LAST RHAPSODY CHAPTER 5 – DREAM

Last Rhapsody
Penulis: Elwin


Tidak jauh dari sebuah kota yang nampaknya sangat modern, dibawah pohon yang besar dan rindang duduk seorang pemuda yang sedang membaca buku. Rambutnya yang pendek itu berwarna hitam, begitu juga dengan warna matanya. Wajahnya sedang saja, namun selalu nampak serius. Pada saat itu seorang gadis berlari-lari ke tempatnya, sambil melambaikan tangannya dia memanggil pemuda itu “Valenth!” Sang pemuda melihat ke gadis itu tapi dia sama sekali tidak beranjak dari tempat duduknya. Setelah sampai gadis itu mengatur nafasnya, barulah Valenth menyapanya “Yo Reia, bagaimana dengan tesmu hari ini?” Reia duduk disampingnya sambil menggerutu sedikit “Seperti biasa, masih saja menyuruhku melakukan hal-hal yang aneh. Saya benar-benar tidak terlalu suka dengan semua jenis tes itu.” Valenth kembali menatap bukunya membalas “Bagaimanapun juga kamukan seorang ESP, meski tesnya menyebalkan itu semuakan untuk ilmu pengetahuan juga.” Reia menatap depan kosong membalas “Saya tahu, tapi sayakan bukan ESP murni melainkan ESP buatan.” “Mau buatan atau tidak ESP tetap ESP. Kekuatan kalian pasti akan berguna untuk melawan alien dimasa mendatang.” Ujar Valenth sambil membalik halaman bukunya.

“Selain itu” Lanjutnya “Daripada memikirkan tes pikirkan saja tinggimu yang tidak bertambah sedikitpun sejak tahun lalu. Sekarang umurmu hampir 18 kan? Masa tinggimu masih 157 cm, dasar pendek.” Reia nampak sewot memukulnya sedikit “Huh, Valenth bodoh selalu bilang saya pendek. Lihat saja suatu hari saya akan lebih tinggi dari kamu.” Valenth tidak mempedulikan pukulan Reia karena pada dasarnya memang tidak bertenaga. Reia melihat buku yang dibacanya dan bertanya “Baca apa sih?” Valenth menunjukkan sampul depan bukunya ‘Great Myths from Egypt (Mitologi-Mitologi Besar dari Mesir)’ Reia melihat judul itu langsung menimpali “Lagi-lagi baca buku yang membosankan, padahal kamu inikan komandan unit 17 Elite unit organisasi Hunter tapi kok suka yang begituan sih?” Valenth membalik lagi halamannya berkata “Hobi dan pekerjaan adalah dua hal yang berbeda.”

Reia menghela nafasnya lalu melanjutkan “Oh ya kamu sudah dengar tentang Antartica?” Valenth mengangguk “Ya, tentang virus yang ditemukan Professor Solberg Ivanovic kan? Katanya itu penemuan terbesar abad ini, dan sekarang sedang diteliti.” Reia memegang dadanya sambil melihat langit berkata “Entah kenapa perasaan saya tidak enak ketika virus itu ditemukan. Kalau bisa saya berharap virus itu sama sekali tidak ditemukan.” “Kamu terlalu banyak pikiran, sebaiknya istirahat yang banyak.”

Suasana hening sebentar, Reia menarik-narik baju Valenth dan memanggilnya “Eh… Valenth…” Valenth melihat ke Reia, tapi dia terkejut karena Reia tiba-tiba mengecup bibirnya “Mmmmhhh…” Reia melepaskan bibirnya, seketika itu juga muka Valenth merah padam. Sedikit salah tingkah dia bertanya “Apa yang kamu lakukan?” Reia tersenyum sambil berdiri dia menjawab “Balasan semalam, semalam setelah membawaku kekasur kamu diam-diam mencium pipikukan? Kalau lain kali mau itu terang-terangan saja, tidak usah di pipi langsung bibir saja.” “Dasar bodoh apa yang ada dipikiranmu, itukan cuma kecupan selamat tidur.” Reia menjulurkan lidahnya sedikit dan berlari kecil menghindarinya. Valenth juga berdiri dan bermaksud mengejarnya, melihat Valenth berdiri Reia menunggunya sambil melambaikan tangan memanggilnya “Valenth… Valenth… Valenth… Raxion… Raxion…” Valenth terkejut karena ucapanya jadi berubah, lalu terdengar teriakan yang agak keras “Oi Raxion! Bangun!”

