecil, ada yang bawa pedang ada yang bawa senapan otomatis. Raxion melihat itu kaget “Ini… gila… jumlah apa-apaan ini, sudah melebihi bayanganku.” “JANGAN GENTAR!” terdengar suara Ashlan dari belakang, mereka menoleh dan melihat Ashlan memakai jirahnya, jirah merah menyala dan nampak besar. “Jangan gentar, berapapun banyaknya musuh kita bisa menghentikannya.” Raxion bertanya dengan heran “Anda juga langsung turun Master Ashlan? Bagaimana dengan Master Eris dan Master Rugardo?” “Mereka di daerah lain, mendengar musuh dalam jumlah banyak, kami memutuskan untuk menekan mereka dari tiga arah.” Jelas Ashlan.
Di daerah Cora, nampak Eris yang memakai jirah simpel yang berwarna putih dan sedikit ukiran emas, sedang memberi perintah pada pasukannya “Dengar bagaimanapun juga kita akan memukul mundur musuh, jangan sampai mereka mendekati portal kita mengerti!” Sedangkan daerah Bellato, Rugardo memakai baju Spiritualist biru tua miliknya yang berbeda dari baju Spiritualist yang biasa, dia memberikan instruksi pada pasukannya “Begitu sudah ada tanda, maka kita akan bergerak. Sekarang pakai semua skill pendukung yang kalian punya dan minum potion yang perlu!” Masing-masing pasukan terdiri dari campuran Accretia, Cora dan Bellato, selain itu juga campuran Warrior, Ranger, Specialist dan Spiritualist. Ini merupakan pasukan terbesar dan terkuat yang pernah ada dalam sejarah Arcadia.
Didekat portal Accretia, nampak Jaroocce berdiri memegang pangkal pedangnya yang ditancapkan ditanah, Jenoshiel mendekati Jaroocce berkata dengan penuh semangat “United Force bangkit lagi, bukankah begitu master Jaroocce.” Jaroocce mengangguk “Ah…” dia berbalik dan melihat prajurit Accretia dibelakangnya, diantaranya Inot dan yang lainnya, Xmagic, SchunederX dan Kundza serta anggota United Force lainnya. Dia langsung memberi perintah “Dengar, kita akan mengambil jalur kanan ini, dan kita akan membersihkan semua musuh yang ada di jalur ini, mengerti?” Linear maju menyerahkan bendera United Force pada Jaroocce, Jaroocce memandangnya sebentar, lalu diangkatnya tinggi-tinggi sambil berteriak “HIDUP UNITED FORCE!” Semuanya mengangkat senjatanya tinggi-tinggi membalas dengan penuh semangat “OUGH! OUGH! OUGH!”
Menara pengawas di tiga tempat menembakkan peluru asap, tanda persiapan tiga tempat sudah selesai. Para Master mencabut senjata Majesty mereka, dan mengacunkan kedepan memberi perintah “MAJU!” Semua pasukan maju dan mulai menyerang pasukan Herodian dan berusaha mendesak mereka mundur. Striker dan Gunner langsung menembakkan Launcher mereka dengan … buta, dibantu Spiritualist Cora dan Bellato, pasukan Ranger juga mengeluarkan semua kemampuan mereka dengan maksimal. Pasukan Herodian tidak tinggal diam, mereka mulai menembaki pasukan Arcadia, namun unit MAU bekerja sama dengan Paimon melindungi dan melakukan serangan ke pasukan Herodian. Ashlan maju menebas beberapa musuh dan mendorong mereka, nampak pasukan Herodian mulai kewalahan menghadapi mereka. Ashlan memberi perintah pada Raxion “RAXION! TEMBAK MEREKA DENGAN LAUNCHERMU, BEGITU JALAN SUDAH TERBUKA KALIAN SEGERA KE TAMBANG TENGAH. DISINI SERAHKAN SAJA PADA KAMI!”
Raxion mengangguk dan maju, dipasang Epochal Siege Kit dan melakukan pengisian tenaga. Begitu sudah 100% dia melepaskan tembakan, kekuatan tembakan itu begitu besar dan membuat pasukan Herodian yang berada dalam tembakan hancur oleh kekuatannya. Begitu jalan sudah terbentuk, dia segera menyimpan Launchernya dan mengendong Reia dan langsung mengaktifkan United Force Pligel, diikuti oleh Vinze dan Miriam. Mereka bertiga langsung melesat meinggalkan Ashlan, Ashlan bergumam pelan “Kuserahkan pada kalian.” Lalu dia kembali menebas beberapa musuh.
Jauh diatas Novus, Magnus mengamati pertempuran ditambang tengah lewat layar. Disampingnya muncul orang lain, dari bajunya nampaknya pangkatnya cukup tinggi, dia mendekati Magnus dan juga mengamati layar berkata “Apa tidak apa-apa menyerahkan ini pada Kolonel Rouf?” Magnus melihatnya sebentar lalu kembali menatap layar sambil menjawab “Apa kau meragukan kemampuannya, Brigjen Hort?” Hort membungkuk “Tidak, bukan itu maksudku, maaf kalau aku menyinggung perasaan anda Jendral Magnus.” “Kau harus tahu Hort, meski Rouf masih muda dan suka sembarangan, namun dia tidak boleh diremehkan. Bocah itu aku yakin dia pasti bisa mengejar posisiku dalam sekejap.” Jelas Magnus. “Sekarang ini kita serahkan pada dia, kita akan lihat potensialnya yang sesungguhnya.” Hort kembali menatap layar didepannya.
