LAST RHAPSODY – EPILOGUE

Last Rhapsody
Penulis: Elwin
EPILOGUE
Setahun sudah berlalu sejak pertempuran dengan Herodian, prajurit Arcadia yang gugur juga jumlahnya cukup banyak sekitar 137 orang, hingga Ashlan memutuskan hari itu dikenang sebagai hari Perjuangan Besar. Selain Royal Guards yang terbunuh, dari pihak United Force juga tidak sedikit yang bersedih. Kundza yang pada saat itu terkena imbas serangan petir kedua mati dengan hormat, sebelum meledak dia menerobos kepasukan musuh dan meledakkan diri diantara mereka. Shociku yang menganggap dirinya sudah tidak berguna karena tangannya putus, membawa satu tas peledak dan merelakan dirinya sebagai penghalang untuk anggota United Force yang lain mundur. Huangs mengalami kerusakan pada bagian bawah tubuhnya, meski sekarang sudah diperbaiki namun masih ada sedikit kejanggalan. Tim Striker harus merelakan kepergian Linear yang tertusuk pasukan tombak demi melindungi gadis Cora, Tamerlane, sampai sekarang Tamerlane tetap membawa Launcher Linear, meski tidak mungkin baginya untuk memakai Launcher itu. Jaroocce yang melihat banyak anak buahnya yang gugur akhirnya memutuskan membubarkan United Force, dia sendiri sudah kembali berkelana di luar angkasa dengan anggota yang dulu Inot, Jenoshiel, Huangs dan Curse Angel.
Panther mengalami cedera, ketika petir menyambar salah satu Guard Tower miliknya dan meledakkannya, pecahan Guard Tower menembus perutnya. Meski begitu nyawanya selamat, hanya saja dia butuh rehabilitasi hingga bisa berjalan kembali seperti biasa. Paladinz dan Luthien yang merasa bersalah karena tidak bisa melindunginya membantu Panther sampai dia sembuh total.
Ketika Raxion dan yang lainnya keluar dari tambang, Vinzelah yang menceritakan bagaimana Reia harus mengorbankan dirinya untuk membuat kristal yang baru, karena dia tahu Raxion pasti tidak ingin menceritakan apapun. Kaget mendengar itu, Ashlan menyesali tidak memikirkan cara lain pada saat itu. Sejak saat itu larangan menambang di tambang tengah dikeluarkan, meski tanpa larangan semuanya juga setuju, karena mereka tahu kalau kristal-kristal itu sangat berharga. Meski ada larangan menambang, namun sama sekali tidak ada larangan untuk mengunjungi tambang tengah. Menara kristal raksasa tersebut menurut penelitian Rugardo terus menerus mengeluarkan radiasi gelombang ke seluruh planet, selain itu jika ada yang menyentuh kristal itu, nyanyian Reia bisa terdengar kembali bahkan sampai kesemua tempat Arcadia, nyayian yang menenangkan serta menentramkan hati.
Untuk menghormati mereka yang gugur para Master mendirikan monumen batu yang ditulisi nama-nama mereka yang sudah meninggal di dekat tambang tengah, nama Reia terukir paling besar dan paling atas. Mayat-mayat Herodian dikumpulkan dan dikuburkan dalam sebuah lubang besar yang digali dengan bantuan semua orang dan para Animus, awalnya mereka ingin membuang mayat-mayat itu begitu saja ke laut, namun Rugardo menentangnya karena dianggap akan mengotori laut.
Sekarang ini adalah hari yang berbahagia bagi Miriam, dia sedang bersiap-siap untuk pernikahannya. Dalam kamarnya ibunya sedang mendadaninya, dirinya memakai gaun putih. “Nah jadi cantikkan anakku ini.” ujar ibunya ketika selesai merias Reia. “Ibu.” Miriam tersipu malu. Vinze sendiri sedang menunggu diruang tamu. Kakeknya sedang berbincang-bincang dengan ayah Miriam, keduanya sangat cocok. Ibu Miriam menarik keluar anaknya “Ayolah, untuk apa kamu malu.” Vinze yang melihat Miriam jadi terpana tidak bisa berkata-kata, melihat itu Suiwen tertawa “Hahahaha, anak muda memang enak ya.”
Pintu depan diketuk pelan, ayah Miriam membukakan pintu, rupanya yang datang adalah Axel dan keluarganya serta Magda. Mereka memberi selamat pada ayah Miriam, Irene masuk menemui Miriam dan mendapati Miriam memakai gaun putih yang cantik terpana. “Kak Miriam, cantik sekali.” Katanya sambil tersenyum mendekati Miriam. Magda memberikan seikat bunga padanya “Selamat yah untuk menempuh hidup baru.” Miriam menerima bunga itu tersenyum “Terima kasih, kukira kalian tidak akan datang.” Anna menggeleng “Kami pasti datang kok, inikan hari yang bahagia. Begitu surat kalian sudah sampai ketempat kami lewat Federasi Pengantar Barang, kami sudah tidak sabar menunggu hari ini. Awalnya kami ingin mengajak tuan Horad, namun beliau menolak, beliau bilang kalau dia sudah terlalu tua untuk berjalan jauh. Jadi beliau bilang sampaikan salam saja.”