Raxion membuka matanya kaget, dia bangun sambil memegang kepalanya dia melihat kedepan. Rupanya yang memanggilnya adalah Vinze. Raxion menyapanya “Rupanya kamu, pagi Vinze.” Vinze melihatnya heran bertanya “Ada apa denganmu?” Raxion menggeleng kepalanya menjawab “Ah… tidak hanya mimpi.” Vinze mengangkat bahunya berkata “Terserah sih, tapi kamu sebaiknya lihat siapa yang tidur disampingmu.” Raxion melihat kebawah dan mendapati Reia sedang tidur dengan nyenyak. Melihat itu Raxion kaget bertanya “Kok dia bisa ada disini? Bukannya dia tidur di tenda Axel?” Vinze berkata “Kau tanya aku, aku tanya siapa? Paling juga kemarin tengah malam dia bangun dan tidur disampingmu. Sudahlah jangan terlalu dipikirkan, ayo bangunkan dia untuk siap-siap. Jaroocce dan yang lainnya sedang bersiap-siap.”

Vinze melangkah keluar tenda, Raxion nampak bingung dengan Reia. dalam hati dia bertanya ‘Apa maksud mimpi itu?’ Digoyangkan badannya pelan sambil memanggilnya “Reia, bangun sudah pagi lho.” Reia bangun sambil mengucek-ngucek matanya sedikit. Setelah dia melihat dengan jelas dia memeluk Raxion dan dikecup pipinya berkata “Pagi Valenth.” Raxion yang mendapat kecupan sedikit kaget, dalam pikirannya masih terdapat mimpi itu. Dia berkata “Kan sudah kubilang namaku bukan Valenth.” Reia menggeleng menjawab “Kamu Valenth kok, saya yakin itu.” Akhirnya Raxion pasrah berkata “Terserah deh, yang penting sekarang kamu bangun. Kita akan bersiap-siap untuk berangkat.” Reia turun dari kasur dan mulai membuka bajunya, melihat itu Raxion jadi kalang kabut bertanya “Apa yang kamu lakukan?” Reia melihatnya menjawab “Katanya suruh siap-siapkan? Yah saya mau ganti baju, soalnya semalam ada yang mengganti bajuku dengan baju tidur.” “Aku tahu tapi jangan ganti disini!” Reia menggodanya berkata “Fufufu, apa kamu malu?” Akhirnya Raxion menyerah, dia berlari keluar tenda dan berteriak kecil dari luar “Lain kali kalau mau ganti baju bilang-billang dulu, jangan langsung main buka!” Setelah selesai baru dia sadar kalau semuanya sedang memperhatikannya, Raxion meminta maaf dan menjauhi tenda. Dalam hatinya dia berpikir ‘Padahal hanya orang lain ganti baju saja, kok aku merasa deg-degan yah?’

Raxion berjalan menemui Jaroocce dan yang lainnya, mereka nampak sedang berdiskusi. Jaroocce melihatnya bertanya “Mana Reia?” Raxion menunjuk tenda belakangnya menjawab “Sedang ganti baju, sebentar lagi keluar kurasa.” Anna menepuk tangannya berkata “Ah ya, saya baru ingat.” Dia berlari ketendanya, tidak lama kemudian dia keluar membawa sesuatu dan masuk ke tenda kerja. Raxion melihat sekeliling dan menyadari satu hal “Kayaknya kurang satu orang.” Jaroocce mengangguk menjawab “Tadi aku menyuruh LordOfStreker untuk mengambil sesuatu dipesawat, seharusnya sebentar lagi dia sampai.” Tidak lama kemudian mereka mendengar suara bising muncul dari arah depan, rupanya LordOfStreker yang memakai United Force Pligel, dia juga membawa dua kotak besar dari besi. Sampai didepan mereka, dia mematikan boosternya itu dan meletakkan bawaannya.

Dia menatap Jaroocce berkata “Sudah kupasang alat kamuflase pada pesawat dan sesuai permintaan master barangnya juga sudah kubawa.” Jaroocce mengangguk berkata “Terima kasih.” Pada saat itu Reia muncul dengan Anna, pakaian yang dipakai Reia berbeda dengan pakaiannya kemarin. Anna menjelaskan “Kalian mau melakukan perjalanan bukan? Pakaiannya yang dulu akan merepotkan, jadi saya kasih pakaian yang lebih bebas.” Raxion bisa melihat Reia memakai pakaian milik Bellato nomaden, kebetulan warnanya juga sama dengan pakaiannya yang dulu, putih keunguan. Meski pakaiannya diganti, pita rambut yang lebar itu sama sekali tidak dilepasnya.

