LAST RHAPSODY CHAPTER 7 – ROUF

Last Rhapsody
Penulis: Elwin
“Apa maksudmu Ang?” Tanya Eris dengan was-was, Raxion dan yang lainnya juga menatapnya dengan penuh tanda tanya. “Maafkan kami.” Ujar Ang sambil menunduk “Setelah kepergian tuan Raxion, nona Reia bilang ingin melihat reruntuhan yang unik jadi kami membawanya ke reruntuhan Sette. Kami rasa akan aman karena disana sudah tidak ada lagi pertempuran. Sesampainya Gurun Sette kami segera menuju ke reruntuhan Sette, yang kami herankan adalah tidak ada Hora Ghost yang berkeliaran disana dan kami rasa itu tidak jadi masalah. Namun setelah beberapa saat, tiba-tiba gerombolan Turncoat muncul dan menculik nona Reia. Kami mencoba menolongnya, tapi jumlah mereka terlalu banyak.” Raxion nampak bingung “Turncoat? Maksudmu Turncoat Accretia yang biasanya bersembunyi di goa Haus?” Ang menggeleng “Tidak hanya Accretia, Cora dan Bellato juga ada. Kami juga tidak mengerti, ini pertama kalinya kami melihat para Turncoat bersatu begitu.” “Jadi apa kamu tahu kira-kira Reia dibawa?” Tanya Jaroocce “Ya, samar-samar kami mendengarkan salah satu Turncoat mengatakan pada rekannya ‘Target sudah didapatkan, sebaiknya kita cepat ke Elan, disana tuan akan menjemputnya.'” “Elan… memang disana juga merupakan sarang Turncoat yang lainnya.” Ujar Vinze “Tapi apa maksudnya tuan? Memangnya ada yang memberi perintah pada Turncoat?” “Itu… kami juga tidak mengerti, setelah mereka teleport Lime juga ikut teleport ke Elan dan mengikutinya. Aku kembali kesini untuk memberitahu kejadiannya, untung saja tuan Raxion dan yang lainnya sudah kembali.”
Rugardo berdiri “Baiklah, kalau memang lawan kita adalah sepasukan Turncoat maka kitapun harus menyiapkan pasukan…” Jaroocce menyelanya “Maafkan aku menyela, tapi aku rasa sebaiknya hanya kami saja yang berangkat. Aku merasa ada yang tidak beres dengan semua ini, selain itu mereka membawa sandera kalau kita muncul dengan sepasukan aku takut keselamatan Reia akan terancam.” Rugardo nampak berpikir “Masuk akal, baiklah kalian pergi dahulu, aku akan meminta beberapa pasukan untuk bersiap-siap di Deretan Pantai kalau-kalau ada sesuatu yang terjadi.” “Terima kasih.” Kata Jaroocce sambil memberi hormat, lalu mereka meninggalkan ruangan. Jaroocce bertanya pada mereka “Apa dari kalian ada yang punya gulungan Elan?” “Aku punya beberapa di Bank, sebentar biar kuambil.” “Kalau begitu kami akan menunggumu di portal utama.” Kata Raxion sambil menunjuk ke portal utama koloni Cora.
Vinze berlari ke Bank untuk mengambil gulungan Elan, selama menunggu Raxion nampak cemas. Miriam menenangkannya “Tenanglah, dari perkataan Turncoat tadi nampaknya Reia itu sandera penting, jadi mereka tidak mungkin membiarkannya mati.” Raxion menggeleng “Ini salahku, kalau saja aku membawa dia beserta kita, maka kejadian ini tidak akan terjadi.” Curse Angel yang mendengar percakapan mereka berkata “Tidak, ini bukan salahmu. Kitapun tidak pernah meramalkan hal ini akan terjadi.” “Aku mengerti, tapi siapa yang memberi perintah pada Turncoat?” Curse Angel nampak bimbang, akhirnya dia bertanya pada Jaroocce “Master, apa mungkin ‘Mereka’ yang memberi perintah pada Turncoat?” Jaroocce nampak berpikir sebentar “Mungkin juga, kalau dipikir-pikir hanya ‘Mereka’ yang menginginkan Reia sejak awal.” “Mereka?” Belum sempat Raxion bertanya lebih jauh Vinze muncul sambil membawa beberapa gulungan. “Ini” Katanya sambil menyerahkan ke mereka masing-masing. “Sebaiknya kita langsung berangkat tanpa buang-buang waktu.” Mereka semua langsung memakai gulungan dan teleport ke Elan.