Raxion dan yang lainnya sudah mendekat pintu tambang, mereka bisa melihat kalau pintu tambang dirusak dengan paksa. Bersamaan dengan Raxion masuk kedalam, dari atas mendarat 2 orang mementalkan Vinze dan Miriam. Raxion yang melihat itu segera menghentikan United Force Pligelnya dan berbalik “Vinze, Miriam!” “Kami tidak apa-apa.” sahut Vinze sambil berdiri “Disini serahkan saja pada kami, kau cepat masuk ke dalam.” Sesaat Raxion nampak ragu, lalu dia mengangguk dan menggandeng tangan Reia berlari masuk kedalam. Vinze menatap Raxion pergi, dia melihat kedua prajurit itu bertanya “Nampaknya tujuan kalian bukan Raxion ya?” Prajurit yang berjirah merah menjawab dengan pelan “Tuan Rouf memerintahkan untuk membiarkan Accretia dan gadis itu lewat, sedangkan yang lainnya tidak diijinkan.” Miriam mengeluarkan Hora Bownya bersiap-siap, bertanya “Siapa kalian?” “Namaku Zet.” jawab yang berjirah merah, “Namaku Xet.” Jawab yang berjirah biru. “Kami adalah prajurit terkuat tuan Rouf, Zwei Lowe. Bersiaplah kalian.”
Raxion dan Reia sampai dalam, bisa dilihat dari atas lubang besar bekas Ozma dan aura aneh didalamnya. “Itukah?” Tanya Reia, Raxion mengangguk, dia teringat pertempuran 3 tahun lalu. Kemudian terlihat olehnya sosok berjirah hitam dibawah “Dia…” segera dia berlari menuju bawah sambil membawa Reia. Berdiri dihadapannya Rouf yang sedang melihat ke lubang itu. “Rouf!” teriak Raxion dengan kencang, Rouf berbalik menatap Raxion. “Kita bertemu lagi, wahai Accretia yang berhasil melukaiku.” “Hentikan semua ini sekarang juga. Aku tidak akan membiarkan kalian berbuat seenaknya!” “Menghentikan?” terdengar nada meremehkan dalam nada Rouf. “Asal kau tahu saja, ini semua hanya pasukan milikku, dan jumlahnya masih akan bertambah. Kalau armada utama sudah menurunkan pasukannya, maka kalian semua tidak akan bisa menghadapinya.” Raxion kaget, bahkan pasukan sebanyak itupun dikatakan hanya sebagian oleh Rouf, dia tidak bisa membayangkan apa jadinya jika pasukan armada utama muncul.
“Berarti kau sengaja melakukan ini?” “Tepat sekali.” jawab Rouf lantang, “Aku memang meminta Jendral Besar tidak menurunkan pasukannya dulu karena masih ada perhitungan dengan kau yang belum selesai.” Rouf mencabut Black Vipernya, Raxion meminta Reia untuk berlindung ke tempat lain, dia juga mencabut Blu Terre dan Spadona miliknya. “Buatlah aku senang… ACCRETIA!” Rouf maju dan mengayunkan pedangnya.
Eris menyerang musuh dengan Majesty Bownya, pelan namun pasti mereka mendorong musuh “Pertahankan terus, kita harus mendorong mereka!” Di pihak lain Rugardo terus mengeluarkan Force terkuat miliknya dengan memakai Majesty Staffnya “SWARM! TECTONIC MIGHT!” Serangan dari atas dan bawah cukup untuk menghabisi puluhan pasukan, dia juga memberi beberapa force pendukung ke pasukannya sendiri. Ashlan sendiri masih tetap maju didepan dan mengeluarkan kehebatannya dengan bantuan Majesty Swordnya “POWER CLEAVE!” Gelombang serangannya bahkan mengenai musuh dibelakang. “SAND STORM! Master Ashlan, sebaiknya anda mundur sedikit, anda sudah terlalu dekat!” teriak Lime sambil mengeluarkan Force Tanah ke musuh. “Tidak perlu khawatir, sekarang yang paling penting menghabisi musuh. Kosentrasi ke pertempuran!” balas Ashlan sambil menusuk salah satu prajurit Herodian yang bermaksud menyerangnya.
“Maju Isis!” Suiwen memerintahkan Isis miliknya untuk menyerang, “LIGHTNING CHAIN!” ditambahnya serangan petir untuk membantu Isis miliknya. Palladium maju dan berdiri disampingnya “Tuan Suiwen, harap anda jangan terlalu maju. Kami diminta tuan Vinze untuk menjaga anda.” Suiwen membantahnya “Ha… cucuku itu cuma bisa berisik, aku masih bisa bertarung, dan perlu kuingatkan kalau aku lebih kuat dari kalian yang masih muda ini tahu.” Palladium menghalangi salah satu musuh maju “MAGNETIC WEB! Aku mengerti, tapi…” Belum selesai dia bicara, dari depan maju 3 prajurit Herodian bermaksud menghabisi mereka. “PALLADIUM, MERUNDUK!” Mendengar ada suara dari belakang, Palladium menarik Suiwen merunduk, dari belakangnya terdengar suara tembakan Launcher yang langsung menghabisi ketiga prajurit itu. Accretia yang menembak maju melihat keadaan mereka “Kalian tidak apa-apa?” Palladium berdiri, sambil membantu Suiwen bangun “Exe! Lama sekali, kupikir kemana kau.” “Maaf, tadi aku membeli Siege Kit biru lebih dulu, makanya agak telat.” Palladium menatap Suiwen “Setidaknya ijinkan kami disisi anda, tuan Suiwen.” Suiwen akhirnya nampak pasrah “Baiklah, tapi kalau kalian sampai menggangguku akan kutinggalkan kalian.” “DATANG!” Exe memperingatkan mereka berdua, mereka langsung membalas menyerang.