Setelah semua berkumpul Jaroocce menjelaskan “Aku tadi sudah bertanya pada Vinze, katanya jika kita berjalan maka akan memakan waktu sekitar 3 hari. Karena itu aku meminta LordOfStreker mengambil ini.” Dibukanya salah satu kotak, isinya adalah United Force Pligel dalam jumlah yang banyak. Semuanya takjub melihat itu, Vinze berkata “Tapi inikan United Force Pligel, aku dan Miriam sama sekali tidak bisa memakainya.” Miriam mengangguk setuju. Jaroocce melanjutkan “Kalau soal itu tenang saja.” Dibukanya kotak yang satu lagi, kali ini isinya adalah Ether Wing dan Force Booster. Vinze kaget melihatnya bertanya “Darimana…?” Jaroocce nampaknya tahu apa yang ingin ditanyanya menjawab “Sebenarnya baik United Force Pligel, Ether Wing, maupun Force Booster ini semuanya terdapat dalam pesawat. Aku juga tidak mengerti sepertinya siapapun yang naik pesawat itu memiliki stok untuk masing-masing bangsa.” Dia menatap semuanya lalu melanjutkan “Dengan memakai booster-booster ini perjalanan kita akan menjadi 1 hari, tapi ada yang aku ingin kalian perhatikan. Kita akan bergerak dalam formasi. Vinze dan Miriam karena kalian yang tahu jalannya kalian yang jalan paling depan. Raxion aku ingin kamu bergerak dengan Reia dibelakang mereka. Sedangkan kami akan berjalan dibelakang kalian mengawasi belakang. Bawaan kita akan kita pegang dengan tangan.”

Mereka mengangguk tanda mengerti, Jaroocce berkata “Baiklah, mari kita mulai pasang boosternya.” Merekapun mulai memasang booster dipunggung, beberapa diantaranya saling membantu untuk memasangnya karena agak sulit untuk memasang sendirian. Miriam memeperhatikan Reia bertanya pada Jaroocce “Bagaimana dengan Reia? Dia pasti tidak tahu bagaimana cara mengendalikan booster kan?” Linear melihat Raxion berkata “Kamu gendong saja dia, bawaanmu biar aku yang pegang.” Jaroocce mengangguk berkata “Yah begitu lebih baik, kalau ada apa-apa kamu bisa langsung membawa dia pergi.” Raxion menatap mereka sebentar lalu mengangguk setuju.

Dia mengambil salah satu Ether Wing dan membawanya ke Magda “Ayo, akan kubantu memasangkannya kepunggungmu.” Magda menatap Ether Wing itu, lalu menggeleng berkata “Saya tidak ikut, saya akan tinggal disini saja.” Raxion terkejut bertanya “Kenapa?” Magda menjawab sambil tersenyum “Setelah semua ini selesai kamu pasti akan kembali kesini lagikan? Bagaimana jika mereka sudah berpindah? Sebaiknya saya tinggal disini supaya bisa memberitahu posisi kami sekarang.” Raxion nampak bimbang bertanya “Apa kamu yakin?” Magda mengangguk pelan, Raxion menurunkan Ether Wing berkata “Baiklah kalau ini memang keinginanmu, aku pasti akan kembali lagi.” Irene mendekati Magda setelah Raxion menjauh untuk membantu Jaroocce memasang United Force Pligelnya. Dia menatap Magda berkata “Itu hanya alasanmu sajakan? Sebenarnya kamu ingin ikut dengan mereka, tapi Reia menjadi halangan bukan?”

Magda membalasnya “Seharusnya kamu bisa melihat tatapan Reia pada Raxion, dia benar-benar mencintainya. Sudah tidak ada tempat bagiku diantara mereka berdua.” Irene nampak kesal karena Magda semudah itu menyerah, dia melipat tangannya berkata “Kalau aku jadi kamu, aku akan merebut Raxion tanpa basa-basi.” Magda memegang kepala Irene berkata “Kamu salah, mencintai seseorang bukan berarti harus memiliki dia terus. Dalam hatikupun saya masih mencintai Raxion, karena itulah saya akan terus menunggunya disini.” Irene menunduk melihat tanah hening.