“Tapi gaunnya benar-benar bagus yah.” ujar Farrell santai “Siapa yang mendesainnya?” mendengar itu Miriam dan Vinze terdiam sebentar, Miriam tersenyum pelan menjelaskan “Gaun ini, digambar Reia sewaktu dia masih tinggal dikamarku. Dia bilang kalau penduduk bumi ketika menikah memakai gaun putih ini, dia juga bilang suatu hari dia akan memakainya ketika menikahi Valenth.” Mendengar itu yang lain juga terdiam, Vinze sempat mengirimkan surat yang memberitahukan tentang Reia, sehingga keluarga Axel dan Horad sedih mendengarnya.
“Daripada itu, apa masih tidak ada kabar dari dia?” tanya Magda berusaha mengalihkan pembicaraan, Vinze menggeleng pelan “Sudah setengah tahun ini tidak ada kabar. Aku juga tidak tahu ada dimana dia sekarang.” Tiba-tiba Anna teringat sesuatu “Oh ya, ini nak Miriam, barang yang kamu minta.” Anna mengeluarkan baju yang dipakai Reia pertama kali, Miriam menerimanya dan mencium aroma yang ada di baju itu dalam-dalam. Melihat baju itu Vinze teringat semua perjalanan yang mereka lakukan sampai sekarang, ketika pertama kali bertemu Reia, mencari petunjuk -Hyun, Reia diculik, melawan Rouf serta pertempuran terakhir. Semua itu dirasa sudah lama, namun juga seperti baru saja kemarin kejadiannya.
Tiba-tiba pintu diketuk lagi, mendengar itu Magda langsung berlari kepintu dan membukanya dengan keras “Raxion!” Yang berdiri didepannya rupanya adalah Bellato, Bellato itu kaget. Magda yang kecewa meninggalkannya, ibu Miriam melihat kedatangan tamu bertanya “Ya?” “Apakah ini tempat tinggal nona Miriam?” tanya Bellato itu sambil melihat alamat di daftarnya, ibu Miriam mengangguk “Ya, ada apa ya?” “Oh begini, aku dari Federasi Pengantar Barang, ada paket untuk nona Miriam.” katanya sambil menyerahkan paket ke ibu Miriam, dia menerima paket itu dan membayar tip ke Bellato tadi. “Terima kasih sudah memakai jasa kami.” ujarnya sambil membungkuk, lalu meninggalkan tempat itu.
“Miriam, ada paket untukmu.” Ibu Miriam menyerahkan paket itu padanya, betapa terkejutnya ketika dia membaca nama pengirimnya “Raxion…” katanya dengan suara tertahan, mendengar itu semua langsung mengerumuni Miriam, menunggu dia membuka paket itu. Rupanya adalah surat video, Miriam menekan tombol play dan memaksimalkan volumenya. Muncul hologram Raxion setengah badan menatap mereka semua.
“Sudah lama ya, setengah tahun kalau tidak salah.” “Memang sudah setengah tahun tolol.” maki Vinze meski dia tahu kalau itu sia-sia. “Kuharap kalian semua bahagia disana, aku tidak tahu kapan surat ini akan sampai, tapi jika surat ini sampai pada saat pernikahan kalian, aku ucapkan selamat sebesar-besarnya. Sebenarnya hubungan kalian aku sudah tahu sejak dulu, ketika kalian mengira aku dan Reia sudah meninggalkan kalian setahun yang lalu, aku melihat kau menyatakan perasaanmu pada Miriam, Vinze.” Mendengar itu muka mereka berdua memerah. “Reia… ah tidak, tidak apa-apa. Maaf aku tidak bisa menghadiri pernikahan kalian, dimana aku sekarang dan sedang apa aku tidak bisa memberitahu kalian, aku hanya bisa bilang kalau aku sedang mengelilingi Novus. Aku ingin memperlihatkannya pada Reia betapa indahnya planet yang dilindunginya dengan segenap hati.”
Mendengar itu Miriam setengah menangis, ketika dikira surat itu selesai suara Raxion terdengar lagi. “Kemudian Irene, aku tidak tahu apakah kamu ada disana, aku minta maaf karena tidak bisa memenuhi janjiku padamu. Farrell, kamu harus bisa menjaga kakakmu karena kamu ini laki-laki, mengerti? Kemudian Magda, sebenarnya aku tahu kalau kau memiliki perasaan padaku, hanya saja aku tidak bisa membalasnya, maafkan aku. Tapi bisakah kamu menggantikanku untuk mengawasi Irene dan Farrell? Aku tahu ini egois, tapi ada yang harus kulakukan sekarang ini. Sekali lagi, Miram, Vinze, aku harap kalian semua bahagia. Sampaikan salamku untuk orang tuamu Miriam dan kakekmu Vinze.” Akhirnya surat itu selesai, Miriam menyerahkannya pada Magda, Magda kaget bertanya “Bolehkah?” Miriam mengangguk pelan “Saya yakin kalau kamu ingin menyimpannya bukan? Terimalah, kami masih memiliki surat Raxion pertama.”
Magda menerimanya dan mengucapkan terima kasih “Akan kujaga baik-baik.” “Tidak adil.” Irene bersungut “Ini tidak adil, Raxion mengingkari janjinya.” Magda mendekatinya dan berlutut “Irene…” “Tidak adil… tidak adil… tidak adil… huaaaaaa” Irene menangis dan Magda memeluknya dengan erat sambil bergumam “Tidak apa-apa, aku akan menjaga kalian sesuai permintaan Raxion. Kalau dia mengelilingi Novus cepat atau lambat kita pasti bisa bertemu.” Tangisan Irene masih terdengar, Anna mendekati Miriam berkata “Maaf ya, dihari bahagia malah dia menangis.” Miriam menggeleng “Tidak apa-apa, saya mengerti kok. Lagipula yang harus disalahkan itu Raxion, masa mengirim surat begini disaat seperti ini.” Mendengar itu Anna tertawa kecil, dia kemudian menenangkan Irene. Miriam bersandar pada Vinze membisikinya “Eh… Vinze, saya sudah memikirkan nama anak kita kalau lahir.” “Oh ya? Apa namanya?” tanya Vinze sambil membelai lembut rambutnya “Kalau cewek kita namakan Reia, kalau cowok Valenth. Bagaimana?” Vinze tersenyum “Bagus sekali.”
Raxion saat itu sedang di tempat nisan. Dia sedang duduk menatapi nisan-nisan itu, sampai akhirnya angin bertiup. Raxion berdiri dan memakai semua perlengkapannya, terakhir dipakaikan mantel tuanya yang sudah mulai sobek-sobek. Dilihatnya nisan itu terakhir kali bergumam “Kapan-kapan aku akan berkunjung lagi dengan bunga yang lebih bagus.” Lalu dia meninggalkan nisan itu. Disamping kiri nisan Guyter bertambah satu nisan lagi yang bertuliskan ‘Nisan Reia, gadis yang kucintai dan penyelamat Novus. Semoga kehidupan berikutnya kita bertemu lagi.’ Angin besar bertiup membawa kelopak bunga di nisan Reia terbang tinggi, dan membawanya ke Raxion. Raxion melihat kelopak bunga itu, dia menatap pita yang diikat ditangan kirinya. Sekali lagi dia berbalik menatap ketiga nisan itu ‘Padahal aku berharap pengorbanan seperti ini tidak terjadi lagi setelah kalian, Rygar, Yukie. Tapi nampaknya yang diatas menginginkan lain.’ ujarnya dalam hati. Dikibaskan mantelnya dan ditinggalkan tempat itu sambil menyanyikan lagu Last Rhapsody dengan pelan. Semakin lama-semakin jauh, hingga sosoknya tidak terlihat lagi dari nisan-nisan.
Angin bertiup kembali membawa kelopak bunga itu jauh terbang dan akhirnya sampai ke wilayah Arcadia, dimana saat itu Vinze dan Miriam sedang mengucapkan sumpah untuk hidup bersama dihadapan para Master. Mereka berciuman dan semuanya bersorak, lalu mereka memberikan persembahan tanda hormat pada para Master yang diterima dengan senang hati. Semuanya berbincang-bincang dengan gembira, tawa terdengar dimana-mana, diantaranya terlihat Paladinz dan Luthien serta Panther yang masih duduk dikursi roda sedang bersulang untuk pengantin. ReefQee sedang berbincang-bincang dengan Lucantz, Tamerlane yang masih membawa Launcher Linear juga duduk bersama mereka. Ang dan Lime sedang menikmati makanannya, disamping mereka Xmagic beradu panco dengan SchunederX, tidak ketinggalan juga Palladium dan Exe yang sedang mengamati mereka. Keluarga Axel yang duduk satu meja dengan keluarga Miriam serta Suiwen nampak sedang membicarakan sesuatu, diselingi tawa dan senyum.
Akhirnya kelopak bunga jatuh ditangan Miriam yang sedang duduk memandangi semua tamunya, diamatinya kelopak itu sebentar lalu digenggam erat-erat. Dia menatap Vinze sambil tersenyum, Vinze membalasnya dan menidurkan kepalanya di dada, melihat itu semua menggoda Vinze dan mengambil potret pada hari itu juga.
FIN
“I will protect this universe from Grand Black Hole, no matter what happened.”
“Because the will of Primus The Creator, force chip grant me this power.”
Quote from Galaxy Convoy, Commander of Cybertron Army from planet Cybertron
EPILOGUE END.
Previous Chapter > Read Chapter 10:
https://www.pejuangnovus.com/rhapsody-chapter-10/
List of Last Rhapsody Chapter:
https://www.pejuangnovus.com/rhapsody-chapter-list/