Ditempat lain, terlihat pasangan Cora, Luthien dan Paladinz sedang menghadapi musuh. “Death Hack!” tiga serangan bergelombang membunuh salah satu prajurit Herodian. Melihat ada prajurit lain mendekat, Paladinz memanggil Animusnya “Keluarlah! Hecate!” Hecate keluar dan tanpa basa-basi segera menyerang musuh-musuh serta menghentikan gerakan mereka. “Sekarang, Luthien!” teriaknya pada Luthien yang sedang merapalkan mantra. Luthien mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi “SAND STROM!” Badai pasir besar menyapu bersih semua prajurit yang dihentikan Hecate sebelumnya. Tapi prajurit lainnya segera muncul, pada saat itu terdengar suara dari belakang merek “Paladinz, Luthien, mundur. Guard Tower sudah selesai.” Mereka menoleh dan melihat Panther sudah memasang Guard Tower terkuat miliknya sebanyak tiga buah di tiga tempat. Mereka segera menghindar dan Guard Tower langsung menembaki semua pasukan Herodian. “Bagus, ini akan menghentikan mereka sementara. Kerja bagus Panther.” puji Luthien, Panther mengangguk “Ya, ayo kita selesaikan musuh-musuh disini.” Merekapun maju lagi membantu Guard Tower menghabisi musuh.
“KUNDZA, CURSE ANGEL! STUN GRENADE!” perintah Jaroocce terdengar dengan keras “SIAP!” mereka berdua langsung menembakkan peluru Stun Grenade dalam jumlah yang banyak ke pasukan Herodian. Begitu granat-granat itu meledak, Jaroocce langsung berteriak “TIM STRIKER, SEKARANG!” Ketiga orang Striker langsung memasang Siege Kit baru mereka dan mengeluarkan jurusnya “COMPOUND SIEGE!” tembakan 3 Launcher langsung menghabisi semua pasukan yang berada didepan. Belum berakhir mereka langsung menyusul dengan serangan berikut “DOOM BLAST!” Lapisan kedua musuh terkena telak serangan Doom Blast. Begitu selesai, warrior United Force langsung maju tanpa ampun “DEATH BLOW!” karena dikeluarkan serentak, tanah yang hancur lebih besar dari biasanya, mengambil kesempatan ini Jaroocce langsung melompat maju sambil mengeluarkan Hora Spearnya “Makan ini! PRESSURE BOMB!” dari udara Jaroocce memutar dan menghantamkan tombaknya ke tanah dengan keras dan langsung menghabisi musuh dibawahnya. Begitu berdiri, dia sudah berada ditengah kepungan musuh, “Belum selesai, TORNADO!” Kali ini jurusnya mengenai semua musuh disekelilingnya.
Ashlan yang melihat jumlah musuh sudah mulai berkurang memberi perintah “SERANG TERUS! JUMLAH MUSUH SUDAH MULAI BERKURANG!” Tapi kenyataan berbicara lain, mendadak banyak petir menghantam tanah, ada beberapa yang mengenai petir langsung mati. “MASTER JAROOCCE!” nampaknya salah satu petir yang menyambar hampir mengenai Jaroocce, Shociku langsung mendorongnya menjauh, tapi dia sendiri yang mengenai petir itu “AAAAAAAAAAAA!” Jaroocce melihat itu langsung menghampirnya “SHOCIKU!” lengan Shociku putus akibat petir tersebut, Curse Angel langsung melakukan perawatan darurat padanya. Ashlan melihat itu bagai mimpi buruk, disekelilingnya banyak orang yang terkena imbas petir tersebut langsung mati, ada beberapa yang terluka parah “TIM MEDIS! CEPAT BAWA YANG TERLUKA DAN OBATI MEREKA!” perintahnya langsung pada tim medis lewat komunikasi.
“Master Eris, kami sudah menemukan sumber petir itu.” lapor Ang padanya ketika mendekati Eris, dia menunjuk ke salah satu tebing tinggi, disana berdiri orang yang memakai jubah hitam pekat membawa tongkat. “Kami perkirakan beberapa tempat ada juga penyihir yang lain.” Belum selesai semua ini, sinar yang sebelumnya kembali memancar dan menghantam tanah, dari dalamnya keluar banyak pasukan Herodian. Rugardo yang melihat itu memberi perintah “LUCANTZ, TAMERLANE, SAMPAIKAN PADA PEMIMPIN KELOMPOK UNTUK MENGERAHKAN BEBERAPA PASUKANNYA MENYERANG PENYIHIR-PENYIHIR ITU, JANGAN SAMPAI MEREKA MEMAKAI PETIR TADI LAGI!” “SIAP!” balas mereka berdua.