Vinze membantu Miriam memasang Force Boosternya, setelah selesai dia menekan sebuah tombol ditengahnya dan beberapa bola kecil mulai melayang mengitari Miriam. Vinze kagum berkata “Teknologinya betul-betul berbeda dengan Ether Wing kami yah.” Miriam tersenyum berkata “Ayo, saya bantu kamu memasang Ether Wing.” Tapi karena terlalu tinggi akhirnya Vinze harus duduk untuk memasangnya. Setelah selesai Miriam berkata “Maaf, gara-gara saya pendek kamu harus duduk.” Vinze tersenyum membalasnya “Tidak apa-apa, justru karena pendek begitu kamu jadinya imut.” Mendengar itu jantung Miriam berdebar keras dan mukanya jadi merah, dimalingkan mukanya sambil memegangnya, dalam hatinya berkata ‘Vinze memujiku… Vinze memujiku… Vinze memujiku…’ Vinze juga memalingkan wajahnya berkata dalam hati ‘Apa yang kukatakan… Bikin malu saja’

Setelah semua selesai, Raxion menemui Horad. Dia menyalaminya berkata “Maaf selama ini terus merepotkan kalian.” Horad menggeleng menjawab “Tidak, justru karena ada kamulah beban kami jadi lebih ringan. Kembalilah jika ingin, disini sudah menjadi rumahmu.” Raxion mengangguk, di menemui Axel dan Anna berkata “Aku pergi dulu, terima kasih mau menampungku dan Magda.” Axel mengangguk berkata “Tidak apa-apa, aku merasa senang kalian mau tinggal dengan kami.” Anna tersenyum berkata “Kami akan menjaga Magda, jadi kamu tenang saja.” Terakhir didatangi Irene dan Farrell, Irene nampak kesal sedangkan Farrell menatapnya berkata “Kamu akan bertualang lagi, kalau kembali jangan lupa ceritakan semuanya yah.” Raxion memegang kepalanya berkata “Tentu, kamu juga sekarang sudah dewasa jadi jaga keluargamu yah. Aku titip Magda.” Dia menatap Irene berkata “Kamu juga Irene, jangan tiap hari bertengkar terus dengan Magda. Kalian harus baikan lho.” Irene sedikit menangis memeluknya, Raxion membungkuk dan menyeka air matanya berkata “Ayolah, ini bukan perpisahan. Kita akan segera bertemu lagi kok.” Irene hanya mengangguk lalu tersenyum lagi.

Jaroocce melihat semua dan setelah merasa sudah pas dia memberi komando “Baiklah, kalau semua sudah siap mari kita nyalakan.” Semua mengangguk dan berteriak sama-sama “AKTIFKAN!” Sekejap semua booster aktif dan mereka mulai melayang. Raxion belum menyalakan United Force Pligelnya, dia berjalan ke Reia dan langsung menggendongnya. Reia melingkari tangannya ke leher Raxion, setelah dirasa mantap Raxion juga berteriak “AKTIFKAN!” United Force Pligelnya langsung bekerja dan membuatnya melayang, Reia membisikkan sesuatu “Saya tidak akan cemburu kok Valenth. Saya tahu kalau dari dulu kamu itu selalu baik pada wanita dan anak-anak.” Mendengar itu Raxion sedikit kehilangan keseimbangan, dia berkata “Apa yang kamu katakan.” Reia hanya tertawa kecil.

Mereka bergerak menjauhi perkemahan, dibelakangnya para Bellato masih mengucapkan salam dan melambaikan tangannya. Mereka terus melayang dengan kecepatan yang stabil dan bergerak dalam formasi yang dikatakan Jaroocce. Inot maju hingga sejajar dengan Raxion, dia tertawa sedikit “Hehehe.” Raxion menatapnya heran bertanya “Apa yang aneh?” Inot menjelaskan “Sewaktu dibumi aku pernah melihat sebuah foto, difoto itu pria yang memakai stelan hitam memeluk wanita yang memakai gaun putih. Reia bilang kalau itu pasangan pengantin, pasangan sudah menikah yang akan hidup berkeluarga dan bahagia. Gayamu menggendong Reia persis seperti pengantin pria yang menggendong pengantin wanita, semoga kalian bahagia yah.” Mendengar itu wajah Reia memerah dan nampak senang, sedangkan Raxion hanya bisa menatap kedepan sambil menahan malu. Jaroocce melihat mereka berkata “Sudahlah Inot, jangan goda mereka. Ayo kembali keposisimu.” Inot sambil mundur mejawabnya dengan setengah bercanda “Yaa…”