Mereka semua sampai di daerah Deretan Pantai di bagian ruangan teleport. Mereka melihat Lime sedang diluar dan menghampirinya. Melihat mereka muncul Lime memberi hormat dan menjelaskan “Ang pasti sudah melaporkan semuanya jadi aku singkat saja, para Turncoat yang membawa nona Reia pergi ke Hutan Sunyi, tempat biasanya mereka berkumpul. Aku tidak bisa maju karena terlalu riskan untuk bergerak sendirian, maafkan aku.” Raxion menepuk bahunya “Tidak apa-apa ini bukan salahmu, munculnya para Turncoat itu diluar perhitungan kita. Sebaiknya kamu tunggu disini, para Master akan mengirimkan beberapa pasukan yang akan datang nanti, kamu bersama mereka untuk berjaga-jaga sampai ada tanda dari kami.”
Mereka meninggalkan Lime dan berjalan menuju Hutan Sunyi, mereka merasa ada sesuatu yang janggal, tidak terlihat ada 1 monsterpun. “Ini terlalu aneh, seolah-olah monster-monster menghindari kita.” Ujar Jenoshiel “Atau lebih tepatnya mereka memberi kita jalan. Kalau tidak salah kata Ang Hora Ghost yang ada di Reruntuhan Sette juga sama sekali tidak berani menyentuh mereka, apa mungkin karena kekuatan Reia?” LordOfStreker menimpalinya. Tanpa basa-basi mereka berlari lebih cepat karena khawatir dengan keselamatan Reia. Sesampainya di Hutan Sunyi, mereka mengawasi sekeliling dulu kalau-kalau ada musuh. Raxion melihat Reia diikat dan diawasi oleh 6-7 Turncoat, dia memberi isyarat pada Jaroocce. Jaroocce melihatnya, dia mengangguk dan mulai menyusun rencana “Terlalu riskan untuk kita maju semua, lagipula tujuan kita bukanlah menghancurkan musuh melainkan menolong Reia.” Vinze memberi ide “Kalau begitu kita mengalihkan perhatian mereka dan 1 atau 2 orang menyelinap dan membebaskan Reia.” “Tidak buruk.” Ujar Jaroocce “Tapi kita juga harus mengantisipasi kalau-kalau ada Turncoat lain yang bersembunyi.”
Belum selesai mereka berembuk, tiba-tiba salah satu Turncoat berkata “Tuan akan kesini, sebaiknya kita pergi.” Turncoat lain mengangguk lalu pergi meninggalkan Reia dalam keadaan terikat. Miriam yang melihat hal itu berkata “Para Turncoat sudah pergi.” Yang lainnya segera melihat dan mendapati apa yang dikatakan Reia betul. “Tapi kenapa?” Tanya Shociku “Entahlah, tapi yang pasti sekarang kesempatannya kalau mau menolong Reia.” Jaroocce memberi perintah pada Striker “Kalian tunggu disini untuk berjaga-jaga.” Para Striker mengangguk, lalu yang lain mulai berjalan pelan ke tempat Reia. Reia yang melihat Raxion nampak senang “Valenth!” Raxion memberi isyarat tenang, lalu berjalan kearahnya, tapi pada saat itu terjadi hal yang luar biasa. Dari langit mendadak keluar sinar dan menghantam permukaan, spontan mereka mengeluarkan senjata untuk berjaga-jaga “APA ITU?” Teriak Miriam untuk mengalahkan bisingnya suara yang dikeluarkan sinar itu.