Lucantz sampai kesalah satu pemimpin kelompok yang paling dekat dengannya dan langsung memberi perintah “KALIAN SEGERA CARI BEBERAPA KELOMPOK DAN SERANG PENYIHIR-PENYIHIR ITU!”, Tamerlane memutar agak jauh untuk mengabari pasukan Eris, dia melihat ada beberapa unit Cataput dihampirinya pemimpin kelompok itu “BAWA SERTA BEBERAPA UNIT MAU, RANGER SERTA SPIRITUALIST UNTUK MENYERANG PENYIHIR YANG ADA DIBUKIT, SEKARANG JUGA!” Pilot Catapult mengangguk, dia segera mengontak teman-temannya dan mengambil jalur lain. Tidak lama setelah perintah-perintah beredar, nampak beberapa pasukan Arcadia memisahkan diri, mereka bergerak menaiki tebing untuk menghadapi para penyihir Herodian.
“Rasakan ini, serangan 4 panah elemen! Blazing Lance, Frost Arrow, Vain Break, Energy Ball!” Vinze mengayunkan tongkatnya dan keluar 4 panah melaju ke Xet. Zet maju dan mengangkat pedangnya menahan serangan Vinze, begitu 4 elemen itu menyentuh permukaan pedangnya, kekuatannya langsung sirna. Vinze yang melihat itu kaget “Apa!” Zet menggenggam pedangnya yang lebar dan hitam dengan kedua tangan, dia menjelaskan “Nama pedang ini Radiergummi Sword, dia memiliki kemampuan untuk menghilangkan semua jenis kekuatan elemen.” “Kalau dari depan memang tidak bisa, kalau begitu bagaimana dengan ini?! SWARM!” Vinze melancarkan serangan berikutnya, dengan tenang Zet bergumam “Percuma.” Diangkat pedangnya dan diputar dengan cepat sehingga melindunginya dari serangan cahaya yang datang dari atas. Semua cahaya yang menyentuh pedang itu langsung lenyap, begitu serangannya terhenti dia menurunkan pedangnya dan diayunkan dengan keras.
Xet maju kedepan, diangkatnya tangan kanannya, kemudian gelang yang ada ditangannya bercahaya dan mengeluarkan serpihan-serpihan cahaya, kemudian serpihan-serpihan tersebut menyatu membentuk meriam transparan. Xet mengkosentrasikan kekuatannya, ujung meriam mulai bercahaya dan ditembakkan ke Vinze dan Miriam. Melihat serangan datang mereka menghindar, peluru meriam itu menghantam batu dibelakang mereka, sekejap bau tersebut hancur. Melihat mereka kaget, Xet mengangkat tangan kemukanya memperlihatkan gelangnya sambil menjelaskan “Nama gelang ini Fuerza Bracelet, dia bisa mengkompresikan energi dan menembakkannya sebagai peluru.” Vinze melihat mereka berdua sekali lagi “Kuat, mereka benar-benar kuat, tidak bisa dianggap remeh.”
Vinze mengambil ancang-ancang dan merapalkan mantra “Keluarlah semua Animusku!” Semua Animusnya langsung keluar disampingnya, dia menatap Inanna berkata “Ilia, kamu disini bersiap-siap untuk menyembuhkan.” Inanna mengangguk pelan. “Pateus, Imina, Heidi, Serang mereka!” Ketiganya langsung melesat maju ke Zwei Lowe. Melihat mereka datang Zet tenang-tenang saja “Animus huh? Apa kau pikir ini saja sudah cukup?” “Tentu tidak, PENTACLE! CIRCLE OF FIRE! TECTONIC MIGHT!” Lingkaran api ganda serta tombak tanah muncul dibawah kaki mereka “Apa!” Untuk menghindarinya mereka terpaksa melompat, pada saat itu ketiga Animus mengejar mereka. Xet menembaki mereka, Paimon mengambil inisiatif melindungi kedua Animus lain, bersamaan dengan itu Isis mengeluarkan serangan pedang forcenya yang digabung dengan serangan Hecate. Serangan mereka berdua mengakibatkan ledakan dan mengenai Zwei Lowe.
“Kalau tidak bisa menyerangmu secara frontal, serangan udara pasti akan susah untuk dihindari.” ujar Vinze yakin. “Bagaimana ya…” terdengar suara Xet dibalik asap, mendadak tembakan yang seperti laser keluar dan mengenai Paimon. Meski Paimon sudah memakai pedangnya untuk melindungi diri, dia tetap terpental sampai menghantam tanah. “Pateus” seru Vinze, Miriam mengambil inisiatif menembaki mereka sebelum mendarat “Destructive Shot!” Panah berenergi tinggi terbang melesak ke mereka, Zet langsung menahan panah dan mementalkannya ketempat lain.
Betapa terkejutnya mereka karena Zwei Lowe bisa bertahan diudara dalam waktu yang cukup lama, padahal jirah mereka nampaknya berat. Ketika mendarat Xet menjelaskan “Kalau kalian mengira kami akan kehilangan keseimbangan dan pertahanan diudara, maka kalian salah besar. Armor ini dilengkapi dengan anti gravitasi, meski tidak lama dia bisa membuat kami melayang diudara.” “Vinze…” Miriam menatap Vinze was-was, berharap dia memiliki strategi lain, Vinze menatap Zwei Lowe dan dia sedang menyusun siasat.