Setelah sampai didaerah sekitar koloni, Vinze mengisyaratkan mereka berhenti. Mereka mematikan boosternya masing-masing, lalu Vinze membagikan gulungan teleport. Vinze menjelaskan “Dari pada kita berjalan jauh memutar, lebih baik kita memakai gulungan teleport.” Jenoshiel bertanya “Gulungan ini kemana?” “Gulungan ini untuk ke koloni Accretia. Kalau sudah siap ayo kita pakai.” Serentak mereka semua memakai gulungan itu dan langsung berpindah kedalam koloni Accretia. Jaroocce dan yang lainnya takjub karena pemandangan yang luar biasa, sejauh mata memandang mereka melihat tidak hanya Accretia, ada Cora dan juga Bellato. Semuanya nampak damai dan bahagia. Shociku bersiul berkata “Kalau ini memang mimpi, maka ini mimpi terhebat yang pernah kulihat.” Miriam tersenyum menjelaskan “Sayang sekali Shociku, ini sama sekali bukan mimpi lho. Semua ini kenyataan.”

Raxion menurunkan Reia dari gendonannya, segera saja Reia mulai berlari-lari untuk melihat sekeliling. Jaroocce mendekati Raxion berkata “Syukurlah dia sudah semangat. Sewaktu kami menemukannya dia seperti tidak ada kemauan hidup, sangat pendiam. Bisa dibilang berkat kamu juga dia jadi semangat.” Raxion menatapnya lalu melihat Reia yang memanggilnya untuk mendekat. Ketika Raxion berjalan ke Reia, Jaroocce bertanya pada Vinze “Jadi, mana para Master?” Vinze mengangkat bahu berkata “Aku tidak tahu, soalnya mereka punya kebiasaan berpindah dari satu koloni ke koloni lain. Mungkin karena tidak mau dianggap terlalu berpihak pada satu bangsa saja jadinya mereka selalu berpindah-pindah koloni.” “Akan kucari tahu dimana para Master sekarang.” Ujar Miriam sambil meninggalkan rombongan. Vinze bertanya pada Jaroocce “Apa kalian ingin melihat-lihat dulu? Biar aku yang menemani Raxion dan Reia. Kalian pasti kangen dengan koloni setelah sekian lama bukan?” Jaroocce nampak berpikir sebentar lalu menyetujuinya berkata “Baiklah, 1 jam lagi kita berkumpul disini.” Vinze mengangguk tanda mengerti, lalu Jaroocce dan yang lainnya mulai berjalan mengelilingi koloni.

Vinze menemui Raxion yang sedang menemani Reia melihat cincin Bellato, nampaknya dia tertarik dengan salah satu cincin sehingga Raxion membelikannya. Vinze tersenyum melihat mereka berdua berkata “Membelikan cincin tunangan yah.” Raxion menatapnya berkata “Sudahlah jangan mengatakan hal yang aneh-aneh.” Vinze tertawa, setelah Reia berlari menjauhi mereka untuk melihat yang lain Raxion berkata “Entah kenapa sewaktu bersamanya aku merasa senang, selain itu setiap kali dia menyentuhku rasanya ada yang aneh di dada ini rasanya ada yang mau keluar.” Vinze yang mendengarnya menjawab “Itu berarti kamu merasakan yang namanya suka. Ketika kamu menyukai seseorang kamu pasti ingin terus bersama dia dan senang ketika bersamanya. Kurasa kamu memang menyukainya bukan?” Raxion menatap Reia yang sedang berkaliling menjawab “Mungkin, meski aku sering bersama Irene dan Magda, tapi perasaan macam ini tidak pernah keluar. Ketika bersama Reia perasaan ini baru keluar. Mungkin aku memang menyukainya.””Baguslah kalau begitu.” Ujar Vinze sambil menepuk bahunya. “…Sebenarnya tadi pagi…” Vinze menatapnya “Apa?” Raxion nampak bimbang, akhirnya dia menggeleng menjawab “Tidak… tidak ada apa-apa.”