Setelah beberapa saat, sinar itu mulai pudar dan dari dalamnya keluar sosok yang tidak dikenali. Sosok itu memakai baju tempur yang asing, baju tempur hitam yang nampaknya ringan namun keras. Selain itu dia juga memakai jubah. Wajahnya nampak masih muda, rambut berwarna coklat dan matanya merah, dari wajahnya tersirat kekuatan. Dipinggangnya terdapat sebilah pedang, panjangnya seperti pedang biasa dan juga nampaknya tidak ada yang istimewa dari pedang itu. Orang itu melihat sekeliling dan mendapati Reia, dia juga melihat Raxion dan yang lainnya. “Cih padahal sudah kubilang bawa saja gadis itu, tapi mereka malah membawa sampah-sampah yang tidak perlu.” Mendengar itu Raxion bertanya “Siapa kau? Dan apa maumu?” Orang itu mengibaskan mantelnya dan memperkenalkan diri “Namaku Rouf, pemimpin armada kedelapan pesawat Cerios dari pasukan Herodian. Kedatanganku disini adalah untuk membawa gadis ini. Sewaktu kami bermaksud membawanya di Bumi, dia dibawa oleh gerombolan lain. Akibatnya kami sampai harus mengejarnya disini.”
Jaroocce yang mendengar itu kaget “Jadi kalian yang ingin membawa Reia ketika di Bumi? Berarti kalian juga yang menembaki pesawat kami sewaktu diluar angkasa.” Rouf melihatnya sebentar lalu berkata “Nampaknya kau sudah salah, yang menembaki pesawat kalian itu armada kesepuluh pesawat Kilian. Tapi yah intinya tetap saja tujuan kami adalah gadis ini.” “Tapi kenapa?” Tanya Raxion “Kenapa kalian ingin membawa Reia?” Rouf nampak tidak sabaran menjelaskan “Karena kami tidak ingin dia menggunakan kekuatannya untuk membahayakan kami. Kalian sudah menghancurkan sumber Holymental, dengan begitu kami bisa menghancurkan kalian kapanpun kami mau. Tapi keberadaan gadis ini menjadi bahaya, karena dengan kekuatannya dia bisa memunculkan kembali Holymental dan itu sangat mengganggu rencana kami, jadi kami bermaksud menghabisinya sekarang juga.”
“Kau…” Raxion bermaksud maju, namun dihalangi Jaroocce. Dia menatap Rouf dengan tajam bertanya “Apa mau kalian sebenarnya, bangsa Herodian?” Rouf membalasnya dengan sombong “Hal itu tidak perlu kalian tahu, toh kalian semua juga akan mati sebentar lagi.” “Begitukah?” Jaroocce menjetikkan jarinya, dari belakang para Striker melompat dan mengeluarkan senjata mereka diarahkan ke Rouf. Rouf yang melihat mereka bersiap-siap untuk lari, namun belum sempat dia berbuat apa-apa sebuah stun grenade mengenainya dan membuat dia tidak bisa bergerak. Mengambil kesempatan ini para Striker mengeluarkan jurus mereka “Target Fix!” Serangan mereka mengenai Rouf dan membuat asap. “Bagus kena telak.” Ketika mereka mendarat, asap mulai menipis. Betapa terkejutnya mereka serangannya sama sekali tidak melukai Rouf sedikitpun. Rouf menepuk-nepuk bahunya berkata “Hanya segini?”
Tanpa komando Jaroocce dan 2 Warrior lainnya maju menyerang bersama-sama, Rouf mencabut pedangnya dan menahan serangan mereka bertiga bersamaan. Raxion yang mengamatinya terkejut karena Rouf bisa mengantisipasi 3 serangan sekaligus. Karena tadi masih disarung pedang Rouf tidak terlihat jelas, namun sekarang mereka bisa melihat pedang Rouf bersegmen-segmen dan warnanya hitam dengan sedikit ukiran emas di pedangnya. Jaroocce dan yang lainnya mundur sedikit, melihat ada celah Rouf mengayunkan pedangnya. Mengira aman karena diluar jangkauan Jaroocce bermaksud mengeluarkan jurus lain, tapi tidak disangka tiba-tiba pedang Rouf menjadi memanjang dan lentur seperti cambuk. Dengan satu ayunan dia menyabeti Jaroocce dan lainnya, ayunan lain menyusul dan mementalkan mereka kekanan. Vinze kaget berkata “Pedang apa itu? Kenapa bentuknya aneh seperti itu?” Rouf mendengarnya menjelaskan “Nampaknya kalian sama sekali tidak tahu tentang Sword Whip (Pedang Cambuk) ya? Pedang ini pedang kesayanganku, Black Viper, segmen-segmennya disatukan dengan bahan khusus yang bisa memanjang dan menahan beban yang berat sekalipun, jadi aku bisa mengayunkannya dengan cepat bagaikan cambuk.”
Inot nampak marah karena Jaroocce serta yang lainnya terlempar dan tidak bergerak “BERANINYA KAU TERHADAP MASTER!” Dia mulai memasang Siege Kitnya, yang lainnya juga mengikutinya sedangkan Curse Angel menyiapkan peluru lain. Rouf nampak santai berkata “Akan kutunjukkan salah satu jurusku.” Dia kembali mengayunkan pedangnya dan menjadi panjang, lalu diputar-putar pedangnya diatas kepalanya, sembari diputar pedang itu mengeluarkan suara desisan aneh. “MATI KAU! DOOM BLAST!” Teriaknya dan menembaknya bersama-sama dengan yang lain. Rouf menatap depan dengan tajam “Black Viper…. WAVE FANG!” Dihantamnya pedang itu ketanah dan mengeluarkan gelombang yang kuat. Gelombang serangan itu berbentuk ular raksasa yang mengeluarkan taringnya, serangan Doom Blastpun seolah-olah ditelan oleh ular raksasa itu. Gelombang itu akhirnya menghantam Inot dan yang lainnya, bahkan Curse Angel yang berada didekat merekapun ikut terlempar. Serangan itu melukai mereka dengan parah dan menghancurkan Launcher serta Siege Kit mereka, akhirnya mereka jatuh terkapar.
Melihat itu Raxion maju untuk memeriksanya, nampaknya mereka pingsan karena luka yang diderita. Rouf menatap dengan sombong “Jadi siapa lagi?” Tiba-tiba dari belakangnya muncul Miriam, dengan cepat dia menarik Hora Bownya dan mengarahkannya ke Rouf. Rouf yang mengetahui Miriam di belakangnya langsung berbalik dan mengeluarkan jurus lain “Whip Dance.” Ayunan pedang yang cepat tidak terlihat oleh Miriam, sehingga dia sama sekali tidak bisa menghindar. Dalam sekejap tubuhnya dipenuhi oleh luka-luka, cambukan terakhir membuat dia terpental kebelakang dan jatuh dekat Reia. Reia yang meihat Miriam terluka cemas memanggil namanya “Miriam! Miriam!” “KAU! BERANINYA KAU TERHADAP MIRIAM” Vinze nampak kalap ketika melihat Miriam dilukai, dengan cepat dia merapalkan mantra dan memunculkan 2 Animus, Amy Grade Isis dan Paimon. “PATEUS, IMINA, HABISI DIA!” Isis dan Paimon maju bersamaan, sambil jaga jarak Isis mengeluarkan serangan gelombang dengan pedang forcenya, nampak Rouf menangkis serangan gelombang itu, pada saat itu juga Paimon maju dan menebasnya.