“Aku datang! Snake Hammer!” Rouf melompat dan memanjangkan pedangnya. Dia langsung menghantam pedang cambuknya ke Raxion, image ular raksasa keluar dan menyelubungi Black Viper. Raxion menyilangkan pedangnya dan diangkat diatas kepalanya untuk menahan serangan tersebut, dia merasakan serangan yang benar-benar berat bagaikan palu baja raksasa, bahkan kakinya melesak kedalam tanah. Rofu mendarat didepannya dan langsung melancarkan serangan lain “Tail Crush!” Kali ini dia mengayunkan pedangnya, pedangnya terayun bagaikan ekor ular dan langsung menghantam Raxion serta mementalkannya jauh. “Apa-apaan ini?! Keluarkan semua kekuatanmu, Accretia!” ujar Rouf kesal. Raxion bangkit sambil memegang dadanya ‘Kalau tubuhku adalah darah dan daging, maka tubuhku sudah hancur mengenai serangan tadi.’ pikirnya.
“Sudah menyerah?” tiba-tiba terdengar suara dari belakang, Raxion menoleh dan dia melihat bayangan Valenth disampingnya “Valenth! Kenapa?” Valenth menenangkannya “Tenanglah, ini cuma image yang bisa terlihat olehmu, katakanlah kalau ini hanya imajinasimu.” Raxion menatap Rouf dengan kesal “Rasanya kesal, tapi harus kuakui dia sangat kuat. Levelnya terlalu jauh dariku, aku yang sekarang sama sekali bukan tandinganku.” Valenth menggeleng pelan “Kau tahu, sewaktu masih kecil aku suka baca komik. Ada 1 pahlawan yang kukagumi, dia itu robot dan tangannya bisa berubah menjadi senjata. Dia itu kuat, tapi terkadang lawannya juga ada yang lebih kuat, tapi dia tidak pernah menyerah. Kata-katanya yang jadi favoritku adalah ‘Level dan ukuran tubuh tidaklah bisa jadi ukuran kekuatan, yang paling penting adalah usaha dan kekuatan hati’ begitu katanya.”
Raxion terdiam sebentar, Valenth berdiri dibelakangnya dan memegang kepalanya “Sekarang akan kubuka segel ingatan terakhir, kalau kamu memiliki semua jurus dan pengalaman bertarungku serta usaha dan kekuatan hatimu, aku yakin kamu pasti bisa mengalahkannya. Ini akan menjadi pertemuan terakhir kita, kuserahkan Reia padamu Raxion. Berusahalah.” Lalu sinar terang menyelimuti tubuh Raxion, Rouf dan Reia melindungi mata mereka. Setelah sinarnya hilang, Raxion masih saja tidak bergerak, melihat itu Rouf mulai kesal “Kau mengecewakanku, Accretia!” Dia mengangkat tangan kirinya, langsung saja banyak percikan api keluar mengelilingi tangannya “Elemen api… Flame Bird Swarm!” Percikan-percikan api kecil tadi langsung berubah menjadi burung api kecil dalam jumlah yang banyak dan melesat ke Raxion dari berbagai arah. Raxion mengangkat kepalanya, dia langsung membentangkan pedangnya “Double Sword Style, Sphere Saber Dance.” Diayunkannya Blu Terre dan Spadona dengan cepat sambil membentuk bola melindungi dirinya, burung-burung api tersebut semuanya langsung tertebas. Setelah semuanya selesai, Raxion menurunkan pedangnya dan menatap Rouf tajam. Reia yang melihatnya dari samping samar-samar seperti melihat Valenth yang memegang 2 pedang, dia mendekap mulutnya setengah menangis bergumam pelan “Valenth…” Rouf yang melihat itu tertawa “Khu…khu…khu…khu… HAHAHAHAHAHA BAGUS SEKALI… BAGUS SEKALI! AKHIRNYA KAU SERIUS, ACCRETIA!”
“Rasakan ini, Multiple Blast!” teriak Xet sambil menembaki Vinze dan Miriam dengan tembakan beruntun, mereka berdua harus bersusah payah menghindari semua serangan itu. Zet mengambil kesempatan ini maju menyerang Vinze “Gravity Slam!” Diayunkan pedangnya ke Vinze, untungnya Vinze berhasil menghindarinya meski pedangnya sudah tepat dimukanya. Begitu pedang itu menyentuh tanah, tanahnya langsung melesak dan membuat cekungan besar. “Blade Beam!” Diayunkan lagi pedangnya secara vertical, sebuah sabit besar mengarah ke Vinze, kali ini dia sudah tidak bisa menghindarinya lagi. Untungnya pada saat itu Paimon muncul dan menahan serangan itu dengan pedangnya. “Pateus! Kau tidak apa-apa?” Paimon mengangguk, lalu dia menyerang Zet. Zet melompat mundur kembali ke tempat Xet.
“Sial, Frost Nova!” Vinze merapalkan serangan es pada mereka, dengan tenang Zet menyabet semua es disekelilingnya “Percuma, percuma. Kalian ini benar-benar tidak pernah belajar ya.” Serangan es tersebut langsung lenyap. Pada saat itu juga Vinze melihat kalau lengan Zet terkena serpihan es yang lolos dari pedangnya. Vinze mendekati Miriam membisikinya “Aku ada ide.” Setelah mendengar dengan seksama, Miriam terkejut “Eh, tapi ini beresiko.” Vinze mengangguk “Memang, tapi hanya ini yang bisa kita lakukan, atau tidak sama sekali. Kamu bisakan?” Miriam mengangguk.