Setelah puas melihat-lihat, Reia kembali bergabung dengan Vinze dan Raxion bertanya “Apa yang kalian bicarakan?” Belum Raxion membuka ‘mulut’, Vinze mendahuluinya berkata “Kami sedang mencari hari pernikahan yang pas untuk kalian.” Raxion menatapnya tajam, sedangkan Reia nampaknya senang. Vinze tertawa sedikit berujar “Santai Raxion, aku cuma bercanda. Daripada tidak ada kerjaan bagaimana kalau kita bawa pedangmu untuk diperbaiki dulu?” Raxion mengangguk, mereka menuju toko ReefQee dan Kundza. ReefQee melihat kedatangannya menyambutnya “Oi Vinze, baru 4 hari nih kamu keluar, cepat sekali sudah kembali.” Vinze menjawab “Ada sedikit urusan, jadi baliknya lebih cepat. Ngomong-ngomong aku butuh bantuanmu, bisa tidak kamu perbaiki pedang Raxion?” Raxion mengeluarkan Spadonanya dan memberikannya pada ReefQee. ReefQee memeriksanya sebentar berkata “Hm… mata pedangnya jadi sedikit pecah dan mulai tumpul, kelihatannya masih baru. Inti pedangnya masih bagus, pasti sering dirawat. Tidak masalah, cuma perlu diasah dan ditempa sedikit. Untuk kamu aku hitung gratis saja, apa lagi ini pedang milik Raxion yang legendaris itu.”

Raxion menyangkal berkata “Sudah kubilang, aku cuma berusaha menyelamatkan Novus, jangan terlalu dibesar-besarkan deh.” ReefQee tertawa berkata “Ok ok, tenang saja. Kalian lihat-lihat saja dulu, ini tidak akan lama kok.” ReefQee masuk ke dalam toko dan mulai bekerja. Mereka melihat-lihat pajangan senjata dan perisai yang dijual. Semuanya familiar dengan senjata itu, sampai mereka melihat sebilah pedang aneh. Pedang itu cukup panjang, sekitar 140 cm. Gagangnya normal saja dengan sedikit hiasan, tapi yang menjadi aneh itu bentuk pedangnya. Bagian pedangnya agak lebar dan terdapat ukiran-ukiran yang unik, bagian pemisah pedang dan gagangnya terdapat desain yang berbentuk tanduk serta beberapa hiasan batu. Warnanya biru pada dasar ukiran dengan sedikit hijau dan coklat pada gagangnya. Raxion bertanya pada ReefQee “Ini pedang apa?” ReefQee melihatnya sebentar berkata “Aku juga tidak tahu, Kundza yang menempanya. Kundza, ada yang tanya pedang tuh.” Dari dalam keluar Accretia lain, dilihatnya Raxion menatap pedang itu. “Sebenarnya aku juga kurang mengerti, beberapa hari lalu aku mengambil bahan dari supplier, namanya Palladium. Waktu itu dia habis berburu dengan temannya, Exe, dan enam cewek Cora di Cauldron Volcanic. Dari sana dia menemukan sebilah pedang yang dibungkus dengan blue printnya. Karena tertarik akupun membeli pedang itu, pedang itu sudah agak rusak jadi aku perbaiki sesuai dengan blueprint itu. setelah selesai rupanya bentuknya agak aneh, jadi kupikir mending dijual saja.”

Raxion menyentuh pedang itu, mendadak mata pedangnya mengeluarkan sinar. Semua merasa takjub, karena kaget Raxion menarik tangannya. Kundza bersiul berkata “Padahal waktu itu Master Rugardo juga menyentuhnya tapi tidak terjadi apa-apa. Nampaknya pedang itu memilihmu sebagai tuannya.” ReefQee bergabung dengan mereka membawa Spadona Raxion berkata “Kalau mau kamu boleh mengambilnya. Sampai sekarang tidak ada seorangpun yang ingin membelinya, terlebih pedang itu bereaksi denganmu.” Vinze bertanya “Apa tidak apa-apa? Memberikannya gratis begitu saja?” Kundza menjawab “Tidak apa-apa, kalau Raxion yang mengambilnya aku rasa pedang itu juga akan senang.” Raxion menatapnya bertanya “Apa namanya?” “Sebentar” Kundza masuk kedalam mencari-cari sesuatu. Dia keluar membawa sebuah kertas yang cukup besar dan berkata “Disini sih tertulis Blu Terre, aku tidak tahu apa artinya.” “Blu Terre…” Mereka melihat Reia yang mulai berbicara “Itu bahasa manusia, Blu dari bahasa Itali yang berarti Biru sedangkan Terre dari bahasa Prancis yang berarti Bumi. Jika digabung artinya Bumi Biru. Nampaknya pedang yang bemaksud menggambarkan indahnya bumi. Biru menggambarkan laut, coklat menggambarkan tanah dan hijau menggambarkan hutan.” Raxion menatap pedang itu bergumam “Blu… Terre…”