Karena ditutupi tubuh Paimon, Vinze tidak bisa melihat apakah serangan Paimon masuk atau tidak. Terdengar suara Rouf “Huh, lemah.” Rupanya dengan cepat pedang Rouf memanjang dan mengikat pedang Paimon serta menahannya. “Inikah Animus milik Cora yang terkenal itu? Jendral Besar selalu meminta kami untuk hati-hati terhadap Animus, tapi rupanya Animus itu lemah sekali.” lanjutnya. Nampaknya Paimon mengerti kalau dirinya dihina, dia berusaha melepaskan pedangnya dari lilitan pedang Rouf dan bermaksud menyerangnya lagi. Rouf dengan 1 gerakan melepaskan lilitan cambuknya, pada saat itu juga dengan 1 gerakan yang tidak disangka Paimon dia menebas putus lengan kanannya. Darah mengucur deras dari bahunya, akhirnya dia terkapar jatuh. Isis yang melihat itu mulai bermaksud maju menyerangnya, tapi belum sempat dia berbuat apa-apa mendadak Rouf muncul di hadapannya dan menusuk perutnya. “Terlalu lemah…” Ujarnya dengan sombong sambil menarik pedangnya dan membiarkan tubuh Isis jatuh. Vinze yang melihat itu berteriak “PATEUS, IMINA! SIALAN!” Dia mengangkat tongkatnya dan mengayunkannya “AQUA BLADE!” Pedang es raksasa meluncur kearah Rouf. Rouf menatap pedang es itu, ketika sudah dekat dengannya diayunkan pedangnya dan pedang es itu langsung terpotong 2. “Apa!” Vinze yang melihat itu kaget. “Ini yang kalian sebut Force? Biar kutunjukkan apa itu Force yang sesungguhnya.” Ujar Rouf sambil mengangkat tangan kirinya kedepan, disekelilingnya mulai keluar serpihan-serpihan es tajam “Element Es! Diamond Rain!” Teriak Rouf, dan dalam sekejap serpihan-serpihan itu menghujani tubuh Vinze dengan cepat, bahkan dia tidak punya kesempatan untuk melindungi diri. Seketika itu juga Vinze tumbang.
Raxion sedari tadi tercengang melihat satu-persatu rekannya jatuh, ‘Kuat, padahal dia hanya sendiri tapi bisa menghadapi kami sebanyak ini.’ Rouf menatapnya berkata “Kenapa? Giliranmu bukan?” Raxion mencabut pedangnya, Spadona di tangan kiri, Blu Terre ditangan kanan. Melihat itu Rouf berkata “Aliran 2 pedang ya? Terserah mau berapa pedangpun kau tidak akan bisa menang.” Raxion berkosentrasi, lalu dia bersiap-siap mengeluarkan jurus “SHIELD BATTERY!” Ada aura unik keluar menyelubungi tubuhnya, lalu dia berlari kedepan. Tepat dihadapan Rouf dikeluarkan jurus lain “MANGLE!” Sabetan tidak beraturan dengan 2 pedang dikeluarkannya dengan cepat, tapi yang mengejutkan adalah Rouf bisa mengantisipasi semua serangannya. “RAGE SLICE!” Ucapnya sembari mengarahkan Blu Terre kepinggang Rouf. Rouf yang melihat datangnya pedang melompat mundur menjaga jarak jauh dengan Raxion. “Sama saja.” Ujarnya “Kau juga lemah. Ini jadi tidak menarik, biar kuselesaikan juga sekarang.” Sekali lagi dia memutar-mutar pedangnya yang sudah jadi cambuk diatas kepalanya. Raxion yang melihat itu bermaksud menghentikannya, tapi kali ini jurusnya dikeluarkan lebih cepat dibanding sebelumnya. “Black Viper…. WAVE FANG!” Sekali lagi gelombang berbentuk ular keluar, Raxion yang tidak sempat menghindar menyilangkan pedangnya dengan harapan bisa menahannya. Gelombang itu menghantam Raxion telak dan membuat debu tebal, dari balik debu itu Blu Terre terlempar berputar-putar akhirnya menancap ke tanah.
Raxion berusaha bangkit dengan susah payah, dilihatnya Rouf berjalan ke Reia. Rouf mengangkat tubuh Reia dengan 1 tangan dan pedangnya sudah siap untuk menusuknya “Nah sekarang tinggal menghabisi nyawa gadis ini, maka semuanya sudah selesai.” Raxion melihat hal itu berteriak “HENTIKAN!” Diotaknya tercetus ide gila “MAGNETIC ARM!” Teriaknya. Listrik menyelubungi tangannya, tapi belum selesai semua itu ditusukan tangannya ke dada. Pada saat itu juga tubuhnya bereaksi dan dia berteriak kesakitan. Rouf yang melihat itu menurunkan Reia, “Apa lagi yang mau kau lakukan?” Raxion berdiri, nampak kesakitan. Tapi kurang dari sedetik kemudian dia sudah berada didepan Blu Terre dan mencabut pedangnya. Rouf kaget melihat hal itu “Apa?!” Raxion berlari dengan kecepatan yang hampir tidak bisa dilihat Rouf, dia bermaksud mundur namun telat karena Raxion sudah didepannya. “CROSS SLASH!” Raxion mengayunkan pedangnya secara silang dari arah dalam, Rouf yang tidak sempat mengantisipasinya terkena sabetan didadanya, meski terlindungi jirah sabetan itu bahkan menghancurkan jirahnya dan meninggalkan bekas berbentuk X. Rouf mundur, dilihatnya Raxion yang nampaknya agak payah menahan badannya. Dia tertawa dengan keras “HAHAHAHAHA! Bagus, bagus sekali! Sudah lama tidak ada orang yang bisa melukaiku! Kau! Sekarang kubiarkan kau hidup, jadilah lebih kuat dari sekarang, karena tidak lama lagi armada utama Jendral Besar akan tiba. Pada saat itulah kita akan bertempur sekali lagi.” Dia menarik alat komunikasi berkata “Ini aku, transfer balik aku ke pesawat.” Cahaya tadi kembali muncul dan menyinari Rouf, Rouf melihat Raxion dengan tatapan senang, seolah-olah mendapat mangsa baru.
“TUNGGU!” Raxion bermaksud menghentikannya, tapi diapun akhirnya tumbang. Jaroocce dan yang lainnya menyaksikan apa yang terjadi, Reia berusaha memanggil Raxion “Wi…” “CURSE ANGEL! CEPAT PERIKSA DIA!” Terdengar suara Jaroocce yang keras, Curse Angel langsung berlari ke Raxion dan memeriksanya. Vinze yang sudah bisa bangun menyimpan Isis dan Paimonnya “Animus Heal.” Dikeluarkan jurus yang menyembuhkan kedua Animus itu, lalu dia memanggil Animus Inanna yang juga sudah Amy Grade. Dia berjalan ke dekat Miriam dan mendapati lukanya yang cukup parah, ditatapnya Inanna dan berkata “Tolong ya Ilia.” Inanna mengangguk lalu menyembuhkan luka Miriam dan Vinze. Miriam mulai menunjukkan tanda-tanda kesadaran, ketika dia membuka mata dia melihat Vinze di hadapannya “Apa yang…?” Vinze langsung memeluknya dengan erat “Syukurlah…syukurlah…” Ujarnya setengah menangis. “Vinze… sakit nih.” Mendengar itu Vinze spontan melepaskan pelukannya “Maaf, aku cuma cemas, ketika kamu kena serangannya kukira kamu…” Muka Miriam merah, dia senang Vinze mencemaskannya.
Linear melepaskan ikatan Reia, segera Reia berlari ke tempat Raxion yang sedang diperiksa Curse Angel. Jaroocce mendekatinya bertanya “Bagaimana?” Curse Angel memeriksanya sebentar lalu menjawab “Tidak apa-apa, tidak ada sirkuit utama yang kena.” Vinze yang bergabung dengan mereka bertanya pada Jaroocce “Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa tadi Raxion bisa menjadi sekuat dan secepat itu?” Jaroocce meliriknya menjelaskan “Jurus Punisher, Magnetic Arm, pada dasarnya adalah jurus yang membuat motor-motor pada tangan menjadi lebih kencang putarannya, sehingga memperkuat ‘otot’ tangan. Tapi yang dilakukan Raxion tadi adalah, sebelum kekuatan listriknya hilang dia menusukkannya ke badannya, sehingga motor tubuhnya berputar dengan cepat karena mendapati aliran listrik, hal itu berarti memaksa tubuhnya untuk bekerja melewati batas. Dari sanalah asal kekuatan tadi, tapi itu bukanlah teknik umum Punisher, kenapa dia bisa tahu cara memakainya?”