“Kenapa? Apa kalian mau membuat rencana lagi? Percuma kalian tidak akan bisa menang.” ujar Xet sombong, dia mulai mengumpulkan energi lagi pada ujung meriam, langsung dilepaskan ke mereka. Miriam menghindar kesamping, sedangkan Vinze melompat dan ditangkap Paimon. Bersamaan itu Isis dan Hecate mendekati mereka dan menyerang mereka, Zet menahan serangan dengan pedangnya dan Xet menghindar mundur. “Sudah kubilang, sia-sia.” Tiba-tiba Vinze sudah berdiri didepannya, rupanya serangan tadi hanya bermaksud menghalangi pandangan mereka, pada saat itu Paimon melempar Vinze tepat ke hadapan Zet.
Melihat temannya dihadang, Xet bermaksud membantunya “Zet!” “Tak akan kubiarkan.” Miriam sudah menunduk disampingnya dan mengarahkan sasaran padanya, melihat itu Xet mengarahkan meriam padanya, tapi baru sadar kalau Miriam ada 4 dan mengepungnya dari 4 arah. “Ini jurus hasil latihanku sendiri, jurus bayangan. Makan ini. Zero Range Style! Quadra Destructive Shot!” Keempat Miriam menembakkan panah berenergi tinggi dan langsung telak mengenai Xet dan membunuhnya, Fuerza Bracelet terlepas dari tangannya dan terpental tidak jauh darinya.
Zet yang menoleh kebelakang dan melihat Xet mati terbunuh “XET!” Vinze memegang tangannya dan menariknya dengan keras “Lepaskan, brengsek!” Vinze meneggenggamnya dengan keras “Tidak akan, aku sudah tahu kalau pedang ini bisa menetralkan serangan elemen, itu kalau serangan elemen mengenainya, bagaimana kalau tidak?” Mendengar itu Zet kaget “Kau… jangan-jangan!” “Tepat sekali!” Vinze menancapkan Hora Bownya ketanah dan dikeluarkan jurusnya “SOLAR BLADE!” Dari atas muncul bola besar meledak, dari ledakan muncul banyak pedang api. Meski sudah dekat Vinze sama sekali tidak melepaskan tangannya, Zet yang melihat itu menatapnya “Kau bermaksud mengorbankan diri?!” Vinze hanya tersenyum sinis. Akhirnya pedang-pedang api itu menghantam mereka, terutama Zet yang sama sekali tidak bisa mengayunkan pedangnya “GYAAAAAAAAA!” “PATEUS!” Dengan cepat Paimon langsung mendekap Vinze dan meninggalkan tempat itu, meski terluka Vinze kembali merapalkan mantera lain. “BLAZE PEARL! SAND STROM! FROST NOVA! LIGHTNING CHAIN!” Serangan 4 elemen mengenai Zet telak dan menciptakan ledakan raksasa.
Setelah mundur cukup jauh, Paimon meletakkan Vinze dan Inanna datang menyembuhkannya. Vinze menatap ke kobaran ledakan itu bergumam “Maaf ya, aku tidak mungkin mengorbankan diri, karena ada yang menungguku kembali.” Dia melihat Miriam berlari kearahnya sambil tersenyum tipis. Setelah kobarannya agak reda, terlihat Radiergummi Sword tergeletak, serangan elemen sama sekali tidak bisa merusak pedang itu, tapi membuat tubuh Zet habis tak tersisa.
Rouf dan Raxion mengadu pedang dengan cepat, hampir tidak terlihat di mata Reia. Rouf mundur mengambil jarak, ditancapkan pedangnya ketanah dan dia memegang kepalan tangannya “Elemen es, elemen petir. Fusion elemen, LIGHTNING BLIZARD!” Dipukulkan tangannya ke tanah, pilar-pilar es berlistrik muncul dan mengarah ke Raxion. Raxion menancapkan kedua pedangnya ke tanah, dikumpulkan tenagannya sebentar bersamaan dengan pilar itu muncul didepannya dia mengeluarkan serangan “Earth Destroyer!” Diangkatnya pedangnya yang tertancap dan juga sebagian tanah terangkat. Akibatnya pilar es berhenti sampai disana. “Apa!” seru Rouf kaget. Belum selesai Raxion mengangkat pedangnya “Twin Demon God Sword!” Dihantamkan pedangnya dan keluar dua gelombang yang menghantam semua pilar-pilar es dijalurnya, melihat serangan datang Rouf mencabut pedangnya dan mengimbanginnya dengan jurus lain “Black Viper… WAVE FANG!” Kedua gelombang saling menghantam dan saling menghilangkan.
Belum selesai terkejutnya Raxion sudah berlari, Rouf nampak kesal dia juga bermaksud menghadapinya dari depan. “Snake Bite!” Ditusukkan Black Viper dengan cepat bagaikan ular yang mematuk mangsanya. “Double Thousand Thrust!” Raxion mengimbanginya dengan tusukan dua pedangnya yang cepat, begitu serangan terhenti Raxion menyabetnya dengan Spadona, dan memegang Blu Terre dengan terbalik “Avalanche Crash!” Diletakkan Blu Terre ke badan Rouf dan sambil memajukan badannya sedikit dilemparkan Rouf menghantam tembok. Rouf memuntahkan darah, dia kembali bangkit dan menyeka darah dengan punggung tangannya. Raxion menatapnya, Rouf semakin kesal “Sial! Elemen api, elemen angin. TORNADO FLAME!” Tornado api maju menyerang Raxion, kali ini dia melompat ke tornado itu “Twin Tiger Fang Wave Slash!” Serangan gelombang berbentuk empat sabit besar langsung memotong tornado api dan menghilang.
“Kenapa? Bukankah kau yang ingin aku menjadi kuat?” tanya Raxion pada Rouf. Rouf semakin murka, dia memutar-mutar Black Vipernya dengan kencang “Eight Headed Snake Fang!” Black Viper masuk ketanah, pedang itu seolah-olah hidup berjalan dalam tanah dan muncul dihadapan Raxion, image ular berkepala delapan muncul pada Black Viper. Raxion menatap keatas, serangan kepala ular yang mematuknya datang dengan cukup cepat. Dia menghindar kebelakang dan kesamping, meski agak susah dia masih bisa menghindari semua serangan kepala ular yang mematuk sembarangan itu. Ketika semua kepala ular naik keatas, diputarnya Blu Terre dan Spadona ditangannya. Kedua pedang itu berputar pada tempatnya, Raxion melemparkan kedua pedang itu ke image ular raksasa. Salah satu pedangnya mementalkan kepala Black Viper dan jatuh, sedangkan yang satu lagi bagaikan bumerang kembali ketangan Raxion.
Rouf menarik kembali Black Vipernya setelah serangan tadi digagalkan, Raxion sendiri maju mencabut Spadonanya yang tertancap ditanah. Diacungkan jarinya sambil tetap memegang Spadona, dia memprovokasi Rouf. Rouf nampaknya sudah kehilangan akal sehat, dia maju tanpa ada pertimbangan apapun “HHHHHAAAA!” Raxion menatapnya kasihan “Kau sudah kalah Rouf.” Dipegangnya kedua pedang terbalik, lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi sambil memejamkan mata. Begitu Rouf sudah dekat, Raxion mengeluarkan jurusnya “Double Sword Style! Final Zero Stance! Twin Moon Dance!” Dengan cepat Raxion memutar tubuhnya sambil menunduk dan mengayunkan pedangnya keatas mengenai dan melemparkan Rouf, ketika masih diudara dia langsung menyabet Rouf dengan cepat, terakhir dia menghantam tubuh Rouf dengan kedua pedangnya dengan keras. Rouf menghantam tanah dan terpental sedikit, Black Viper terlepas dari tangannya.
Raxion mendarat dan menatap Rouf yang berusaha berdiri, diambilnya Black Viper dan dia berjalan ke lubang. Raxion mengikutinya, begitu juga Reia. Ketika sampai di tepi lubang, dia berbalik menatap Raxion penuh emosi “Aku tidak terkalahkan… aku terkuat… AKULAH YANG BERKUASA!” Raxion menggeleng “Akuilah Rouf, kau sudah kalah.” “DIAM!” hardiknya “TIDAK ADA YANG BISA MENGALAHKANKU, TIDAK ADA! BAHKAN SI TUA MAGNUS SEKALIPUN PASTI AKAN KUKALAHKAN! AKU TIDAK AKAN PERNAH MENGAKUI ADA YANG LEBIH KUAT DARIKU!” Dijatuhkan dirinya ke lubang itu, Raxion yang baru menyadarinya mengulurkan tangan sambil bermaksud maju. “SEKARANG INI AKULAH YANG TERKUAT! SELAMANYA! HAHAHAHAHAHAHA” Teriaknya sambil terjatuh ke lubang yang dalam itu. Melihat Rouf sudah terjatuh, Raxion menarik tangannya bergumam “Dasar bodoh.”
Raxion menatap Reia “Selesai sudah, sekarang kamu bisa mengubah energi itu bukan?” Reia mengangguk, dia berjalan ketepi lubang dan menatapnya. “Eh… Valenth, kamu tahu sesuatu?” “Apa?” tanya Raxion sambil menyimpan pedangnya. Reia tetap menatap lubang itu menjelaskan “Untuk mengubah energi, selain memerlukan medium dibutuhkan energiku yang besar juga. Semakin besar energinya semakin banyak juga energi yang harus kupakai.” Mendengar itu Raxion mulai merasa tidak enak “Jangan-jangan kau…” Reia berbalik sambil tersenyum “Ya… saya harus terjun kedalamnya supaya bisa mengubahnya menjadi Holymental lagi.” Badan Raxion langsung merasa berat begitu mendengarnya “APA! KENAPA KAMU TIDAK BILANG DARI DULU? HENTIKAN CARA INI, PASTI ADA CARA LAIN, AKAN KURUNDINGKAN DEGNAN PARA MASTER.” Reia menggeleng “Itu tidak mungkin Valenth, kamu juga mendengarkan Rouf tadikan? Armada utama Herodian pasti akan segera menurunkan pasukannya, jadi sekarang hanya ini caranya.” “Tidak akan kubiarkan!” Raxion maju bermaksud menahan Reia, Reia mengangkat tangan kanannya “Petrify.” Raxion mendadak berhenti terjatuh berlutut tidak bisa bergerak “Apa yang? Apa yang kamu lakukan Reia?” Reia maju menjelaskan “Ini hanya sihir kecil, sihir yang membuat orang menjadi tidak bisa bergerak. Tenanglah setelah beberapa saat kamu bisa bebas lagi.”
Raxion masih berusaha menggerakan badannya, bahkan mencoba menggerakan ujung jarinya, tapi semua itu sia-sia. Reia berdiri tepat dihadapannya, muka mereka berhadapan. “Kumohon Reia…” terdengar nada memelas dari suara Raxion, Reia tersenyum kecil “Saya memang ditakdirkan untuk melakukan ini, meski hanya sebentar saya benar-benar senang bisa bertemu denganmu.” Reia mengecup ‘bibir’ Raxion, setelah beberapa saat dia melepaskan kecupannya. Tersenyum bahagia dia berkata “Rasanya dingin ya, sayang kamu tidak bisa merasakan bibirku.” Dia kembali ke tepi lubang itu dan membalikkan tubuhnya, diangkat tangannya dan melihat Raxion terakhir kali “Terima kasih, semua yang kita lakukan sampai sekarang ini saya tidak akan melupakannya. Aku mencintaimu, Valenth…” Lalu dipejamkan matanya dan dijatuhkan tubuhnya ke lubang itu.
Bersamaan itu jugalah Raxion berteriak dengan keras sambil berusaha bergerak “REIAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAA!” Teriakannya terdengar sampai keluar, tepat ketika Vinze menyimpan Animus miliknya. Dia dan Miriam saling berpandangan, keduanya segera berlari kedalam tambang dan mendapati Raxion sedang berlutut. “Raxion! Apa yang terjadi? Dimana Reia?” tanya Vinze ketika mereka menghampiri Raxion, badan Raxion sudah bisa digerakkan. Dia berjalan dengan pelan ke tepi lubang dan jatuh tersungkur, Vinze dan Miriam menunggu penjelasan Raxion. Dengan suara yang terputus-putus Raxion menjelaskan “Reia… melompat… kelubang… dia bilang… hanya ini… satu-satunya… cara… untuk menciptakan… Holymental…” Mereka berdua kaget mendengar penjelasan Raxion. Vinze nampaknya bermaksud memaki Raxion karena tidak mencegahnya, tapi Miriam menarik tangannya dan menggeleng kepalanya, pada saat itu jugalah Vinze sadar tidak mungkin Raxion sama sekali tidak mencegahnya. Keduanya menatap Raxion yang sedang menatap lubang itu seolah-olah berharap kalau Reia keluar, samar-samar Miriam seperti melihat ada air mata mengalir dari mata Raxion.
Raxion mengepalkan tangannya sambil bergumam pelan “Reia…” Akhirnya dia berteriak dengan keras sambil menegakkan badannya seolah ingin memaki seseorang “AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA” Vinze dan Miriam hanya bisa memalingkan muka mereka, pelan namun pasti air mata menetes dari mata mereka. Teriakan panjang Raxion masih berlangsung, pada saat itu ketiga chip yang melayang diatas tambang menerobos atap dan masuk ke lubang itu, beberapa saat kemudian dari lubang terjadi ledakan besar. Samar-samar terdengar nyanyian yang menenangkan hati, dari ledakan itu melayang ikat kepala Reia yang selama ini terus dipakainya, ikat kepala itu mendarat tepat ditangan Raxion. Raxion memegangnya dengan erat dan dia bisa mendengar suara Reia pelan “Saya benar-benar berharap kedamaian seluruh galaksi bisa tercipta…”
Nyanyian Reia semakin terdengar jelas, dan dari lubang keluar kristal yang besar seperti menara melubangi atap tambang tengah menjadi lebih besar. Kemudian kristal-kristal yang lebih kecil juga tumbuh ditanah tempat mereka berpijak. Ketika menara kristal itu mulai menampakkan dirinya semua yang sedang bertempur mendengar nyanyian dan menyaksikan menara kristal itu. Semua pasukan Herodian langsung jatuh terkapar dan mati, melihat itu semua pasukan Arcadia bersorak gembira karena pasukan musuh mati semua. Sementara itu di pesawat Qoruas, Magnus yang melihat itu sama sekali tidak bisa mempercayai matanya. Salah satu operatornya melaporkan dengan panik “JENDRAL BESAR! RADIASI HOLYMENTAL SAMPAI KESINI! INI TERLALU BAHAYA, KITA HARUS MUNDUR!” Namun terlambat, semua yang armada yang ada disana menjadi aneh, kapal-kapal tidak terkendali dan terjadi saling tabrakan. Pesawat Cerios juga kehilangan kendali dan akhirnya menabrak pesawat Qoruas dan meledak menewaskan semua Herodian yang ada didalamnya.
Ashlan, Eris dan Rugardo berkumpul untuk istirahat sebentar, mereka semua nampaknya menikmati nyanyian Reia tanpa tahu apa yang terjadi padanya, begitu juga dengan yang lainnya. Vinze mendekati Raxion dan menepuk bahunya, Raxion berdiam sebentar, akhirnya dia bangkit. Diikatkan pita Reia ketangan kirinya, bersama Vinze dia berjalan meninggalkan menara kristal bergabung dengan Miriam. “Lagu yang indah, kalau saja kita tahu apa namanya.” ujar Miriam ketika mereka melihat menara itu sekali lagi. “Last Rhapsody…” “Eh?” Vinze dan Miriam menoleh ke Raxion, tanpa melepaskan pandangan dari menara Raxion menjelaskan “Nama lagunya Last Rhapsody, Reia sering menyanyikannya ketika di Bumi, katanya itu adalah lagu yang sering dinyanyikan ibunya sewaktu dia kecil.” “Last… Rhapsody…” gumam Vinze ketika melihat menara itu.
CHAPTER 10 END.
Next Chapter > Read Epilogue:
https://www.pejuangnovus.com/rhapsody-epilogue/
Previous Chapter > Read Chapter 9:
https://www.pejuangnovus.com/rhapsody-chapter-9/
List of Last Rhapsody Chapter:
https://www.pejuangnovus.com/rhapsody-chapter-list/