Setelah selesai mereka kembali ke teleport masuk koloni untuk menunggu yang lainnya. Miriam yang paling terakhir muncul berkata “Maaf lama, saya mendapat informasinya. Para Master sekarang sedang di koloni Cora dan nampaknya sedang rapat.” Akhirnya mereka menuju koloni Cora, sesampainya disana mereka menuju tempat dulunya Race Manager berada. Tidak terlalu banyak berubah kecuali ditambah 3 kursi khusus untuk tempat duduk para Master. Tepat ketika mereka sampai rapat selesai, Master Eris mengangguk berkata “Terima kasih atas laporannya Lime, Ang dan Saviour. Sekarang kalian boleh pergi.” Serentak ketiga orang itu menjawab “Baik!”

Ketika melewati rombongan Raxion, Saviour melihat seseorang yang dikenalnya. Dia mengamatinya sebentar lalu bertanya “Master? Master Jaroocce? Benarkah itu anda?” Jaroocce berpaling melihat Accretia itu menjawab “Rupanya kamu Saviour, lama tidak jumpa.” Saviour nampak semangat berkata “Kemana saja anda selama ini? Kami semua sangat mencemaskan anda.” Jaroocce meminta maaf berkata “Maaf tidak memberitahu kalian, tapi kami ada alasan tersendiri. Nanti kalau ini selesai akan kuceritakan semuanya.” Saviour mengangguk berkata “Baiklah, aku akan memberitahu Xmagic. Dia pasti senang mendengar anda dan yang lainnya sudah kembali.” Lalu dia berlari meninggalkan mereka, Ang dan Lime membungkuk memberi salam lalu ikut lari mengejar Saviour.

Para Master melihat mereka muncul, Ashlan menyambut mereka “Lama tidak jumpa Raxion, bagaimana keadaanmu? Selama ini tinggal dengan Bellato nomaden bukan?” Raxion memberi hormat lalu menjawab “Ya, semua baik-baik saja. Anda sekalian juga sehat.” Rugardo mengangguk, dilihatnya Jaroocce dan yang lainnya “Mereka ini…?” Raxion menjelaskan “Ini Jaroocce, guild master United Force.” Rugardo sedikit kaget berkata “Jadi anda Jaroocce, kehebatan guild anda pernah terdengar sampai ke Arcadia. Rumor mengatakan anda menghilang, ada apa sebenarnya?” Jaroocce juga memberi salam dan menjawab “Ceritanya panjang. Sebenarnya…” Mereka bergantian menjelaskan semuanya, para Master yang mendengarnya kaget.

Eris mengerutkan keningnya, dilihatnya Reia berkata “Saya tidak menyangka ada manusia yang masih hidup.” Jaroocce mengangguk membalas “Mungkin dia ini adalah manusia terakhir.” Rugardo berkata “Tentang mereka yang mengejar kalian, kami sama sekali tidak tahu siapa mereka. Maaf.” Ashlan nampak berpikir sebentar kemudian berkata “Kecuali…” Mereka melihatnya, Rugardo bertanya “Apa kamu tahu sesuatu?” Ashlan menjelaskan “Sewaktu masih diplanet Accretia, aku pernah membaca sebuah laporan tentang adanya bangsa lain yang mungkin akan membawa kehancuran. Tapi disana juga tidak ditulis terlalu jelas. Kalau tidak salah dilaporan itu juga tertulis ada catatan manusia yang bernama Dr. Do-Hyun yang menulis laporan yang lebih lengkap.”

“Dr. Do-Hyun?” Tanya Curse Angel. Ashlan mengangguk “Dr. Do-Hyun, seorang ilmuwan manusia yang ikut dalam perjalanan keluar angkasa. Dilaporan tertulis tempat terakhir yang didatanginya adalah planet ini.” Melihat adanya secercah harapan Raxion bertanya “Jadi dimana catatannya?” “Catatan Dr. Do-Hyun? Mungkin ada di kapal rusak,. Soalnya dikapal itu terdapat bekas laboratorium, mungkin itu dipakai para ilmuwan manusia dulu.” Mereka semuanya nampak senang, karena jika catatan itu ditemukan mereka bisa mengetahui siapa musuh yang mereka hadapi.