Raxion nampak mulai sadar, dia berusaha duduk melihat sekeliling. Reia memeluknya sambil menangis “Valenth…Valenth…” Raxion mengelus kepalanya “Maaf sudah membuatmu takut.” Jaroocce mengulurkan tangannya, Raxion berdiri dibantu Jaroocce “Terima ka…” Belum sempat dia selesai bicara Jaroocce meninjunya mukanya dengan keras sampai terpental. Vinze berusaha menenangkannya, Jaroocce menyingkirkan Vinze dengan pelan dan berjalan ke Raxion. Diangkatnya Raxion dan dimakinya “KAU TAHU APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN? KENAPA KAU BISA MEMIKIRKAN IDE GILA YANG SAMA DENGANNYA? KAU BERUNTUNG MASIH BISA HIDUP, TAPI BAGAIMANA KALAU SAMPAI MELESET? JANGAN PERNAH SEKALI-KALI MEMAKAI TEKNIK GILA ITU LAGI, MENGERTI!” Dijatuhkannya Raxion dan dia berjalan menjauhinya, LordOfStreker mendekati Raxion dan membantunya berdiri sambil menjelaskan. “Kau jangan marah, master melakukan itu untuk kebaikanmu juga.” Vinze, Miriam dan Reia bergabung dengan mereka bertanya “Dari kata-katanya berarti ada orang lain yang juga memakai teknik yang sama?” LordOfStreker nampak enggan menjelaskan, akhirnya dia berkata “Masih ingat master pernah bercerita sewaktu kami dikejar sepasukan aneh di Bumi?” Semua yang mendengarkan mengangguk, LordOfStreker melanjutkan “Sebenarnya kami ke Bumi bukan bertujuh, tapi berdelapan. Pada saat dikejar pasukan itu, Menzhen, teman kami menahannya selagi kami ke pesawat. Pada saat itu dia juga menggunakan teknik seperti Raxion.” Semuanya kaget, Huangs kembali melanjutkan “Hanya saja Menzhen sial, karena tusukannya tepat disirkuit utama tubuhnya, sehingga tubuhnya meledak. Ironisnya berkat ledakan itu kami berhasil kabur dari Bumi.”
“Jadi itu yang dimaksudnya tadi dengan Raxion beruntung.” Ujar Vinze. Huangs mengangguk, dia menepuk bahu Raxion “Master cuma tidak ingin ada orang yang mengikuti jejak Menzhen, karena itulah kuharap kau paham. Tapi yang tidak kumengerti kok bisa-bisanya kau memikirkan ide yang sama seperti Menzhen.” Raxion menatap tanah menjelaskan “Itu… aku cuma berpikir kalau Magnetic Arm bisa mengencangkan motor ditangan, harusnya dia juga bisa mengencangkan motor-motor tubuhku juga. Aku cuma…tidak…menyangka…akan…seperti…ini…” Raxion nampaknya tidak tahan lagi akhirnya tumbang, samar-samar dia mendengar banyak suara yang memanggilnya. Dia berusaha untuk tetap sadar, namun tetap saja pingsan pada akhirnya.
Sekembalinya ke pesawat, Rouf disambut Letnannya “Kolonel Rouf, anda terlalu gegabah. Perintah Jendral Besar agar kita mengawasi dan menunggu sampai beliau datang barulah kita bergerak.” Rouf berjalan ke kursinya berkata dengan malas-malasan “Aku tahu, tapi kau tahukan kalau aku ini bukan tipe yang mau duduk saja. Lagipula berkat itu aku menemukan lawan yang menarik.” Dibuka jirahnya dan nampak luka yang dibuat Raxion tadi, Letnannya terkejut “Panggil tim medis, Kolonel terluka.” Perintahnya pada salah satu operator, operator itu mengangguk lalu menghubungi tim medis. “Kolonel…” Letnannya nampak cemas, namun Rouf tenang-tenang saja. “Khu…khu…khu… Luka ini akan menjadi bukti kekuatanmu, wahai Accretia yang berhasil melukaiku. Khu…khu…khu…” Tawanya sinis, beberapa saat kemudian tim medis muncul dan mengobati lukanya.
CHAPTER 7 END.
Next Chapter > Read Chapter 8:
https://www.pejuangnovus.com/rhapsody-chapter-8/
Previous Chapter > Read Chapter 6:
https://www.pejuangnovus.com/rhapsody-chapter-6/
List of Last Rhapsody Chapter:
https://www.pejuangnovus.com/rhapsody-chapter-list/