SCIONS OF NOVUS CHAPTER 2 – THE SURVIVORS

Scions of Novus
Penulis: Randh13th
Di suatu tempat di Novus,
“AWAS ADA LEDAKAN!”
Sebuah projektil meledak di tengah-tengah pasukan Bellato. Namun hal itu tidak menghentikan gerakan mereka. Mereka tengah bentrok dengan pasukan Accretia yang lebih besar, tetapi mereka tidak mengharapkan bahwa para Cora berbalik melawan mereka. Gantinya, para Cora hanya bertahan pada posisi mereka seraya menunggu musuh-musuh mereka kelelahan. Akibat pengkhianatan tersebut. Bellato segera mengirm MAU (Massive Armored Unit) mereka untuk menghajar mantan sekutu mereka. Pasukan Catapult membombardir kedudukan Cora, sementara pihak lawan membalas dengan Anima mereka. Pihak Accretia melihat ini sebagai kesempatan untuk memecah belah lawan, dan menjadi ancaman ketiga.
Pihak Accretia mengirim para Ranger yang diperlengkapi Launcher untuk menghabisi lawan, sementara para Petarung berurusan dengan garis depan. Para Dementer menunggu dengan perangkap mereka. Menurut logika, pihak Cora adalah yang terlemah, maka mereka harus dihancurkan lebih dahulu sebelum memanggil bala bantuan.
CONTOH KESADARAN UNIT:
Berapa banyak lawan yang dia bunuh bukanlah masalah bagi Zero. Dalam posisi mengamuk, cyborg tersebut tidak peduli dengan mereka. Apapun yang berdaging harus dimusnahkan
Matilah, Bellato! Matilah, Cora! Siapapun yang menentang Kaisar Deuz harus dimusnahkan! Jangan biarkan makhluk berdaging bernafas! MATI! MATI!
Accretia berzirah gelap itu memegang pedang dan menebas siapapun yang datang. Dibawah serangan gencar Bellato dan Accretia, lini depan Cora mulai jatuh. Hanya tinggal menunggu waktu saja sebelum mereka mengalami kekalahan telak. Meskipun dengan badan sibernetik, sang Petarung merasakan suatu sensasi ganjil di dalam otak organiknya…itu terasa menyenangkan. Seorang petarung Cora dengan kampak besar menantang, tetapi Zero membabatnya dengan pedang. Melihat tubuh tercincang tersebut, cyborg itu mulai tertarik pada kematian.
Demi Kaisar Deuz! Deus Ex Machina!
Di lain pihak, para Bellato maju dengan cepat. Sementara para serdadu bertempur di garis depan, para perwira berlindung di tempat yang aman. Maya memperhatikan situasi melalui binokularnya. Dia berpaling pada seorang Sersan,
“Sersan, suruh tentara mendesak pihak Cora!” Sersan itu membalas,
“Nona, sepertinya para Accretia punya pikiran yang sama,” Gadis Bellato itu mendengus,
“Maka dari itu, kita harus menguasai target sebelum para kaleng rongsokan itu! Hancurkan mereka secepatnya! Gunakan MAU bila perlu!” Sang Sersan tidak bertanya lagi; ia hanya mengiyakan seraya memberi hormat,
“Ya, Nona!” Selagi perintah tersebut dijalankan, Maya mengundurkan diri ke kapal komando yang siap lepas landas.
Sentimen tersebut tidak dirasakan oleh para bawahannya di bawah. Kayn hanya mengerutkan dahinya, ketika ia melihat kapal tersebut lepas landas,
“Yah, ada orang yang tidak mau mengotori tangannya!” Ran menyahut,
“Karena itulah mereka punya kita disini, Kayn!” Bellato berambut coklat itu berpaling pada kawannya,
“Jangan bilang kamu melakukan ini dengan senang hati,Ran…”
“Apapun demi Maya-ku…” Saat bersamaan, ia menembak jatuh seorang Petarung Accretia dengan busur komposit. Begitu robot besar itu jatuh, Kayn dan petarung lainnya segera mengerumuninya serta menamatkan riwayatnya dengan pedang pulse mereka. Ia berpaling pada pihak Cora,
“Sayang sekali, kita harus melawan mereka. Para wanita Cora sangat cantik…” Ranger muda itu hanya meringis, seraya membetulkan pelindung matanya,
“Ya, mungkin mereka akan menghargai perhatianmu dengan mencabut jantungmu keluar!” Ran melompat keluar dari parit dan berkata,
“Tapi ini perang! Para Cora menikmatinya, lagipula mereka hanya orang-orang fanatik…ayo pergi, Kayn! Mari kita berburu Cora dan Accretia!”
“Aku ikut!” Para pemuda tersebut segera menuju medan pertempuran dan mendekati garis musuh…
Para Cora telah berkurang menjadi sekelompok Spiritualis, Ranger dan Petarung, tetapi mereka menolak untuk menyerah. Komandan Ladion mengeluarkan perintah,
“Baiklah semuanya! Situasi kita genting!” Ia menjelaskan, “Tetapi kita tidak akan jatuh! Dengan karunia DECEM, kita akan bertahan! Bagi mereka yang belum siap, aku telah memerintahkan para Dark Priest untuk menggunakan mantra Return Gate sehingga kalian dapat kembali ke Markas Besar! Ceritakan keberanian kami pada yang lain! Ini akan menginspirasi mereka untuk melanjutkan perjuangan kami! Untuk DECEM!” Semua menyahut,
“Untuk DECEM!” Lalu para Dark Priest mulai menggunakan mantra mereka untuk membuat portal sehingga para Cora yang terluka bisa kembali. Spiritualist yang lain membuat dinding pelindung yang menahan serangan musuh. Ladion memperhatikan orang-orangnya dan berpaling kepada seorang gadis muda di depannya. Dengan kurang senang, ia berkata,
“Tuan Putri tidak seharusnya di sini! Ini sangat berbahaya!” Clytemnestra membalas,
“Di sinilah tempatku! Komandan, aku ingin ikut berperang demi rakyat kita!”
Ladion menyahut, “Saya menghargai perhatian Tuan Putri, tetapi kami tidak bisa membiarkan Tuan Putri dalam bahaya…lagipula apa yang pihak musuh pikirkan jika mereka menemukan anggota keluarga Ladenus berada di sini! Tidak, Tuan Putri! Aku akan mengirim Anda kembali ke Markas Besar; ini bukanlah waktu yang tepat!”
“Tapi aku…” Sebelum Spiritualist muda itu menukas, dua orang Ksatria segera mengapitnya. Ladion berkata,
“Kawal Tuan Putri ke portal…” ia menambahkan, “…kami merasa terhormat untuk bertempur bersama Anda. Hanya saja ini bukan waktu yang tepat…”
“Tidak, Komandan! Kehormatan adalah untuk saya…” Ketika mereka melangkah menuju portal, sesuatu terjadi dan membuat mereka berhenti.
Di atas langit, suara raungan keras muncul. Sebuah benda raksasa yang berapi muncul dalam pemandangan mereka. Pihak yang bertempur terdiam sejenak. Dengan ketakutan, mereka melihat benda tersebut mengarah ke medan perang mereka. Para Bellato dan Cora lari ketakutan, sementara para Accretia lambat menanggapi bahaya tersebut. Ketika meteor berapi tersebut mendekat, Ran melihat bahwa benda itu mengenai kapal komando Maya. Api keluar dari mesin kapal itu dan kapal tersebut jatuh ke barat daya.
Di tengah kebingungan, portal tiba-tiba tertutup. Para Cora terjebak! Melihat situasi mereka, Ladion memerintahkan,
“Lindungi Tuan Putri!” Para Ksatria, Penjaga dan Pelindung segera mengerumuni Clytemnestra, sehingga ia hampir tercekik. Ia melihat meteor tersebut menabrak daratan dan meledak…
Zero juga melihat hal tersebut dan program penyelamatan diri langsung aktif. Tetapi ia hanya sedetik terlambat ketika gulungan api yang kencang menelan apapun di sekitarnya. Bahkan para MAU tidak luput dari amukan tersebut.
Untuk sesaat, seluruh planet mengerang dan kehidupanpun tiada…
Setelah badai api tersebut mereda, Ran bangkit perlahan dari debu. Ia sangat terkejut melihat kawah raksasa gantinya medan pertempuran. Ia memperhatikan MAU-MAU yang terbakar hangus di dekatnya. Tak diragukan bahwa Pengemudinya pun tewas dalam ledakan ini. Ranger tersebut mencari teman-temannya, tetapi ia tidak dapat menemukannya. Diambilnya busur komposit miliknya, dan menelusuri lokasi ledakan. Semua disekitarnya rata dengan tanah, tak satupun yang tersisa. Muncul dalam pikirannnya bahwa ia mungkin satu-satunya yang selamat dari pasukannya. Pasukan Accretia telah musnah semuanya. Untuk para Cora…mungkin mereka sudah me-Recall dirinya jauh dari bahaya. Tiba-tiba, ia teringat sesuatu.
Bagaimana dengan Maya? Apakah ia selamat juga? Didorong pikiran tersebut, Ran melangkah dengan cepat hingga ia mendengar sebuah bunyi berisik yang dekat. Secara insting, ia menarik busurnya dan mengarahkannya ke apa yang ia anggap sebagai sumbernya. Para Cora yang tewas bertumpuk di dalam sebuah parit. Ranger itu melangkah dengan hati-hati. Mendadak, seorang gadis berambut panjang dengan zirah ringan dan sebuah tongkat muncul dari balik tumpukan mayat, seperti hantu. Bellato muda itu terkejut setengah mati, sehingga ia hampir menembaknya…
Clytemnestra tak kalah kagetnya ketika ia melihat seorang pemuda Bellato mengarahkan panah ke arahnya. Ia mengangkat tongkatnya dalam posisi defensive, siap merapal mantra. Kemudian pemuda itu berteriak,
“Siapa kamu? Bagaimana kamu masih hidup?” Spiritualist wanita itu mendesis karena terhina,
“Jaga lidahmu, kafir! Tidak ada orang yang berbicara padaku dengan lancang…aku akan melenyapkanmu,” Ran hanya tertawa, sehingga membuatnya jengkel,
“Maaf ya! Sebaiknya kamu perhatikan situasimu dulu!” Gadis Cora itu melayangkan pandangannya dan melihat teman-temannya yang tewas. Iapun menjerit,
“Kau! Apa yang telah kau lakukan pada teman-temanku?” Ranger muda itu membalas,
“Hei, tunggu dulu! Aku yang seharusnya bertanya seperti itu! Sepertinya sihir kalian berbalik ke arah kalian sendiri!” Cly mengangggap hal itu sangat tidak masuk akal; ia menukas,
“Omong kosong, itu pasti teknologimu yang gagal! Apakah kau siap dihancurkan, kafir?” Ran mengangkat busurnya tepat sebatas gadis itu, tetapi ia tidak merasa perlu membunuhnya,
“Dengar, Nona!” katanya menjelaskan, “Panahku akan menembus tenggorokanmu sebelum kamu punya kesempatan untuk menyerangku dengan sihir! Tetapi apa gunanya kita saling bunuh di sini? Bukankah lebih baik untuk menemukan jalan pulang ke rumah masing-masing!” Gadis Cora itu menjawab dengan bangga,
“Hidupku adalah milik DECEM. Aku akan mengorbankan diri untuknya tanpa ragu!”
“Ya, lakukan itu dan aku yakin dewamu akan menerimamu!” ejek Ran, “Apakah kau tidak pernah berpikir tentang keluargamu? Apakah kau benar-benar perhatian dengan mereka? Aku ingin kembali ke rumah dengan selamat, dan begitu juga dengan kamu!” Spiritualist muda itu tertegun ketika mendengar usul tersebut. Ia tidak keberatan untuk mati, tetapi pemuda itu ada benarnya juga. Dia ingin bertemu dengan keluarganya lagi, maka ia harus hidup. Tanpa menurunkan tongkatnya, ia bertanya,
“Kafir sepertimu ada benarnya juga. Lalu bagaimana aku tahu kau dapat dipercaya?” Ran hanya menyeringai kecil,
“Tidak, hidup itu seperti sebuah judi. Kau harus berani mengambil kesempatan…aku sudah mengambil resiko untuk percaya padamu, maka kau harus melakukan hal yang sama! Beranikah kamu?” Cly ragu-ragu, tetapi dia tak dapat melakukan semuanya sendirian. Bellato ini mungkin kesempatan terakhirnya untuk pulang ke rumah.
Sementara ia berpikir, Ran menjadi gugup. Ia tak berharap akan bertemu orang selamat, tetapi sekarang dia di sini. Hal terbaik untuk dilakukan adalah menembaknya dan langsung pergi. Atau giring dia dengan panahnya dan menuju tempat pertemuan dengan- dia berharap- Maya.
Tetapi mengapa melakukan hal terbaik sekarang?
Dia melakukan sesuatu yang tak terduga; menurunkan busurnya. “Ikutlah dengan aku. Kita memiliki kesempatan untuk bertahan bila kita bersama…” Gadis Cora itu melihat kesempatan untuk menggunakan Dark Force miliknya, tetapi mengurungkan hal itu. Sangatlah tidak terhormat untuk menyerang lawan yang tidak mengancamnya, meskipun mereka itu kafir. Diapun melakukan hal yang sama,
“Kuterima, tetapi aku tetap mengawasimu! Kita hentikan permusuhan kita sampai menemukan pertolongan!”
“Setuju!” Ranger itu mengulurkan tangannya, “Namaku Ran dari Divisi ke-3 Federasi Bellato. Kamu adalah…” Cly menjawab dengan angkuh tanpa menyalami pemuda itu,
“Aku Clytemnestra dari Persekutuan Suci. Ayo kita pergi sekarang!” Dengan acuh, ia meninggalkan Ran yang hanya bisa mendesah,
“Bagus, Kayn mungkin tertarik padanya!”
Bersama-sama, kedua orang itu menjelajahi medan pertempuran yang rusak berat. Mereka harus berhati-hati pada perangkap yang tersebar. Kematian dan kegersangan menyapa mereka. Meskipun tertutup zirah, terkadang lekuk tubuh Cly masih terlihat. Ranger muda itu tak dapat menahan diri untuk melihatnya, sehingga yang diperhatikan langsung berteriak,
“Dasar! Kenapa kamu tidak melirik yang lain daripada aku? Aku tahu ini suatu kesalahan untuk pergi bersama orang yang berpikiran kotor sepertimu!” Ranskye membalas dengan jengkel,
“Kalau begitu, kenapa kau setuju denganku! Maaf ya, meski kamu adalah perempuan terakhir di Novus aku tak sudi bersamamu! Kamu kira kamu cantik ya?” Cly menukas,
“Pacarmu tidak menyenangkanmu? Begitu ya? Karena dia tidak mau bersamamu, jadi gantinya kamu melirik padaku ya?” Ejekan itu langsung memerahkan telinga Ranger tersebut; ia merasa bahwa gadis Cora ini menghina Maya,
“Jangan menghina Maya! Kamu tidak tahu wanita seperti apa dia?” Cly tertawa mengakak,
“Oh, cebol sepertimu tahu cara menyenangkan wanita ya?” Ran hampir saja tidak dapat menahan emosinya; ia nyaris mengangkat busur ke arahnya. Lalu sebuah bunyi berderit terdengar. Pemuda itu bertanya,
“Stt, apakah kau dengar itu?” Spiritualist wanita itu mengangguk,
“Ya…apa itu?” Ran menggelengkan kepalanya,
“Aku tidak tahu…namun,” ia bergerak ke sisi kiri, dimana sebuah tumpukan logam yang telah melebur dan bengkok berada, “…sepertinya berasal dari sini.” Keduanya bersiap untuk hal terburuk. Tiba-tiba sesuatu muncul dari tumpukan logam tersebut, dan Ran melihat seorang Accretia berzirah gelap dengan bagian bawah berwarna putih. Accretia tersebut menyandang sebuah pedang sinar dan perisai Shadow Protector. Tanpa buang waktu, ia segera mengangkat busur kompositnya dan siap untuk memanah. Di lain pihak, Clytemnestra sangat ketakutan dengan kemunculan cyborg yang tiba-tiba itu. Ia mencoba merapal mantra, tetapi tak satu katapun keluar dari mulutnya.
CONTOH KESADARAN UNIT:
Otak Zero mencoba mengingat kejadian terakhir, namun detilnya sangat kabur. Ledakan tersebut mempengaruhi databasenya dan beberapa programnya rusak. Respons utama adalah keluar…dan dia bertemu dengan makhluk-makhluk berdaging itu; seorang cebol dan seorang telinga lancip. Tindakannya adalah:
Hancurkan…mereka…hancurkan…mereka…Saat yang sama, program diagnostik melaporkan,
PERINGATAN!
DATABASE PRIMER RUSAK
DATABASE SEKUNDER RUSAK
TIDAK DAPAT MENGUNDUH PROSEDUR PERTEMPURAN
TIDAK DAPAT MEMASTIKAN TARGET
HP: 23%; FP:123%; SP:345%; ARMOR GAUGE: RENDAH
PROGRAM SHUTDOWN DIJALANKAN
Penglihatannya mulai gagal; pemandangan yang tadinya hitam-putih mulai berubah menjadi statis. Ia mencoba menggerakan senjatanya, tetapi lengan kanannya seperti menolak untuk bergerak. Dalam keadaan seperti ini, ia benar-benar tidak berdaya…ia takkan membiarkan musuh menangkapnya. Ia mulai mengaktifkan program penghancuran diri melalui pikirannya namun sebuah laporan muncul…
PERINGATAN!
TIDAK DAPAT MENGAKSES PROGRAM PENGHANCURAN DIRI
TIDAK DAPAT MENGAKSES PROGRAM PENGHANCURAN DIRI
Untuk pertama kalinya setelah masa pembuatannya, ia merasa sesuatu yang berbeda…belum pernah terjadi sebelumnya; ia merasa tak berdaya sama sekali. Kemudian semuanya berhenti!
Maka Accretia tersebut jatuh ke tanah, mengejutkan Ran dan Cly. Awalnya mereka terdiam. Setelah menunggu beberapa menit, cyborg itu tidak bergerak juga. Ini mengundang Ranger Bellato itu untuk mendekat. Gadis Cora itu berteriak,
“Hei, mau apa kamu?”
“Memastikan bahwa makhluk ini mati…” Ranskye mengecek baterai internal cyborg itu di belakang pungungnya dan menemukan bahwa itu masih aktif. Ia juga mengecek bagian kepala. Rupanya otak didalamnya tidak mencair. Sepertinya bukan prosedur Kekaisaran bilamana kalah dalam perang.
“Yang satu ini masih aktif…” katanya. Cly maju dan berkata,
“Biarkan aku menamatkan makhluk ini untuk selamanya!” Ia terkejut ketika Bellato itu menghentikannya dan berkata,
“Jangan, biarkan yang ini hidup…” Spiritualist itu berteriak,
“Buat apa? Makhluk ini…dan teman-temannya pasti akan mengikuti kita…kita, maksudku aku tak dapat membiarkan yang ini!”
“Yang ini berbeda…” Kemudian gadis Cora itu mengacungkan tongkatnya kearahnya dan cyborg tersebut,
“Minggir, atau kau turut kuhancurkan bersama kaleng rongsokan itu!” Ran bersikukuh,
“Aku takkan membiarkanmu menghancurkannya!” Pikiran Cly berkata untuk melenyapkan keduanya, tetapi sesuatu menghalanginya. Ia bertanya,
“Apa yang kau akan perbuat dengan makhluk ini?” Jawaban Ran membuatnya terkejut,
“Aku ingin mempelajari Accretia lebih dalam lagi!!”
Cly tertawa, “Mempelajari? Apa yang kau dapat pelajari dari makhluk brutal sepertinya? Kamu hanya mengelabui dirimu saja!” Ran memprotes,
“Oh, begitu! Bagaimana dengan pahlawan kalian, Giz Kadasha? Apakah dia menghancurkan Rotan 3rd?”
“Itu berbeda! Lagipula, Kekaisaran menipu dengan memproduksi makhluk mesin itu kembali…”
“Meskipun demikian…baik, mari kita buat kesepakatan! Biarkan aku membetulkan programnya dan melihat…jika dalam tiga minggu ia masih mencoba untuk membunuh kita, kau boleh menghancurkannya!” Gadis Cora itu ragu, tetapi ranger itu mendesak,
“Ayolah! Kita mungkin memerlukannya untuk keluar dari sini…bagaimana menurutmu?” Cly menganggap usul tersebut menarik; ia ingin tahu apakah si cebol ini dapat menjinakkan makhluk baja tersebut. Akhirnya ia menurutkan tongkatnya dan berkata,
“Baik, aku beri waktu tiga minggu untuk membuktikan dirimu! Agar lebih pasti, lucuti semua senjatanya!” Ran mengangguk senang,
“Tentu saja!” Sebelum berpaling, Cly berkata,
“Mudah-mudahan ada yang menemukan kita sebelum teman-temannya…”
Catatan: Ini bab kedua dari fanfic saya. Agak sukar menterjemahkannya, jadi bila ada yang tidak sesuai dengan tata bahasa, harap dimaafkan. Semoga Anda dapat menikmatinya!
CHAPTER 2 END.
Next Chapter > Read Chapter 3:
https://www.pejuangnovus.com/scions-chapter-3/
Previous Chapter > Read Chapter 1:
https://www.pejuangnovus.com/scions-chapter-1/
List of Scions of Novus Chapter:
https://www.pejuangnovus.com/scions-chapter-list