Vinze mengusulkan “Kalau begitu kita berangkat besok saja, sekarang sudah malam dan semuanya baru berjalan jauh.” Semua mengangguk setuju, Jaroocce melihat Reia sebentar lalu bertanya “Bisakah kami titip Reia disini ketika kami pergi? Terlalu berbahaya membawa dia ikut beserta kami.” Eris mengangguk menjawab “Tidak apa-apa, besok biar kuminta Ang dan Lime untuk mengawal dia.” “Satu lagi.” Lanjut Jaroocce “Apa kalian tahu sesuatu tentang Valenth? Soalnya Reia memanggil Raxion Valenth, katanya Valenth adalah manusia yang mau dicarinya” Ashlan berpikir sebentar menjawab “Leluhur kita memang dulunya manusia. Tapi Accretia generasi sekarang semuanya adalah manusia buatan, dan sudah tidak ada lagi manusia asli yang masih hidup. Terlebih jika memang Valenth itu dari jaman yang sama dengan Reia maka seharusnya dia sudah ada di 26 generasi sebelumnya, bukan generasi Raxion sekarang dan tidak mungkin masih hidup sampai sekarang. Nanti akan kucari tahu tentang ini.”

Setelah menjauhi tempat para Master, Miriam menawarkan tempat tinggal untuk Reia “Bagaimana kalau Reia tinggal denganku saja?” Jaroocce mengangguk setuju “Lebih baik begitu, wanita sebaiknya tinggal dengan wanita. Lagipula kalian bisa berteman. Kami akan mencari tempat tinggal kami yang dulu, jika tidak ada terpaksa tinggal dipos Accretia. Itu juga tidak buruk.” Vinze melihat Raxion bertanya “Bagaimana denganmu?” Raxion menjawab “Aku ingin menemui pelatih Trebz dulu, mungkin sekalian tinggal dengan dia.” Reia yang mendengarnya memeluk tangan Raxion, Raxion bisa melihat kalau Reia tidak ingin berpisah dengannya.

Raxion memegang kepalanya berkata “Tidak apa-apa, aku bukannya menghilang kok. Kitakan bisa bertemu lagi besoknya.” Reia nampak bimbang, akhirnya dia tersenyum setuju. Merekapun berpisah dan berjanji untuk bertemu dikoloni Accretia lagi besok. Miriam yang membawa Reia pulang menceritakan pada orang tuanya kalau Reia temannya dari perkemahan Bellato, malamnya sebelum tidur mereka berbincang dengan akrab. Reia tersenyum melihat Miriam yang sedang menyisir rambutnya. Miriam bertanya “Apa?” “Kamu menyukai pria yang bernama Vinze itukan?” Mendengarnya Miriam terjatuh kaget bertanya “Darimana kamu tahu?” Reia tertawa “Fufufu, kamu ini gampang ditebak ya. Apa perlu saya yang bilang padanya kalau kamu suka dia?” Miriam berkata dengan tampang berantakan “Jangan dong, kan saya malu. Terlebih lagi saya ingin mengatakannya sendiri, tapi sampai sekarang saya masih belum berani.”

Reia menggenggam tangannya berkata “Tenang saja, suatu saat keberanianmu akan keluar dan kamu akan menyampaikannya sendiri.” Reia menunjukkan kelingkingnya berkata “Apa kamu tahu? Kami manusia percaya kalau kami memiliki benang merah takdir yang terikat di masing-masing kelingking pasangannya. Benang itu juga pasti terikat di kelingking kalian, sama seperti saya dan Valenth.” Miriam melihat kelingkingnya lalu mengangguk tersenyum “Ya pasti.” Akhirnya mereka sama-sama tidur karena sudah capek.


CHAPTER 5 END.
Next Chapter > Read Chapter 6:
https://www.pejuangnovus.com/rhapsody-chapter-6/
Previous Chapter > Read Chapter 4:
https://www.pejuangnovus.com/rhapsody-chapter-4/
List of Last Rhapsody Chapter:
https://www.pejuangnovus.com/rhapsody-chapter-list/


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *